https://www.jawapos.com/radarsurabaya/read/2018/03/01/53413/emir-rianto-pernah-ikut-gerakan-212




Emir Rianto yang dijerat UU ITE karena ujaran kebencian. (satria nugraha/radar sidoarjo)



MESKI sangat aktif di media sosial (medsos), Emir Rianto mengaku mengunggah ujaran kebencian (hate speech) di akun Facebook-nya karena ketidaktahuannya terhadap informasi yang beredar di jagat maya. Ia mengaku marah membaca informasi di medsos. Kemudian, ia menambahkan kata-kata dan menyebarkannya ke grup-grup tersebut sejak 2017.
"Saya tidak tahu jika apa yang saya posting itu hoax," kata Emir Rianto dengan nada gemetar.
Selama ini ia mengaku tidak mencari kebenaran informasi yang beredar tersebut. Mengenai penambahan lambang, ia mengaku hanya emosi sesaat. "Saya tidak punya dendam atau motif apa pun," tuturnya.
Emir mengaku pernah menjadi guru di beberapa sekolah swasta. Namun, tidak mengajarkan pelajaran agama. Emir sempat bergabung dengan gerakan 212 di Monas Desember 2017. "Saya ikut karena tergerak. Hanya sekali itu saja," katanya.
Di hadapan Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Himawan Bayu Aji, tersangka Emir mengungkapkan penyesalannya karena postingan bernada kebencian dan SARA itu. Ia pun membacakan surat permintaan maaf yang dilengkapi meterai. Termasuk meminta maaf kepada Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan masyarakat.
"Permintaan maaf ini saya buat sebenar-benarnya tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Pak Kapolri dan masyarakat Sidoarjo," ucapnya terbata-bata. (gun/rek)