- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
CERITA HORROR NAN ANGKER DI SEKITARMU


TS
hellochyn
CERITA HORROR NAN ANGKER DI SEKITARMU
Hi agan dan aganwati, kali ini ane akan membagikan pengalaman horror dari berbagai narasumber yang akan ane rangkum ke dalam satu thread.
Nama akan ane samarkan ya. Sebisa mungkin, ane akan terus update. Dengan segala kerendahan hatinya ane mohon subscribe dan jangan lupa comment ya. Ane sangat menghargai setiap saran dan kritik yang masuk.

Malam itu ada aku dan Brahma yang masih harus menyelesaikan pekerjaan di kantor. Lembur menjadi hal yang biasa kami lakoni. Maklum, kantor kami adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang garment. Dimana masalah design dan segala tetek bengek lainnya harus kami persiapkan untuk meeting dengan buyer pada pagi harinya. Selain kami berdua, ada Sita yang masih harus menyelesaikan rekap absen para karyawan setiap bulannya. Hanya saja, Sita ada di ruangan sebelah tak begitu jauh dari ruanganku dan Brahma.
Kantor sudah sangat sepi. Tak terdengar lagi kegaduhan dari lobby yang menandakan masih ada orang di lantai 1. Bangunan kantorku terdiri dari dua lantai. Lantai 1 untuk ruangan resepsionis, ruang payroll, ruang utama meeting buyer, dapur, musholla dan kamar mandi. Sementara lantai 2, di lantai kami berada, ada ruang direktur utama, ruang meeting internal, ruang inventory & HSE, ruang IT, ruang kerja buyer, aula yang sangat luas serta toilet pria dan wanita yang terpisah.
Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena merasa kelaparan, akhirnya Brahma memutuskan untuk mengajakku makan.
"Bro, laper nih. Turun yuk. Cari makan." Ucap Brahma.
"Duh nanti aja deh, tanggung ini gue dikit lagi kelar laporannya." Jawabku tanpa melihat ke arah Brahma.
Selepas Brahma pergi, tinggalah aku sendiri yang masih sibuk mengerjakan laporan. Tiba-tiba semilir angin berhembus di tengkukku. Padahal ruangan ini tertutup, tidak ada jendela yang terbuka. Kusapu seluruh sudut ruangan. Tidak ada apa-apa. Hening. Mungkin hembusan angin dari AC, pikirku.
BRAK!!!
Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Terlihat Sita dengan wajahnya yang pucat sedang terengah-engah. Lalu ia membaur ke arahku.
"Mas! Mas Ikal! Tolong mas.."
"Lho.. Lho.. Lho.. Ada apa ini? Tenang dulu Sit, kamu kenapa?"
"Anu mas... Ada... Orang gede banget di depan toilet cowok."
"Ah serius kamu?" Tanyaku kaget.
"Serius mas. Aku pikir tadi itu satpam, tapi pas aku amati kok matanya merah dan badannya gede banget."
Aku bisa melihat raut yang pucat pada wajah Sita. Sinar matanya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Tangannya menggenggam jemariku, dingin sekali.
"Wes to tenang dulu. Ini kamu minum dulu. Tenang dulu, Sit." Kataku menenangkan.
"Nggak bisa mas, tadi aku lihat jelas banget. Aku mau pulang, mas. Tasku masih di ruangan."
Sita sudah seperti hampir menangis. Akhirnya kutawarkan untuk mengambilkan tas, jaket serta beberapa berkasnya yang sedikit lagi hampir selesai. Dengan langkah gontai dan perasaan merinding, kumasuki ruangan Sita yang lampunya sedikit redup. Ruangan itu cukup luas, dan ada beberapa sudut yang tak terjangkau oleh cahaya.
Gila betah banget Sita di sini malem-malem, pantesan aja dia digangguin. Orang demennya sendirian, gerutuku.
Tanpa babibu, aku langsung mengambil barang-barang Sita, lantas segera pergi setelah mematikan lampu dan memastikan ruangan itu terkunci. Kukejar langkah kakiku sendiri karena merasa ada yang mengawasi. Sudut mataku seperti melihat ada yang mengintip dari balik APAR. Entah itu halusinasiku saja atau sugesti dari rasa takutku.
Semakin kupercepat langkah sampai akhirnya aku sampai di ruanganku. Tapi... Kemana Sita? Tak ada siapapun di sana. Sepi. Seketika bulu kudukku merinding. Kalau tadi bukan Sita, lantas siapa? Memori otakku menggali informasi yang sempat kubaca di beberapa artikel tentang hantu yang bisa menyerupai wujud manusia. Saat itu, kemungkinan terburuk mulai hinggap di kepalaku.
Drrrt... Drrrrt...
Ponselku bergetar, memecah ketakutanku. Dari Brahma.
"Ha.. Hallo.."
"Oy bro, lo mau nitip apa? Gue bawain nih, mumpung gue masih di luar sama Sita."
"A.. Apa?" Jawabku gagap.
"Yee.. Kok malah apa. Ini gue lagi di kang nasi goreng depan kantor sama Sita. Tadi gue turun bareng. Lo mau nitip apa, gue bawain." Ulang Brahma yang semakin menjelaskan bahwa Sita tak ada di kantor setidaknya setengah jam kebelakang.
Aku menelan ludah yang mulai terasa pahit. Kalau Sita bersama Brahma, berarti, hanya ada aku sendiri di gedung ini. Kakiku mulai terasa lemas. Pasalnya, di sudut ruangan, ada sosok wanita berambut panjang yang wajahnya rusak dan tingginya hampir menyentuh atap plafon. Ia tertawa. Sementara aku tidak bisa menggerakan tubuh dan menutup mataku. Semuanya kaku. Barisan doa di luar kepala yang kuhafal segera kulantunkan sekenanya. Keringat membanjiri keningku.
"Hihihihi. Tasku mana mas? Hihihihi."
Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar sebelum aku jatuh dan kehilangan kesadaran.
Esoknya, aku tidak masuk kerja. Tubuhku demam tinggi. Sore harinya, Brahma datang dan menceritakan semuanya. Aku ditemukan pingsan di ruanganku dengan kondisi wangi melati. Brahma dan Sita yang mengetahui hal itu langsung menghubungi security di pos depan dan minta dibantu untuk mengantarku pulang.
Pak Kartono, yang sedang bertugas malam itupun bercerita. Bahwa makhluk halus penghuni lantai 2 memang terkenal agresif. Dulu pernah ada juga karyawan yang pingsan dengan wangi melati di depan toilet. Setelah diterawang ternyata itu kerjaan jin wanita usil. Ia kerap kali mengganggu karyawan pria. Biasanya pria yg ditinggali wangi melati, tandanya jin wanita itu menyukainya.
Untung saja semalam aku dibantu Pak Kartono yang mampu mengatasi hal-hal di luar nalar seperti ini. Tubuhku dibacakan ayat-ayat suci, dan tak lama terdengar erangan seperti suara perempuan yang tercekik. Kata pak Kartono, jin itu sudah tidak menempel lagi tapi ia akan terus mengawasiku dari jauh hanya saja ia tidak bisa menjangkauku karena aku sudah diberi pagar gaib oleh pak Kartono.
Tamat.
Nama akan ane samarkan ya. Sebisa mungkin, ane akan terus update. Dengan segala kerendahan hatinya ane mohon subscribe dan jangan lupa comment ya. Ane sangat menghargai setiap saran dan kritik yang masuk.

Quote:
LEMBUR DENGAN "SITA"

Malam itu ada aku dan Brahma yang masih harus menyelesaikan pekerjaan di kantor. Lembur menjadi hal yang biasa kami lakoni. Maklum, kantor kami adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang garment. Dimana masalah design dan segala tetek bengek lainnya harus kami persiapkan untuk meeting dengan buyer pada pagi harinya. Selain kami berdua, ada Sita yang masih harus menyelesaikan rekap absen para karyawan setiap bulannya. Hanya saja, Sita ada di ruangan sebelah tak begitu jauh dari ruanganku dan Brahma.
Kantor sudah sangat sepi. Tak terdengar lagi kegaduhan dari lobby yang menandakan masih ada orang di lantai 1. Bangunan kantorku terdiri dari dua lantai. Lantai 1 untuk ruangan resepsionis, ruang payroll, ruang utama meeting buyer, dapur, musholla dan kamar mandi. Sementara lantai 2, di lantai kami berada, ada ruang direktur utama, ruang meeting internal, ruang inventory & HSE, ruang IT, ruang kerja buyer, aula yang sangat luas serta toilet pria dan wanita yang terpisah.
Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Karena merasa kelaparan, akhirnya Brahma memutuskan untuk mengajakku makan.
"Bro, laper nih. Turun yuk. Cari makan." Ucap Brahma.
"Duh nanti aja deh, tanggung ini gue dikit lagi kelar laporannya." Jawabku tanpa melihat ke arah Brahma.
Selepas Brahma pergi, tinggalah aku sendiri yang masih sibuk mengerjakan laporan. Tiba-tiba semilir angin berhembus di tengkukku. Padahal ruangan ini tertutup, tidak ada jendela yang terbuka. Kusapu seluruh sudut ruangan. Tidak ada apa-apa. Hening. Mungkin hembusan angin dari AC, pikirku.
BRAK!!!
Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Terlihat Sita dengan wajahnya yang pucat sedang terengah-engah. Lalu ia membaur ke arahku.
"Mas! Mas Ikal! Tolong mas.."
"Lho.. Lho.. Lho.. Ada apa ini? Tenang dulu Sit, kamu kenapa?"
"Anu mas... Ada... Orang gede banget di depan toilet cowok."
"Ah serius kamu?" Tanyaku kaget.
"Serius mas. Aku pikir tadi itu satpam, tapi pas aku amati kok matanya merah dan badannya gede banget."
Aku bisa melihat raut yang pucat pada wajah Sita. Sinar matanya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Tangannya menggenggam jemariku, dingin sekali.
"Wes to tenang dulu. Ini kamu minum dulu. Tenang dulu, Sit." Kataku menenangkan.
"Nggak bisa mas, tadi aku lihat jelas banget. Aku mau pulang, mas. Tasku masih di ruangan."
Sita sudah seperti hampir menangis. Akhirnya kutawarkan untuk mengambilkan tas, jaket serta beberapa berkasnya yang sedikit lagi hampir selesai. Dengan langkah gontai dan perasaan merinding, kumasuki ruangan Sita yang lampunya sedikit redup. Ruangan itu cukup luas, dan ada beberapa sudut yang tak terjangkau oleh cahaya.
Gila betah banget Sita di sini malem-malem, pantesan aja dia digangguin. Orang demennya sendirian, gerutuku.
Tanpa babibu, aku langsung mengambil barang-barang Sita, lantas segera pergi setelah mematikan lampu dan memastikan ruangan itu terkunci. Kukejar langkah kakiku sendiri karena merasa ada yang mengawasi. Sudut mataku seperti melihat ada yang mengintip dari balik APAR. Entah itu halusinasiku saja atau sugesti dari rasa takutku.
Semakin kupercepat langkah sampai akhirnya aku sampai di ruanganku. Tapi... Kemana Sita? Tak ada siapapun di sana. Sepi. Seketika bulu kudukku merinding. Kalau tadi bukan Sita, lantas siapa? Memori otakku menggali informasi yang sempat kubaca di beberapa artikel tentang hantu yang bisa menyerupai wujud manusia. Saat itu, kemungkinan terburuk mulai hinggap di kepalaku.
Drrrt... Drrrrt...
Ponselku bergetar, memecah ketakutanku. Dari Brahma.
"Ha.. Hallo.."
"Oy bro, lo mau nitip apa? Gue bawain nih, mumpung gue masih di luar sama Sita."
"A.. Apa?" Jawabku gagap.
"Yee.. Kok malah apa. Ini gue lagi di kang nasi goreng depan kantor sama Sita. Tadi gue turun bareng. Lo mau nitip apa, gue bawain." Ulang Brahma yang semakin menjelaskan bahwa Sita tak ada di kantor setidaknya setengah jam kebelakang.
Aku menelan ludah yang mulai terasa pahit. Kalau Sita bersama Brahma, berarti, hanya ada aku sendiri di gedung ini. Kakiku mulai terasa lemas. Pasalnya, di sudut ruangan, ada sosok wanita berambut panjang yang wajahnya rusak dan tingginya hampir menyentuh atap plafon. Ia tertawa. Sementara aku tidak bisa menggerakan tubuh dan menutup mataku. Semuanya kaku. Barisan doa di luar kepala yang kuhafal segera kulantunkan sekenanya. Keringat membanjiri keningku.
"Hihihihi. Tasku mana mas? Hihihihi."
Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar sebelum aku jatuh dan kehilangan kesadaran.
Esoknya, aku tidak masuk kerja. Tubuhku demam tinggi. Sore harinya, Brahma datang dan menceritakan semuanya. Aku ditemukan pingsan di ruanganku dengan kondisi wangi melati. Brahma dan Sita yang mengetahui hal itu langsung menghubungi security di pos depan dan minta dibantu untuk mengantarku pulang.
Pak Kartono, yang sedang bertugas malam itupun bercerita. Bahwa makhluk halus penghuni lantai 2 memang terkenal agresif. Dulu pernah ada juga karyawan yang pingsan dengan wangi melati di depan toilet. Setelah diterawang ternyata itu kerjaan jin wanita usil. Ia kerap kali mengganggu karyawan pria. Biasanya pria yg ditinggali wangi melati, tandanya jin wanita itu menyukainya.
Untung saja semalam aku dibantu Pak Kartono yang mampu mengatasi hal-hal di luar nalar seperti ini. Tubuhku dibacakan ayat-ayat suci, dan tak lama terdengar erangan seperti suara perempuan yang tercekik. Kata pak Kartono, jin itu sudah tidak menempel lagi tapi ia akan terus mengawasiku dari jauh hanya saja ia tidak bisa menjangkauku karena aku sudah diberi pagar gaib oleh pak Kartono.
Tamat.
Diubah oleh hellochyn 04-03-2018 12:17


anasabila memberi reputasi
1
2.4K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan