- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
SKETSA SENJA


TS
rahmilf
SKETSA SENJA

Petang ini, rembulan kembali hadir terlambat. Beku dan membuatku menatap kaku pada riak-riak air laut. Aku kembali duduk di bebatuan pinggir pantai dengan sketsa ku. Ya, menorehkan senja dengan pensil gambar ku. Tak ada yang lebih menghibur dari ini semua. Perubahan? Apa yang berubah dari pemandangan ini, hanya saja jumlah awan yang lebih sedikit dari petang kemarin.
Aku pernah berhayal, andai saja kau berlayar menemuiku di tepian ini saat matahari tenggelam dan deburan ombak menghempas syahdu, sambil semilir angin melayangkan aroma wangi tubuhmu. Ah, aku masih saja tak pernah lupa waktu itu. Saat kita bergandeng tangan menyisir pantai, bercengkerama intim, dan tertawa lepas menikmati kebersamaan berdua sebelum kau memutuskan untuk mengarungi samudera.
***
"Nay, apa kau akan menantiku?"
Aku menelusuri setiap titik bola matamu untuk mencari ketulusan. Tiba-tiba aku tak mampu membendung sesak, kekuatanku seketika rebah oleh bulir bening ini.
"Jangan menyangsikan ku. Semestinya yang khawatir itu aku."
"Apa yang kau khawatirkan, Sayang?"
"Cintamu. Aku mengkhawatirkan cintamu."
"Jangan khawatirkan itu. Percayalah, cintaku padamu tak akan pernah mati. Kau lihat terumbu karang itu, meski setiap saat dihempas ombak, namun ia selalu setia menemani laut. Begitu juga cintaku. Sebesar apa kekuatan di luar sana untuk memisahkan kita, tapi aku akan selalu untukmu. Percaya lah."
"__."
***
Mendung kian membungkus pilu. Tiba-tiba ada tetesan kecil air langit jatuh di sketsaku. Ya, hujan. Gerimis. Aku buru-buru berteduh di bawah nyiur yang tak jauh dari bebatuan tadi. Duh, sketsaku jadi basah. Ah, lupakan.
Bayanganmu kembali menarikku untuk memikirkanmu. Ini sudah 3 tahun sejak kau pergi. Kata orang, pelaut itu tidak setia. Kata pelaut, pelaut itu setia. Aku bingung mau pilih yang mana. Kata orang atau kata pelaut sendiri. Hah, sudahlah, yang pasti sudah tiga tahun aku tak menerima kabar darimu langsung. Terakhir, aku hanya mendengar isu burung kalau kau sudah jadi kepercayaan di tempatmu bekerja.
Beberapa temanku pernah membuatku bimbang. Mereka katakan kalau kau pasti sudah melupakanku. Aku yakin, mereka berkata begitu karena tidak mendengar ucapanmu terakhir kali saat kau hendak pergi. Kau masih setia kan? kau masih memegang teguh janjimu kan? Tenang saja, aku percaya padamu. Aku tidak akan mendengarkan ocehan mereka semua. Aku tidak percaya mereka dengan segala ocehan asal nya. Aku lebih percaya kamu. Kesetiaan mu. ketulusan mu.
Meski beberapa waktu ini kau tak menghubungiku.
***
Aku lupa kali keberapa aku menemui senja sejak waktu itu, yang pasti, sketsaku sudah memenuhi kamar. Aku tak tahu alibi apa yang menguatkan ku untuk tetap melukis senja meski yang kutoreh berkisar itu-itu saja. Palingan patahan awan yang sedikit membuatnya berbeda. Ah, sama saja.
Aku melepas sendal tipisku dan menjinjingnya. Menyentuh butir pasir ini mengingatkan ku akan masa saat aku benar-benar tak menyukai lautan. Hanya kau yang berhasil membuatku keluar dari zona takutku. Masih ingat, sentuhan pertamaku dengan butir pasir pantai Peta. Aku terlonjak takut, dan kau langsung mendekapku. Dengan kesabaran kuat, kau papah aku selayaknya anak kecil yang baru belajar berjalan.
"Melangkah lah, Nay. Jangan takut. Aku akan memegangimu. Percaya lah, Sayang."
"Ya."
Setiap hari kita mengulangi hal yang sama, di pantai Peta. Awal mula ku melihat ketulusan mu. Menyaksikan kesungguhan mu. Saat itu, kita di tepian yang sama. tak ada kecurigaan. Kita benar-benar saling ada satu sama lain.
***
Duh...





Mohon komentar untuk kelanjutan ceritanya yaa....


Diubah oleh rahmilf 07-10-2018 20:59




suekethos dan anasabila memberi reputasi
2
4.4K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan