- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sima Yi Si Cerdik dan Licik Musuh Tangguh Zhuge Liang


TS
dimaseza12
Sima Yi Si Cerdik dan Licik Musuh Tangguh Zhuge Liang
nah minggu lalu sudah bahas Zhuge Liang yang merupakan salah satu Ahli Strategi di era Tiga Kerajaan. sekarang kita bahas musuh bebuyutan Zhuge Liang, yaitu Sima Yi. siapa sih yang nggak kenal Sima Yi? yang sudah pernah main Dynasty Warriors 5 sampai sekarang pasti kenal dengan Strategi dari Wei ini. dia di kenal kelicikan nya dan bisa dikatakan pandai membaca pergerakan musuh. yuk langsung kita bahas...

Sima Yi (司馬懿) (179 – 251)



nah itu dia gan kisah Sima Yi yang di kenal Licik dan pandai membaca pergerakan lawan. mau request kisah Jendral Three Kingdoms yang lain? bisa PM ane ya, gratissss kok
.
Quote:
sambil dengerin ini yuk biar terasa baca nya 




Spoiler for Full:

Sima Yi (司馬懿) (179 – 251)
Spoiler for spoiler:
Sima Yi adalah salah seorang ahli strategi ulung yang mengabdi pada pemerintahan Negara Cao Wei. Nama panggilan dari Sima Yiadalah Zhongda 仲達, ia adalah salah seorang pejabat yang telah mengabdi sejak masa kepemimpinan Cao Cao hingga masa pemerintahan Cao Fang. Sima Yi telah sukses membangun karir dan kekuatan politiknya dalam pemerintahan Negara Cao Wei hingga pengaruh keberhasilannya memberikan jalan bagi salah seorang cucunya, Sima Yan sebagai kaisar pertama dari dinasti Jin barat, yang mengakhiri masa pemerintahan tiga Negara.
Pada masa mudanya, Sima Yi dan seluruh keluarganya (termasuk juga 7 saudara kandungnya) telah bermukim di Luoyang. Ketika Dong Zhuo membakar kota Luoyang dan memaksa seluruh penduduknya untuk eksodus ke kota Chang’An, hal tersebut menyebabkan kepanikan dan kesengsaraan banyak penduduk kota Luoyang. Saat peristiwa tersebut, Sima Lang (kakak kandung) melindungi dan memimpin eksodus seluruh anggota keluarganya (termasuk Sima Yi) menuju ke daerah asal leluhurnya yang berada di wilayah Wen (温縣), dan tak lama kemudian, mereka eksodus lagi ke wilayah Liyang (黎陽) untuk menghindari kekacauan akibat perang. Ketika terjadi pertempuran antara Cao Cao dengan Lu Bu, Sima Yi dan seluruh sanak keluarganya pindah kembali ke wilayah Wen.
Sima Yi mengabdi kepada Cao Cao pada usia 30 tahun. Pada awalnya Sima Yi menolak saat Cao Cao merekrut dirinya pada tahun 208, karena ia sudah memprediksi suramnya masa depan pemerintahan Han timur, Namun dikarenakan takut dengan ancaman Cao Cao, akhirnya iapun bersedia.
Ketika Cao Cao kuatir dengan kondisi kota Xuchang dan berniat untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke kota lain (dikarenakan Guan Yu hampir berhasil menduduki kota Fancheng, yang saat itu sedang dipertahankan oleh Cao Ren). Berkat kejelian dan analisa yang baik, Sima Yi menasihati Cao Cao untuk bernegosiasi dengan Sun Quan (penguasa Wu) agar bersedia menyerang Guan Yu dari belakang dengan menduduki kota Jiangling. Sima Yi sangat yakin strategi tersebut akan berhasil dikarenakan ia telah mengetahui secara diam-diam bahwa telah timbul keretakan hubungan persekutuan antara Sun Quan dengan Liu Bei, serta ditambah dengan ketegangan hubungan pribadi antara Sun Quan dengan Guan Yu (Guan Yu telah menolak dan menghina pinangan dari Sun Quan yang ingin menjodohkan salah seorang putera kandungnya dengan salah seorang puteri kandung dari Guan Yu). Pada akhirnya kota Fancheng dapat dipertahankan, setelah Guan Yu tertangkap dan dieksekusi mati oleh Lu Meng (salah seorang jenderal yang ditugaskan Sun Quan untuk menyerang Guan Yu dan berhasil menduduki Jiangling).
Cao Cao sempat kehilangan peluang emas ketika ia menolak usulan dari Sima Yi untuk segera menyerang Liu Bei (yang baru menduduki wilayah Yizhou), tak lama setelah Cao Cao berhasil menaklukkan Zhang Lu dan menduduki wilayah Hanzhong.
Hubungan pribadi antara Sima Yi dengan Cao Pi terbina sangat baik, bahkan Sima Yi cenderung lebih mendukung Cao Pi dibandingkan Cao Zhi (adik bungsu dari Cao Cao) untuk dicalonkan sebagai penerus kekuasaan Cao Cao. Sima Yi diduga ikut teribat dalam persekongkolan tergesernya posisi Cao Zhi dari pemerintahan.
Saat Cao Pi bertahta dan terlibat pertempuran dengan Negara Wu pada tahun 225, ia mempercayakan jalannya pemerintahan dan ibukota kepada Sima Yi. Bahkan Sima Yi ditunjuk sebagai penguasa daerah Lushang Shushi (録尚書事), dimana memiliki wewenang yang sama dengan seorang perdana menteri.
Sebelum Cao Pi wafat pada tahun 226, Sima Yi diberi mandat sebagai salah seorang wali untuk Cao Rui. Saat Cao Rui mulai aktif penuh sebagai penguasa dalam kepemerintahan, Sima Yi ditunjuk sebagai panglima tertinggi untuk wilayah Yuzhou (dengan menempati kota Wancheng), dimana ia bertugas menjaga perbatasan wilayah antara Negara Wei dengan Negara Wu.
Ketika Meng Da (salah seorang jenderal dari Negara Shu) membelot ke Negara Wei dikarenakan untuk mencari perlindungan, paska kematian Guan Yu pada tahun 220. Karena hal tersebut, Sima Yi sudah menaruh waspada dan tidak mempercayai kesungguhan Meng Da untuk mengabdi pada Negara Wei. Sima Yi pernah menasihati Cao Pi untuk menolak penyerahan diri dari Meng Da, namun nasihat Sima Yi tidak dihiraukan, bahkan Meng Da ditunjuk sebagai kepala daerah untuk wilayah Xincheng.
Pada tahun 227, Meng Da mengirimkan pesan secara rahasia kepada Negara Shu dan Negara Wu bahwa ia dan seluruh pengikutnya siap untuk berbalik menentang Negara Wei, jika mendapatkan dukungan penuh. Karena hal tersebut, Zhuge Liang menanggapi dan mencoba memberikan dukungan tersebut. Namun rencana tersebut terbongkar oleh Sima Yi, sehingga Meng Da segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi serangan pasukan Wei (dipimpin langsung oleh Sima Yi), tetapi usaha tersebut sia-sia karena kelengahan yang dilakukan oleh Meng Da sehingga pasukannya mengalami kekalahan, dan akhirnya Meng Da tewas terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Kesuksesan Sima Yi berlanjut saat Zhang He berhasil memenangkan pertempuran Jieting (the Battle of Jieting). Jieting adalah salah satu daerah yang strategis bagi Negara Shu untuk kelancaran pendsitribusian logistk selama berlangsungnya ekspedisi ke utara. Karena hal tersebutlah, Zhuge Liang sangat ingin menduduki Jieting, namun dikarenakan ketidak becusan Ma Su (salah seorang komandan pasukan yang ditugaskan Zhuge Liang untuk mengamankan daerah Jieting),akhirnya pasukan Negara Shu mengalami kekalahan telak setelah Sima Yi memberi usul kepada Cao Rui untuk menugaskan Zhang He merebut kembali daerah tersebut.
Ketika Cao Zhui tewas pada tahun 231 dalam pertempuran saat mempertahankan wilayah Negara Wei dari ekspedisi militer yang dilakukan oleh Zhuge Liang, Cao Rui lalu menunjuk Sima Yi sebagai panglima perang pengganti Cao Zhui.Saat pertempuran di gunung Qi (battle of mount Qi), saat itulah pertama kalinya Sima Yi berseteru langsung dengan Zhuge Liang. Kondisi pasukan Negara Wei saat pertempuran itu lebih beruntung dibandingkan dengan pasukan Negara Shu, terutama dalam pengadaan logistik. Karena hal tersebut, Sima Yi cenderung memilih kondisi pasif bertahan, daripada terlibat dalam pertempuran terbuka. Pada akhirnya Zhuge Liang harus menarik pasukannya kembali ke Hanzhong, ketika pengiriman logistik untuk pasukannya tertunda dalam waktu yang lama. Dikarenakan desakan dari para komandan pasukannya, pada akhirnya Sima Yi (dengan terpaksa) menugaskan Zhang He untuk memimpin pengejaran terhadap pasukan Shu yang sedang mundur. Saat melakukan pengejaran tersebut, Zhang He tewas karena jatuh ke dalam perangkap, sehingga pasukan Wei terpukul mundur.
Walaupun tak sekalipun Sima Yi berhasil memetik kemenangan dalam pertempuran, namun hanya Sima Yi yang mampu menghadapi kepiawaian Zhuge Liang.
Pada masa mudanya, Sima Yi dan seluruh keluarganya (termasuk juga 7 saudara kandungnya) telah bermukim di Luoyang. Ketika Dong Zhuo membakar kota Luoyang dan memaksa seluruh penduduknya untuk eksodus ke kota Chang’An, hal tersebut menyebabkan kepanikan dan kesengsaraan banyak penduduk kota Luoyang. Saat peristiwa tersebut, Sima Lang (kakak kandung) melindungi dan memimpin eksodus seluruh anggota keluarganya (termasuk Sima Yi) menuju ke daerah asal leluhurnya yang berada di wilayah Wen (温縣), dan tak lama kemudian, mereka eksodus lagi ke wilayah Liyang (黎陽) untuk menghindari kekacauan akibat perang. Ketika terjadi pertempuran antara Cao Cao dengan Lu Bu, Sima Yi dan seluruh sanak keluarganya pindah kembali ke wilayah Wen.
Sima Yi mengabdi kepada Cao Cao pada usia 30 tahun. Pada awalnya Sima Yi menolak saat Cao Cao merekrut dirinya pada tahun 208, karena ia sudah memprediksi suramnya masa depan pemerintahan Han timur, Namun dikarenakan takut dengan ancaman Cao Cao, akhirnya iapun bersedia.
Ketika Cao Cao kuatir dengan kondisi kota Xuchang dan berniat untuk memindahkan pusat pemerintahannya ke kota lain (dikarenakan Guan Yu hampir berhasil menduduki kota Fancheng, yang saat itu sedang dipertahankan oleh Cao Ren). Berkat kejelian dan analisa yang baik, Sima Yi menasihati Cao Cao untuk bernegosiasi dengan Sun Quan (penguasa Wu) agar bersedia menyerang Guan Yu dari belakang dengan menduduki kota Jiangling. Sima Yi sangat yakin strategi tersebut akan berhasil dikarenakan ia telah mengetahui secara diam-diam bahwa telah timbul keretakan hubungan persekutuan antara Sun Quan dengan Liu Bei, serta ditambah dengan ketegangan hubungan pribadi antara Sun Quan dengan Guan Yu (Guan Yu telah menolak dan menghina pinangan dari Sun Quan yang ingin menjodohkan salah seorang putera kandungnya dengan salah seorang puteri kandung dari Guan Yu). Pada akhirnya kota Fancheng dapat dipertahankan, setelah Guan Yu tertangkap dan dieksekusi mati oleh Lu Meng (salah seorang jenderal yang ditugaskan Sun Quan untuk menyerang Guan Yu dan berhasil menduduki Jiangling).
Cao Cao sempat kehilangan peluang emas ketika ia menolak usulan dari Sima Yi untuk segera menyerang Liu Bei (yang baru menduduki wilayah Yizhou), tak lama setelah Cao Cao berhasil menaklukkan Zhang Lu dan menduduki wilayah Hanzhong.
Hubungan pribadi antara Sima Yi dengan Cao Pi terbina sangat baik, bahkan Sima Yi cenderung lebih mendukung Cao Pi dibandingkan Cao Zhi (adik bungsu dari Cao Cao) untuk dicalonkan sebagai penerus kekuasaan Cao Cao. Sima Yi diduga ikut teribat dalam persekongkolan tergesernya posisi Cao Zhi dari pemerintahan.
Saat Cao Pi bertahta dan terlibat pertempuran dengan Negara Wu pada tahun 225, ia mempercayakan jalannya pemerintahan dan ibukota kepada Sima Yi. Bahkan Sima Yi ditunjuk sebagai penguasa daerah Lushang Shushi (録尚書事), dimana memiliki wewenang yang sama dengan seorang perdana menteri.
Sebelum Cao Pi wafat pada tahun 226, Sima Yi diberi mandat sebagai salah seorang wali untuk Cao Rui. Saat Cao Rui mulai aktif penuh sebagai penguasa dalam kepemerintahan, Sima Yi ditunjuk sebagai panglima tertinggi untuk wilayah Yuzhou (dengan menempati kota Wancheng), dimana ia bertugas menjaga perbatasan wilayah antara Negara Wei dengan Negara Wu.
Ketika Meng Da (salah seorang jenderal dari Negara Shu) membelot ke Negara Wei dikarenakan untuk mencari perlindungan, paska kematian Guan Yu pada tahun 220. Karena hal tersebut, Sima Yi sudah menaruh waspada dan tidak mempercayai kesungguhan Meng Da untuk mengabdi pada Negara Wei. Sima Yi pernah menasihati Cao Pi untuk menolak penyerahan diri dari Meng Da, namun nasihat Sima Yi tidak dihiraukan, bahkan Meng Da ditunjuk sebagai kepala daerah untuk wilayah Xincheng.
Pada tahun 227, Meng Da mengirimkan pesan secara rahasia kepada Negara Shu dan Negara Wu bahwa ia dan seluruh pengikutnya siap untuk berbalik menentang Negara Wei, jika mendapatkan dukungan penuh. Karena hal tersebut, Zhuge Liang menanggapi dan mencoba memberikan dukungan tersebut. Namun rencana tersebut terbongkar oleh Sima Yi, sehingga Meng Da segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadapi serangan pasukan Wei (dipimpin langsung oleh Sima Yi), tetapi usaha tersebut sia-sia karena kelengahan yang dilakukan oleh Meng Da sehingga pasukannya mengalami kekalahan, dan akhirnya Meng Da tewas terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Kesuksesan Sima Yi berlanjut saat Zhang He berhasil memenangkan pertempuran Jieting (the Battle of Jieting). Jieting adalah salah satu daerah yang strategis bagi Negara Shu untuk kelancaran pendsitribusian logistk selama berlangsungnya ekspedisi ke utara. Karena hal tersebutlah, Zhuge Liang sangat ingin menduduki Jieting, namun dikarenakan ketidak becusan Ma Su (salah seorang komandan pasukan yang ditugaskan Zhuge Liang untuk mengamankan daerah Jieting),akhirnya pasukan Negara Shu mengalami kekalahan telak setelah Sima Yi memberi usul kepada Cao Rui untuk menugaskan Zhang He merebut kembali daerah tersebut.
Ketika Cao Zhui tewas pada tahun 231 dalam pertempuran saat mempertahankan wilayah Negara Wei dari ekspedisi militer yang dilakukan oleh Zhuge Liang, Cao Rui lalu menunjuk Sima Yi sebagai panglima perang pengganti Cao Zhui.Saat pertempuran di gunung Qi (battle of mount Qi), saat itulah pertama kalinya Sima Yi berseteru langsung dengan Zhuge Liang. Kondisi pasukan Negara Wei saat pertempuran itu lebih beruntung dibandingkan dengan pasukan Negara Shu, terutama dalam pengadaan logistik. Karena hal tersebut, Sima Yi cenderung memilih kondisi pasif bertahan, daripada terlibat dalam pertempuran terbuka. Pada akhirnya Zhuge Liang harus menarik pasukannya kembali ke Hanzhong, ketika pengiriman logistik untuk pasukannya tertunda dalam waktu yang lama. Dikarenakan desakan dari para komandan pasukannya, pada akhirnya Sima Yi (dengan terpaksa) menugaskan Zhang He untuk memimpin pengejaran terhadap pasukan Shu yang sedang mundur. Saat melakukan pengejaran tersebut, Zhang He tewas karena jatuh ke dalam perangkap, sehingga pasukan Wei terpukul mundur.
Walaupun tak sekalipun Sima Yi berhasil memetik kemenangan dalam pertempuran, namun hanya Sima Yi yang mampu menghadapi kepiawaian Zhuge Liang.
Spoiler for spoiler:
Menurut legenda tercatat, sekali peristiwa, Sima Yihampir mengalahkan Zhuge Liang dalam suatu pengepungan, namun peluang tersebut tidak berhasil dikarenakan kelihaian Zhuge Liang. Peristiwa itu tercatat saat Zhuge Liang sedang menjaga Xincheng dengan hanya diperkuat sekitar 10 ribu pasukan (paska kekalahan pasukan Negara Shu di Jieting). Zhuge Liang menyadari bahwa Sima Yi dan pasukannya (yang berjumlah sekitar 150 ribu pasukan)sedang berada tidak jauh dari Xincheng, sehingga ia memutuskan untuk menggunakan siasat bertahan “istana kosong” (the empty fort strategy) untuk menyambut kedatangan Sima Yi. Ketika Sima Yi dan pasukannya tiba dan mengepung banteng kota, ia pun mengurungkan niat untuk menyerang dengan memerintahkan seluruh pasukannya untuk mundur dan meninggalkan lokasi tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh Sima Yi, karena ia yakin bahwa Zhuge Liang tidak mungkin bertindak ceroboh (dengan membiarkan gerbang banteng kota terbuka lebar tanpa adanya penjagaan pasukan), dan pasti telah mempersiapkan jebakan untuk menyambut serangan pasukannya.
Pada tahun 234, Sima Yi kembali menghadapi Zhuge Liang dalam pertempuran di Wuchang (battle of Wuchang plain). Dalam pertempuran tersebut, Sima Yi kembali menggunakan strategi bertahan dengan tidak terlibat petempuran langsung dengan pasukan Negara Shu, hal tersebut dikarenakan pasukan Negara Shu kembali dihadapkan pada masalah pengiriman logistik. Sima Yi tetap berusaha untuk tidak terpancing untuk melakukan penyerangan, walaupun ia didesak keras oleh para komandan perangnya untuk memberikan perintah penyerangan (dikarenakan mereka telah terpancing oleh provokasi dari Zhuge Liang yang mengirimkan hadiah berupa pakaian wanita, sebagai sindiran dan penghinaan). Akhirnya pada musim gugur tahun 234, secara teratur seluruh pasukan Negara Shu mundur kembali menuju Hanzhong. Pada awalnya, Sima Yi berniat melakukan pengejaran dan serangan balik terhadap pasukan Negara Shu (yang sedang mundur teratur tersebut), namun tidak berjalan dengan baik dikarenakan Sima Yi kuatir bahwa penarikan mundur pasukan Shu tersebut adalah bagian dari siasat Zhuge Liang untuk memancingnya bertempur. Namun setelah Sima Yi menyadari bahwa mundurnya pasukan Negara Shu adalah sungguh dikarenakan telah wafatnya Zhuge Liang(karena sakit), aksi pengejaran tersebut akhirnya menjadi sia-sia, dikarenakan persediaan logistik untuk seluruh pasukannya telah menipis, sehingga ia harus menarik kembali pasukannya dari medan perang.
Pada tahun 234, Sima Yi kembali menghadapi Zhuge Liang dalam pertempuran di Wuchang (battle of Wuchang plain). Dalam pertempuran tersebut, Sima Yi kembali menggunakan strategi bertahan dengan tidak terlibat petempuran langsung dengan pasukan Negara Shu, hal tersebut dikarenakan pasukan Negara Shu kembali dihadapkan pada masalah pengiriman logistik. Sima Yi tetap berusaha untuk tidak terpancing untuk melakukan penyerangan, walaupun ia didesak keras oleh para komandan perangnya untuk memberikan perintah penyerangan (dikarenakan mereka telah terpancing oleh provokasi dari Zhuge Liang yang mengirimkan hadiah berupa pakaian wanita, sebagai sindiran dan penghinaan). Akhirnya pada musim gugur tahun 234, secara teratur seluruh pasukan Negara Shu mundur kembali menuju Hanzhong. Pada awalnya, Sima Yi berniat melakukan pengejaran dan serangan balik terhadap pasukan Negara Shu (yang sedang mundur teratur tersebut), namun tidak berjalan dengan baik dikarenakan Sima Yi kuatir bahwa penarikan mundur pasukan Shu tersebut adalah bagian dari siasat Zhuge Liang untuk memancingnya bertempur. Namun setelah Sima Yi menyadari bahwa mundurnya pasukan Negara Shu adalah sungguh dikarenakan telah wafatnya Zhuge Liang(karena sakit), aksi pengejaran tersebut akhirnya menjadi sia-sia, dikarenakan persediaan logistik untuk seluruh pasukannya telah menipis, sehingga ia harus menarik kembali pasukannya dari medan perang.
Spoiler for spoiler:
Pada tahun 237, Cao Rui melihat adanya ancaman dari Gongsun Yan (penguasa wilayah Liaodong). Karena hal tersebutlah ia lalu menugaskan Guanqiu Jian untuk memimpin pasukan menyerang wilayah Liaodong, namun tertunda dikarenakan terhalang oleh bencana alam (banjir besar). Tak lama kemudian, Cao Rui lalu menugaskan Sima Yi dan Guanqiu Jian untuk menyerang Gongsun Yan kembali. Pada akhirnya, Gongsun Yan berhasil dikalahkan Sima Yi dan tewas dalam pertempuran pada tahun 238, setelah ia berhasil didesak mundur hingga ke daerah Xiangping (襄平).
Karena Cao Rui menilai bahwa pengaruh politik dari Sima Yi dalam pemerintahan cukup meresahkan sejak lama, secara rahasia Cao Rui hendak membatasi wewenang dari Sima Yi dan berencana untuk mengasingkannya. Saat sebelum Cao Rui wafat (karena sakit keras), ia berkeinginan menunjuk Cao Yu (pamannya) sebagai wali untuk pendamping Cao Fang (pewaris tahtanya yang masih belia), dengan dibantu olehXiahou Xian (夏侯獻), Cao Shuang, Cao Zhao (曹肇), dan Qin Lang. Namun dikarenakan persekongkolan dalam pemerintahan, akhirnya Xiahou Xian, Cao Zhao dan Qin Lang harus tersingkir, sehingga Cao Shuang dan Sima Yi terpilih sebagai wali untuk mendampingi Cao Fang.
Saat menjabat sebagai wali, pada awalnya Cao Shuang sempat selalu melibatkan Sima Yi dalam memutuskan segala bentuk kebijakan, namun seiring dengan waktu Cao Shuang mencoba memegang penuh seluruh pemerintahan dan kebijakan tanpa melibatkan Sima Yi.
Pada tahun 249, Sima Yi (dengan dibantu oleh beberapa pejabat yang anti Cao Shuang)berhasil menggulingkan kekuasaan Cao Shuang sebagai wali. Peristiwa tersebut terjadi saat Sima Yi dan pasukannya melakukan pengepungan terhadap Cao Shuang yang saat itu sedang bersama Cao Fang berziarah ke makam Cao Rui.
Sejak penyerahan diri dari Cao Shuang, Sima Yi mutlak menjadi wali tunggal untuk Cao Fang. Sebagai wali tunggal, Sima Yi berhasil memperbaiki pemerintahan lama era Cao Shuang yang korup, setelah Sima Yi melakukan perombakan total pejabat pemerintahan dengan merekrut banyak pejabat baru yang bertalenta baik dan bersih dari korupsi, serta setia berpihak pada posisinya.
Pada tahun yang sama (tahun 249), Wang Ling (salah seorang jenderal Negara Wei yang memilii pengaruh politik yang kuat) yang saat itu bertugas menempati Shouchun (壽春) bersekongkol dengan Cao Biao (曹彪, salah seorang putera kandung dari Cao Cao) berencana untuk melakukan pemberontakkan, ia berniat hendak menggulingkan Cao Fang lalu mengangkat Cao Biao sebagai kaisar yang baru. Wang Ling bekerja sama dengan Huang Hua (黃華) dan Yang Hong (楊弘) untuk rencananya tersebut, namun akhirnya Sima Yi berhasil mengetahunya terlebih dahulu, sehingga Sima Yi segera mengirim pasukannya untuk menyerang posisi Wang Ling. Pada akhirnya Wang Ling dan Cao Biao dipaksa untuk menyerah dan dieksekusi mati.
Pada tahun 251, Sima Yi wafat, dan ia digantikan oleh Sima Shi (putra sulungnya) sebagai wali yang baru untuk Cao Fang.
Pada tahun 265, setelah berdirinya pemerintahan dinasti Jin barat, Sima Yan (cucu dan juga kaisar pertama) menganugerahkan Sima Yi dengan gelar kaisar Xuan (Emperor Xuan), serta telah dibangun juga sebuah kuil untuk mengenang Sima Yi dengan nama kuil Gaozu.
Karena Cao Rui menilai bahwa pengaruh politik dari Sima Yi dalam pemerintahan cukup meresahkan sejak lama, secara rahasia Cao Rui hendak membatasi wewenang dari Sima Yi dan berencana untuk mengasingkannya. Saat sebelum Cao Rui wafat (karena sakit keras), ia berkeinginan menunjuk Cao Yu (pamannya) sebagai wali untuk pendamping Cao Fang (pewaris tahtanya yang masih belia), dengan dibantu olehXiahou Xian (夏侯獻), Cao Shuang, Cao Zhao (曹肇), dan Qin Lang. Namun dikarenakan persekongkolan dalam pemerintahan, akhirnya Xiahou Xian, Cao Zhao dan Qin Lang harus tersingkir, sehingga Cao Shuang dan Sima Yi terpilih sebagai wali untuk mendampingi Cao Fang.
Saat menjabat sebagai wali, pada awalnya Cao Shuang sempat selalu melibatkan Sima Yi dalam memutuskan segala bentuk kebijakan, namun seiring dengan waktu Cao Shuang mencoba memegang penuh seluruh pemerintahan dan kebijakan tanpa melibatkan Sima Yi.
Pada tahun 249, Sima Yi (dengan dibantu oleh beberapa pejabat yang anti Cao Shuang)berhasil menggulingkan kekuasaan Cao Shuang sebagai wali. Peristiwa tersebut terjadi saat Sima Yi dan pasukannya melakukan pengepungan terhadap Cao Shuang yang saat itu sedang bersama Cao Fang berziarah ke makam Cao Rui.
Sejak penyerahan diri dari Cao Shuang, Sima Yi mutlak menjadi wali tunggal untuk Cao Fang. Sebagai wali tunggal, Sima Yi berhasil memperbaiki pemerintahan lama era Cao Shuang yang korup, setelah Sima Yi melakukan perombakan total pejabat pemerintahan dengan merekrut banyak pejabat baru yang bertalenta baik dan bersih dari korupsi, serta setia berpihak pada posisinya.
Pada tahun yang sama (tahun 249), Wang Ling (salah seorang jenderal Negara Wei yang memilii pengaruh politik yang kuat) yang saat itu bertugas menempati Shouchun (壽春) bersekongkol dengan Cao Biao (曹彪, salah seorang putera kandung dari Cao Cao) berencana untuk melakukan pemberontakkan, ia berniat hendak menggulingkan Cao Fang lalu mengangkat Cao Biao sebagai kaisar yang baru. Wang Ling bekerja sama dengan Huang Hua (黃華) dan Yang Hong (楊弘) untuk rencananya tersebut, namun akhirnya Sima Yi berhasil mengetahunya terlebih dahulu, sehingga Sima Yi segera mengirim pasukannya untuk menyerang posisi Wang Ling. Pada akhirnya Wang Ling dan Cao Biao dipaksa untuk menyerah dan dieksekusi mati.
Pada tahun 251, Sima Yi wafat, dan ia digantikan oleh Sima Shi (putra sulungnya) sebagai wali yang baru untuk Cao Fang.
Pada tahun 265, setelah berdirinya pemerintahan dinasti Jin barat, Sima Yan (cucu dan juga kaisar pertama) menganugerahkan Sima Yi dengan gelar kaisar Xuan (Emperor Xuan), serta telah dibangun juga sebuah kuil untuk mengenang Sima Yi dengan nama kuil Gaozu.
Spoiler for spoiler:
Spoiler for spoiler:

Setelah kematian Zhuge Liang, posisinya sebagai Perdana Menteri digantikan oleh Jiang Wan, Fei Yi dan Dong Yun. Namun setelah tahun 258, politik di Shu mulai dikuasai oleh para pejabat dan korupsi mulai menjamur. Walau adanya usaha tidak kenal lelah dari Jiang Wei murid dari Zhuge Liang untuk membenahi Shu, Shu gagal untuk membangun negaranya dan mengalami kemunduran.
Pada Tahun 263, Wei melancarkan serangan dari tiga arah dan tentara Shu dipaksa untuk mundur dari Hanzhing. Jiang Wei dengan segera menempatkan diri di Jian’ge namun dirinya dikalahkan dengan telak oleh komandan Wei Deng Ai, yang berhasil membawa pasukannya melewati daerah yang dianggap tidak mungkin dilewati.
Pada musim dingin, Ibukota Chengdu tunduk oleh strategi penyerangan Deng Ai, dengan seorang diri Deng Ai menggempur Chengdu. Sang Raja dari Shu “Liu Shan” (anaknya Liu Bei) akhirnya dipaksa menyerah, dah dengan menyerahnya Liu Shan maka berakhirlah Dinasti negara Shu.
Spoiler for spoiler:

Cao Huan(cucunya Cao Cao) pada tahun 260 meneruskan jabatan sebagai Raja boneka setelah Cao Mao (cucunya Cao Pi) dibunuh oleh Sima Zhao (Anaknya Sima Yi). Tak lama kemudian, Sima Zhao meninggal dan digantikan oleh Sima Yan.
Sima Yan setelah menjadi pewaris Sima Zhao langsung merencakan siasat untuk menjadi Raja, dan berhasil menduduki takhta pada tahun 264 setelah memaksa Cao Huan menyerahkan takhtanya, dan dengan jatuhnya Cao Huan maka berakhirlah dinasti Wei dan berdirilah dinasti Jin.
Sima Yan setelah menjadi pewaris Sima Zhao langsung merencakan siasat untuk menjadi Raja, dan berhasil menduduki takhta pada tahun 264 setelah memaksa Cao Huan menyerahkan takhtanya, dan dengan jatuhnya Cao Huan maka berakhirlah dinasti Wei dan berdirilah dinasti Jin.
Spoiler for spoiler:

Kematian Sun Quan dan pergantian takhta ke tangan Sun Liang (anaknya Sun Quan) yang masih muda sebagai raja pada tahun 252, menyebabkan kerajaan Wu mengalami kemunduran secara berkala.
Pemerintahan Sun Liang kemudian digulingkan oleh Sun Lin, yang kemudian dibunuh oleh Sun Xiu, Sun Xiu pun menjadi raja karena keberhasilannya.
Setelah kejadian Sima Yan mengulingkan negara Wei, Sun Xiu meninggal, dan menterinya mewariskan jabatan raja kepada Sun Hao, Sun Hao adalah orang yg berbakat dan menjanjikan namun setelah pengankatannya sebagai raja, dia menjadi raja yg bertangan besi, membunuh semua yang berani melawannya tampa ampun.
Pada musim dingin tahun 279. Sima Yan melancarkan 5 serangan serentak sepanjang sungai Yangzi dari Jianye sampai Jianling. Dibawah serangan yang begitu dasyatnya pasukan Wu kalah dan Jianye jatuh ke tangan musuh pada bulan ketiga tahun 280.
Raja Sun Hao akhirnya menyatakan diri menyerah kepada Sima Yan dan diasingkan. menyerahnya Sun Hao menandakan berakhirnya jaman tiga kerajaan dan tercipta kedamaian sementara di Cina sebelum terjadi perang lagi selama 300 tahun.
Pemerintahan Sun Liang kemudian digulingkan oleh Sun Lin, yang kemudian dibunuh oleh Sun Xiu, Sun Xiu pun menjadi raja karena keberhasilannya.
Setelah kejadian Sima Yan mengulingkan negara Wei, Sun Xiu meninggal, dan menterinya mewariskan jabatan raja kepada Sun Hao, Sun Hao adalah orang yg berbakat dan menjanjikan namun setelah pengankatannya sebagai raja, dia menjadi raja yg bertangan besi, membunuh semua yang berani melawannya tampa ampun.
Pada musim dingin tahun 279. Sima Yan melancarkan 5 serangan serentak sepanjang sungai Yangzi dari Jianye sampai Jianling. Dibawah serangan yang begitu dasyatnya pasukan Wu kalah dan Jianye jatuh ke tangan musuh pada bulan ketiga tahun 280.
Raja Sun Hao akhirnya menyatakan diri menyerah kepada Sima Yan dan diasingkan. menyerahnya Sun Hao menandakan berakhirnya jaman tiga kerajaan dan tercipta kedamaian sementara di Cina sebelum terjadi perang lagi selama 300 tahun.
nah itu dia gan kisah Sima Yi yang di kenal Licik dan pandai membaca pergerakan lawan. mau request kisah Jendral Three Kingdoms yang lain? bisa PM ane ya, gratissss kok

Quote:
0
24.2K
Kutip
101
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan