Ayah adalah sosok yang sangat sabar dalam menemani bermain dengan anak-anaknya, terutama untuk anak perempuannya. Seorang ibu adalah pengayom bagi anak-anaknya, terutama anak perempuan yang biasanya paling sering mengalami kegalauan. Sang ibu menjadi peneman anak-anaknya, yang memberikannya support tak terbatas bagi anak-anaknya. Disamping ibu, ada seorang sosok yang juga penting, yaitu sosok ayah. Walaupun jasanya tidak sebesar Ibu yang telah merasakan sakit saat melahirkan, tetapi ayah juga memiliki peran sangat besar. Ayah memiliki sifat yang sangat cuek dan pekerja keras. Sifat cuek seorang ayah bukan karena tidak peduli dengan anaknya, namun ia hanya ingin anak nya memiliki kepribadian yang tangguh sama seperti dia.
ଘ(੭ˊᵕˋ)੭* ੈ✩‧₊˚
Quote:
Jika anak perempuan mengingat-ingat masa kecilnya, maka dia akan mengingat berbagai pola tingkah laku yang menyebalkan orang tuanya. Tapi apakah karena hal itu Ayah akan menampakkan kemurkaannya, bahkan lebih buruk lagi yaitu ayah akan memukul? Tidak. Justru Ayah tidak ada jemu-jemunya untuk selalu menjaga dan menemani anak perempuannya bermain-main. Dirinya akan berusaha untuk membawa anak perempuannya ke tempat terbaik, yang akan menyenangkannya. Hal yang lebih menakjubkan lagi, ketika anak perempuan semakin dewasa umurnya, seringkali kelakuannya masih kurang adab pada ayahnya sendiri, bahkan suka melawan ayahnya. Tetapi sang Ayah masih tetap saja menampakan kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sikap anak perempuannya itu.
Para ayah normalnya memang secara alamiah: lebih sabar berlipat dari istri! Ini keumuman. Bahwa ada yang tidak sesuai keumuman, ya normal saja. Ada banyak faktor. Faktor utama adalah tentang durasi pertemuan ayah bertemu dengan anak jauh lebih sedikit dibandingkan si ibu. Kekurangan waktu ini kemudian dibayar dengan kesabaran dan rasa kasih yang memang belum disalurkan sejak berpisah dari pagi dengan anak.
Jangan fokus ke akurasi angkanya, ini sekadar sampel ilustasi saja. Tiap keluarga bisa memiliki kondisi berbeda, ini hanya keumuman. Anggap di akhir pekan libur, Sabtu – Minggu, suami istri sama-sama punya skor yang sama berperan di keluarga. Lalu Pada hari kerja Senin – Jumat, katakanlah istri berperan sebagai ibu penuh waktu “mom stay at home”. Selama bangun dari subuh pukul 04.30 sampe anak tidur 21.00, jam dengan anak (asumsi anak belum sekolah), maka jam pertemuan ibu dengan anak: 16,5 jam. Ayah? Setiap Senin – Jumat katakanlah ayah ini menjadi ayah yang punya peran selain pencari nafkah, juga melibatkan diri berkontribusi dalam urusan keluarga. Setiap pagi, mulai bangun subuh, ngajak ke masjid, dan “quality time activity” lainnya di pagi hari 04.30-07.00, berarti jam pertemuan dengan anak 2,5 jam di pagi hari. Lalu di sore dan malam hari, pulang kerja sampai rumah pukul 18.00. Sejak pukul 18.00 asumsikan “doi” yang merasa bertanggung jawab ini, mengambil peran lagi, melaksanakan program 1821, ngajak anak ke masjid, menemani anak belajar, “story time”, mengantarkan anak ke tempat tidur sampai jam 21.00 berarti 3 jam. Total perkiraan pertemuan ayah dengan anak Senin-Jumat: 5,5 jam. Ibu? 16,5 jam. Kira-kira perbandinganya: 1:3. ITU PUN JIKA SI AYAH IKUT NGURUS LOH YA.
Quote:
Ayah juga merupakan sosok lelaki pertama yang mucul di hadapan anak perempuannya. Dia lelaki pertama dan terdekat yang berada disisinya. Demikian juga hal ini terus berlanjut hingga anak perempuan menjadi seorang wanita dewasa, yang tetap menjadikan ayahnya sebagai cinta pertamanya. Hal yang luar biasa, bahwa tidak jarang sosok seorang ayah dijadikan sebagai patokan dan panutan buat kaum wanita dalam mendapatkan pasangan seumur hidupnya. Cinta sang ayah pada anak perempuannya, lebih besar daripada lelaki manapun.
Menurut teori sexual imprinting, anak mendekat pada orangtua yang berbeda jenis kelamin. Anak perempuan kepada ayahnya, dan anak laki-laki kepada ibunya. Memang tidak terjadi pada semua manusia, tapi, asal Anda tahu, teori itu tepat terbukti pada binatang. Zebra jantan, misalnya, lebih bernafsu pada betina yang memiliki corak garis mirip ibunya. Domba yang disusui kambing lebih suka kimpoi dengan kambing, sementara kambing yang disusui domba lebih bernafsu dengan domba. Tapi jangan khawatir, tidak ada bukti, baik pada manusia maupun binatang-binatang itu, yang bernafsu kepada ayah atau ibu kandungnya sendiri.
Terakhir, ada pesan bunda tentang ayah 〜〜(/ ̄▽)/ 〜ф
Spoiler for Pesan bunda:
Anakku…
Memang ayah tak mengandungmu, tapi darahnya mengalir di darahmu. Darinya kau diwarisi kedermawanan dan kerendahan hati. Serta namanya.
Memang ayah tak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama mengantarkanmu pada Tuhan ketika kau lahir.
Memang ayah tak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu.
Nak…
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat, tapi tahukah kau dalam doanya tak pernah terlupa namamu disebutnya.
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika merasa tak aman.
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda karena kecintaannya dia takut tak sanggup melepaskanmu.
Dia ingin kau mandiri agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri.
Jauh didalam hatinya dia hanya ingin mampu membanggakanmu di mata Tuhan, menjadi penolong sesama.
Bunda hanya ingin kau tahu nak… bahwa Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda.
Berbahagialah yang masih punya ayah. Jagalah selalu kecintaan dari ayahmu dan janganlah engkau memutuskannya.
Anakku…
Jadi didirinya juga tedapat surga bagimu. Maka hormati dan sayangi ayahmu. Karena Bunda adalah tulang rusuk-nya.