Meski sudah menjadi Calon Gubernur ternyata sifat asli Edy Rahmayadi tidak pernah luntur. Ia dikenal sebagai pribadi yang sombong.
 
Bahkan menurut suatu keterangan, Edy Rahmayadi mengidap penyakit sombong sejak SMA. Dan itu terus dibawanya hingga kini.
 
Salah satu bukti kesombongan Edy itu terlihat dari sesumbarnya beberapa waktu lalu. Ia sangat yakin akan menang Pilgub dengan kalkulasi politik yang dimilikinya sekarang.
 
“Kalau dihitung pakai matematik, apapun dalilnya, harusnya KPU sudah melantik saya jadi gubernur. Tapi ternyata harus menunggu sampai tanggal 27 Juni nanti, waktu pemilihan,” ungkap Edy dengan sombong itu waktu itu.
 
Sah-sahnya menggunakan taktik sombong. Namun bukan berarti tidak ada risiko. Rakyat Indonesia cenderung tidak menyukai sosok sombong, dalam bidang apapun. Rakyat kita menyukai sosok yang santun dan apa adanya.
 
Memiliki dukungan politik yang banyak bukan berarti dirinya tak terkalahkan. Ia harusnya belajar pada kasus Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 kemarin. Meski mendapat dukungan parpol yang besar, dan potensi kemenangannya sangat tinggi, nyatanya mereka tumbang juga.
 
Fenomena serupa juga menimpa Megawati pada Pilpres 2004, dan Prabowo Subianto pada Pilpres 2014. Keduanya terjungkang meskipun mendapat dukungan parpol terbesar.
 
Kita lihat saja nanti kisah orang sombong berikutnya. Sejarah mencatat tak ada kejayaan bagi mereka yang tinggi hati.
 
Karena sifat yang maha tinggi, hanya milik Tuhan semata. Manusia tak berhak memilikinya.