- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Capai Rp 500 Ribu


TS
mau.mau.lah
Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Capai Rp 500 Ribu
Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah belum bisa memastikan besaran tarif yang akan dikenakan pada bakal penumpang proyek kereta cepat Jakarta - Bandung. Persoalan tarif masih akan disesuaikan pada berbagai aspek dalam pengembangan proyek kereta kencang tersebut.
Staf Khusus bidang Media Kementerian Koordinator Kemaritiman, Atmadji Sumarkidjo, tak menutup kemungkinan bahwa tarif penumpang kereta cepat meningkat dari perkiraan awal. Tarif penumpang kereta cepat Jakarta - Bandung yang diperkirakan PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) pun bukan mustahil melonjak, bahkan hingga Rp 500 ribu. "Bisa-bisa saja itu," ucap Atmadji pada Tempo, Senin 19 Februari 2018.
Alasannya beragam, mulai dari nilai akhir investasi untuk membangun kereta cepat hingga persoalan kapasitas penumpang. Biaya pembangunan proyek, menurut Atmadji bisa meningkat seiring berbagai perubahan teknis konstruksi kereta cepat Jakarta Bandung.
"Kita kan lihat dulu biaya investasinya. Lalu nanti daily ridership (keterisian penumpang sehari) juga bisa mempengaruhi," katanya.
Tarif penumpang kereta cepat pun bisa berubah sesuai penentuan jangka waktu pengembalian investasi proyek tersebut. Apalagi, ucap Atmadji, pemerintah dipastikan tak memberi subsidi. "Itu kan business to business, beda dengan proyek lain, misalnya (tarif) Light Rapid Transit," tutur Admadji.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pun tak banyak berkomentar. Persoalan tarif kereta kencang, baginya terlalu dini untuk dibicarakan. "Belum, kita belum tahu soal itu," kata dia.
Di sisi lain, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, menilai persoalan tarif kereta cepat harus segera dimatangkan. Masyarakat dianggap perlu mengetahui kelayakan proyek yang dana mayoritasnya berasal dari pinjaman China Development Bank (DCB) tersebut dari sisi komersial.
"Masyarakat akan melihat dua hal, tarif dan kemudahan akses. Walau dijanjikan bisa (menempuh Jakarta-Bandung) 30 menit, harga yang tinggi tetap diperhatikan, itu hal sensitif," katanya pada Tempo.
Menurut Aditya, biaya konstruksi proyek bisa membengkak saat konstruksi berkembang. Dia mencontohkan dengan bangunan terowongan di lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer. "Belum dijamin biaya tak naik. Sekarang saja pun harga kereta (Jakarta-Bandung) yang existing (beroperasi) sudah sekitar Rp 120 ribu, termahal Rp 160 ribu."
Meski tarif telah dikaji KCIC, kata Aditya, penyelesaian proyek yang molor pun bisa berdampak pada tarif penumpang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, membenarkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung akan molor. Kereta kencang itu ditargetkan beroperasi pada 2019, namun pembebasan lahannya baru rampung 54 persen, atau sekitar 55 km dari total panjang lintasan. Pembangunan sudah dilaksanakan di 22 km pertama, sementara sisanya di tahap land clearing.
"Pembebasan lahan juga lambat karena kita baru dapat penetapan lokasi pada 31 Oktober 2017, dan masih yang harus diminta persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," kata Rini, kemarin.
Pinjaman tahap awal dari CDB pun dijadwalkan cair bulan depan. Dana itu merupakan bagian dari pinjaman yang disetujui CDB senilai total US$ 5,9 miliar.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana-Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Ahmad Bambang, sebelumnya mengungkapkan kepastian pencairan pinjaman itu. Dia merujuk pada pertemuan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan CDB. "Pinjaman yang cair sekitar US$ 594 juta. Arus kas Wika juga tidak ada masalah," katanya.
https://bisnis.tempo.co/read/1062309...ng-rp-500-ribu
500rb siapa yang mau naik
Staf Khusus bidang Media Kementerian Koordinator Kemaritiman, Atmadji Sumarkidjo, tak menutup kemungkinan bahwa tarif penumpang kereta cepat meningkat dari perkiraan awal. Tarif penumpang kereta cepat Jakarta - Bandung yang diperkirakan PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) pun bukan mustahil melonjak, bahkan hingga Rp 500 ribu. "Bisa-bisa saja itu," ucap Atmadji pada Tempo, Senin 19 Februari 2018.
Alasannya beragam, mulai dari nilai akhir investasi untuk membangun kereta cepat hingga persoalan kapasitas penumpang. Biaya pembangunan proyek, menurut Atmadji bisa meningkat seiring berbagai perubahan teknis konstruksi kereta cepat Jakarta Bandung.
"Kita kan lihat dulu biaya investasinya. Lalu nanti daily ridership (keterisian penumpang sehari) juga bisa mempengaruhi," katanya.
Tarif penumpang kereta cepat pun bisa berubah sesuai penentuan jangka waktu pengembalian investasi proyek tersebut. Apalagi, ucap Atmadji, pemerintah dipastikan tak memberi subsidi. "Itu kan business to business, beda dengan proyek lain, misalnya (tarif) Light Rapid Transit," tutur Admadji.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pun tak banyak berkomentar. Persoalan tarif kereta kencang, baginya terlalu dini untuk dibicarakan. "Belum, kita belum tahu soal itu," kata dia.
Di sisi lain, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Aditya Dwi Laksana, menilai persoalan tarif kereta cepat harus segera dimatangkan. Masyarakat dianggap perlu mengetahui kelayakan proyek yang dana mayoritasnya berasal dari pinjaman China Development Bank (DCB) tersebut dari sisi komersial.
"Masyarakat akan melihat dua hal, tarif dan kemudahan akses. Walau dijanjikan bisa (menempuh Jakarta-Bandung) 30 menit, harga yang tinggi tetap diperhatikan, itu hal sensitif," katanya pada Tempo.
Menurut Aditya, biaya konstruksi proyek bisa membengkak saat konstruksi berkembang. Dia mencontohkan dengan bangunan terowongan di lintasan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142 kilometer. "Belum dijamin biaya tak naik. Sekarang saja pun harga kereta (Jakarta-Bandung) yang existing (beroperasi) sudah sekitar Rp 120 ribu, termahal Rp 160 ribu."
Meski tarif telah dikaji KCIC, kata Aditya, penyelesaian proyek yang molor pun bisa berdampak pada tarif penumpang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, membenarkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung akan molor. Kereta kencang itu ditargetkan beroperasi pada 2019, namun pembebasan lahannya baru rampung 54 persen, atau sekitar 55 km dari total panjang lintasan. Pembangunan sudah dilaksanakan di 22 km pertama, sementara sisanya di tahap land clearing.
"Pembebasan lahan juga lambat karena kita baru dapat penetapan lokasi pada 31 Oktober 2017, dan masih yang harus diminta persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," kata Rini, kemarin.
Pinjaman tahap awal dari CDB pun dijadwalkan cair bulan depan. Dana itu merupakan bagian dari pinjaman yang disetujui CDB senilai total US$ 5,9 miliar.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana-Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN, Ahmad Bambang, sebelumnya mengungkapkan kepastian pencairan pinjaman itu. Dia merujuk pada pertemuan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan CDB. "Pinjaman yang cair sekitar US$ 594 juta. Arus kas Wika juga tidak ada masalah," katanya.
https://bisnis.tempo.co/read/1062309...ng-rp-500-ribu
500rb siapa yang mau naik
0
3.4K
Kutip
39
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan