Ketua Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya`roni mengatakan, sejarah mencatat, untuk menaklukan suatu bangsa tidak hanya melalui perang. Penaklukan bisa dilakukan melalui cara lain, misalnya melalui utang yang menumpuk dan narkoba. Indonesia pernah disetir oleh International Monetary Fund (IMF) karena utang. Akibatnya Indonesia harus mengikuti semua kehendak IMF diantaranya harus memprivatisasi BUMN-BUMN strategis.

"Beruntung di era SBY, hutang IMF bisa dilunasi dan Indonesia bisa terlepas dari cengkeraman IMF," ujar Sya'roni kepada Harian Terbit, Minggu (18/2/2018).

Tapi sayangnya di era Jokowi, sambung Sya'roni, Indonesia kembali terlilit utang yang sangat besar. Tiga tahun pemerintahan Jokowi, utang Indonesia telah bertambah Rp1600 triliun. Sehingga utang sebesar itu pasti memiliki konsekuensi masuknya Indonesia ke dalam ketidakberdayaan menghadapi kemauan negara kreditur. Karena apa yang diinginkan negara kreditur maka Indonesia harus mengikutinya termasuk ketika harus mencabut berbagai subsidi untuk rakyat.

Selain itu, maraknya penyeludupan narkoba yang masuk ke Indonesia, ujar Sya'roni, bisa jadi merupakan strategi seperti yang pernah dilakukan oleh pihak Inggris ketika menginvasi China. Pada waktu itu Inggris menerapkan strategi Perang Candu. Dan terbukti Inggris mampu memenangkan peperangan dan mendapatkan konsensi penguasaan atas Hongkong hingga 100 tahun lamanya. Atas keberhasilan strategi Candu tersebut bisa saja sedangkan dimainkan pihak asing terhadap Indonesia.

"Di era modern saat ini strategi tersebut diterapkan kembali untuk memperlemah generasi muda dari negara yang ingin dikuasai. Sejarah sudah berbicara, maka tugas pemimpin Indonesia untuk belajar dari sejarah. Jangan sampai negara Indonesia takluk dari negara asing karena hutang dan narkoba," paparnya.

Neoliberalisme

Sementara itu Ketua Badan Relawan Nusantara (BRN) Edysa Tarigan Girsang mengatakan, penyebab ketergantungan negeri ini kepada asing karena diawaki para pengambil kebijakan yang pro neoliberalisme. Akibatnya negeri ini dan rakyatnya yang terkena imbasnya. Padahal jebakan neoliberalisme yang membuat kedaulatan serta keberdikarian negeri ini jauh dari harapan.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ronnie Higuchi Rusli, dalam ciutannya di akun Twitter @Ronnie_Rusli juga menyebut Indonesia sudah dimasukkan dalam target fail state atau negara gagal, sehingga gagal menjadi salah satu dari empat negara terbesar dan maju di dunia.

Ronnie pun menyebut skenario atau cara yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara gagal. “Indonesia sudah dimasukkan dalam target supaya tidak menjadi salah 1 dari 4 negara terbesar dan maju di dunia dengan cara: 1. Dikirimi narkoba supaya jadi junki population dan fail state, 2. Diberi utangan yang sulit untuk dilunasi, 3. Diupayakan menjadi negara sarang teroris. 4. Pecah jadi negara-negara baru,” beber @Ronnie_Rusli.

Menurut Ronnie, jika pemerintah sadar akan bahaya yang mengancam tersebut, cukup memperhatikan empat hal yang disebut Ronnie.

“Kalau Pemerintah sadar akan bahaya yang mengancam negara ini cukup perhatikan dengan seksama dan sikat yang namanya Narkoba (imperium China hancur karena ini makanya tiada ampun di negeri China) dan 3 hal utama yang saya sampaikan itu,” tulis @Ronnie_Rusli.

Menghadapi ancaman itu, kata Ronnie, Indonesia membutuhkan individu yang bisa menjadi mata-telinga pemerintah untuk mencermati empat skenario negara gagal tersebut.

“Kita butuh individu seperti Menteri Kelautan yang menjaga sumberdaya ‘protein (ikan)’ di laut yang dulu rutin dicuri dari Indonesia. Juga individu di BIN dan BIA yang jadi mata-telinga Pemerintah untuk 4 hal utama yang saya sampaikan,” kata @Ronni.

http://www.harianterbit.com/m/nasional/read/2018/02/19/93767/0/25/Utang-dan-Narkoba-Membuat-Indonesia-Jadi-Negara-Gagal

Prihatin gan