- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cerita Fiksi Horror : Pesta Ulang Tahun


TS
ajid48
Cerita Fiksi Horror : Pesta Ulang Tahun
Halo agan-agan, salam kenal semuanya. Pernekalkan ane Ajid48
. Ini adalah cerita pertama ane yang kemarin pernah ane taro di forum creator , dan sebelumnya mau bilang kalau kisah ini Murni Fiksi, ga ada unsur kesamaan dengan karakter nyata. Jadi mohon untuk dinikmati aja ya ceritanya 
cerita ini ane kasih judul


cerita ini ane kasih judul
"Pesta Ulang Tahun"
Quote:
intro :
Dikisahkan Talia, anak remaja berusia 19 tahun yang memiliki sahabat bernama Naya. Mereka bersahabat sejak awal masuk kuliah.Di suatu ketika, Naya mengundang Talia untuk ke pesta ulang tahunnya yang diadakan secara pribadi di rumahnya. Hanya beberapa teman nya saja yang dapat datang termasuk Talia. Karena semua acara sudah diatur oleh ayah Naya yang bernama Haryadi. Jujur saja, Talia belum pernah mendatangi rumah Naya dan Naya hanya memberinya sebuah amplop undangan untuk langsung datang kerumahnya. Dan hari senin tepatnya tanggal 13 April 2015, Talia berangkat untuk kepesta ulang tahun sahabatnya itu.
Dikisahkan Talia, anak remaja berusia 19 tahun yang memiliki sahabat bernama Naya. Mereka bersahabat sejak awal masuk kuliah.Di suatu ketika, Naya mengundang Talia untuk ke pesta ulang tahunnya yang diadakan secara pribadi di rumahnya. Hanya beberapa teman nya saja yang dapat datang termasuk Talia. Karena semua acara sudah diatur oleh ayah Naya yang bernama Haryadi. Jujur saja, Talia belum pernah mendatangi rumah Naya dan Naya hanya memberinya sebuah amplop undangan untuk langsung datang kerumahnya. Dan hari senin tepatnya tanggal 13 April 2015, Talia berangkat untuk kepesta ulang tahun sahabatnya itu.
Cerita Utama
Quote:

Malam itu, hujan turun rintik-rintik membasahi trotoar jalan menuju rumah Naya dijalan Veteran. Talia berjalan seorang diri dengan lindungan payung yang ia pegang. Dengan tas yang ia gendong dipunggungnya, Talia berjalan sambil sumringah tertera diparasnya. Ia lalu berhenti sejenak. Ia sadar kalau ia lupa akan alamat rumah yang ditujunya. Dengan segera ia mengeluarkan secarik amplop di sakunya dan menlihat sebuah alamat dengan bertuliskan No.45 besar-besar disana. Ia pun segera mencari nomor rumah tersebut. menemukannya di ujung jalan. Talia segera menuju kesana. Jam menunjukkan jam 9 malam. Dalam hati, Talia amat bersyukur ia tidak begitu terlambat. Didepan rumah Talia hanya menatap amplop yang berisikan alamat itu dan hanya memastikan jika ia tidak salah alamat. Dan kemudia ia melangkah maju ke arah pintu dan mulai mengetuk pintu tersebut
=====


"Permisi... Permisiii.... Permisiii". Talia mengetuk pintu dengan penuh harapan..Ia pun mengetuk kembali pintu rumah ber-cat putih itu. "Permisiii.... Permisiii..." Tak lama kemudian pintu rumah terbuka. Ada sosok laki-laki bertubuh besar disana berdiri diambang pintu menatap Talia. Talia amat gugup melihat laki-laki itu dan kemudian laki-laki itu berbicara kepadanya. "Kamu pasti Talia ya?" Tanyanya."Perkenalkan saya Haryadi, ayah Naya. Naya banyak cerita soal kamu." Jelas Haryadi yang masih berdiri diambang pintu.
"Ia Pak.. saya Talia. Oh begitu ya Pak."Jawab Talia. Lalu Haryadi pun mengajak Talia masuk kedalam rumah tersebut dimana sudah ada pernak pernik, balon, lampu lampu, mesin karaoke dan kue ulang tahun yang terlihat kecil.
=====

Didalam, ada Naya ddisana yang parasnya sedikit murung sedang bersama Ibunya. Talia pun menyapanya."Hey Nay. Happy Birthday yaaa..selamat panjang umur. sehat selalu dan..." Talia terhenti menyapa. Talia melihat ekspresi Naya yang agak aneh. Ia terlihat sedih. "Lo kenapa Nay?" Talia menanyakan hal itu tetapi tidak gusrih oleh Naya sehingga membuat Ibunya terpaksa berbicara kepada Talia. "Naya sedih karena semua orang yang diundangnya tidak ada yang datang. Padahal ini Ulang Tahunnya dan memang hanya beberapa orang saja," Jelas Ibunya. Talia segera memeluk Naya yang sedih itu. "Memang kenapa kalau semua orang diundang,? kan lebih meriah juga Bu" Tungkas Talia. "Karena Kita ga punya banyak biaya untuk mengundang semua. Jadi ya hanya beberapa saja, Nak Talia". Talia tidak bisa bicara apa-apa karena Talia merasa sepertinya mereka orang yang kurang mampu. Tapi tak ingin membuat Naya berlanjut bersedih, Talia meminta untuk merayakan seadanya saja. Mulanya, Naya tidak mau, tapi kemudian Naya akhirnya menyetujui untuk merayakan mereka bertiga saja. Mereka pun merayakan acara itu tanpa adanya Tamu Undangan.
Cerita Lanjutan
Quote:

Acara berselang, potong kue baru saja dilaksanakan. Tetapi Talia kebingungan karena sejak masuk kerumah itu, ia tidak lagi melihat ayah Naya sejak bertemu di ambang pintu. Talia yang sedang memegang kue pun menanyakan pada Naya dan Ibunya. "Ehh Maaf Naya, Bu... Bapak kok dari tadi ga keliatan ya? Aku baru sadar kalau ida ga bersama kita." Tanya Talia dengan paras kebingungan. "Eh Maaf ya Talia... Ayahku emang penyendiri banget kalau jam-jam segini. Dia udah bilang tadi sama kita berdua kalau dia ada urusan dikamarnya." Jelas Naya. "Oh, kerjaan kah? Masa anaknya ulang tahun ga mau ngehadirin sih" sambil meledek mencoba mebuat suasana tidak kaku. "Aku juga udah seneng kok ternyata kamu memang bener sempetin dateng." Jelas Naya. "Aku bersyukur banget, Nak Talia seperti penyelamat buat anak saya. Terima Kasih Nak." Jawab Ibunya sambil tersenyum kepada Talia. Talia pun membalas dengan senyuman balik. "Ohia, Kalau boleh tau toilet dimana ya? Aku ingin kesana sebentar." "Oh Lurus aja, nanti ada pintu warna merah yang dihadapannya ada pintu putih, , belok ke kiri. nah diujung lorong ada disana."Naya Menjelaskan dengan sigap. Talia pun segera meninggalkan mereka berdua.
=====


Malam itu, petir mulai memancarkan auranya beriringan dengan hujan lebat yang turun. Sekembalinya dari toilet, Talia kembali melewati pintu berwarna merah itu. Disana Talia melihat pintu itu agak sedikit terbuka. Talia sedikit penasaran akan pintu tersebut tapi karena tidak ingin dianggap lancang, ia pun ingin menutup pintu tersebut . Ketika hendak menutupnya, Talia mendengar suara dari dalam ruangan itu. Talia terkejut mendengarnya. Terdengar suara seseorang yang seperti tengah berdoa. Melihat sekeliling terlebih dahulu, Talia tak melihat Naya dan Ibunya hadir melihatnya. Talia pun mencoba membuka perlahan pintu tersebut berniat mencari tau arah suara. Ketika sedikit dibuka, Talia terkejut melihat Haryadi tengah mendengakan tangannya dihadapan guci sambil mengucapkan kalimat-kalimat aneh. Lama Talia ternganga melihat apa yang ada disana semakin membuat terkejut dan menutup mulutnya agar suaranya tak terdengar ketika melihat sesosok Demit bangkit dari balik guci tersebut. Bau kemenyan mulai membius kehidung Talia dan Talia perlahan memundurkan tubuhnya hingga mendekati pintu putih yang ada di sebrangnya yang juga sedikit terbuka. Masih dalam keadaan ketakutan, Talia kembali membuka pintu putih tersebut dan ternyata disana terdapat mayat-mayat manusia. Mayat itu beberapa ada yang ia kenal ada juga yang tidak. Yang ia kenal adalah teman satu Kampusnya dan yang tak dikenal kemungkinan keluarganya dimana Talia mulai mengambil kesimpulan pada saat tengah ketakutan itu bahwa mereka adalah orang orang yang sebenarnya telah datang ke undangan pesta ulang tahun tersebut. Talia segera pergi dari area itu dan berniat untuk Pamitan dengan Naya dan Ibunya.
=====

Ketika bertemu dengan Naya dan Ibunya, mereka melihat Talia dengan ekspresi tidak karuan. "Kamu kenapa Lia?" Tanya Naya. "Ehh. Ga Apa-apa. Nay , Bu. aku pamit duluan ya, sepertinya ayahku udh nyuruh aku pulang duluan.!" Pinta Talia, Panik. "Loh diluar masih hujan deras Nak." Ujar Ibu Naya. "Atau kamu boleh menginap aja disini Talia." Permintaan Naya ini justru seperti membuat Talia makin panik. Tak lama dari arah lain, ada yang berujar "Iya, kenapa tidak menginap saja disini." Haryadi perlahan berjalan menghampiri Talia. "Diluar masih hujan deras. Nanti kau bisa sakit." Haryadi mulai dekat dengan Talia dan Talia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Nay, Gue boleh ngomong sebentar ga Nay?" Talia mengajak Naya untuk pergi ke Toilet dengan niat orang tua mereka tidak mendengar. Dengan keadaan Haryadi dan Ibu Naya yang masih kebingungan, Naya pun menyetujui nya.

Belum jauh dari belokan menuju lorong, Naya di tahan oleh Talia. "Ada apa sih, Lia?"Tanya Naya heran. "Gue pengen Nanya, bokap lo kalau di kamar, lo tau dia ngapain?" Talia memulai pembicaraan dengan nada berbisik agar tak didengar. "Tau...Bokap gue kalau di kamar ya kerja lah, dia lagi sakit juga sekarang. Mau luh apa Lia? "
Ketika mereka sedang bertengkar kecil, Terdengar jeritan dari arah ruang tamu. Ketika mereka berdua melihatnya, Haryadi telah melakukan hal yang tak terduga. Ibu mereka dibunuh. Talia segera menarik temannya itu yang menjerit histeris dan segera mencari tempat persembunyian. Mereka memilih kamar Haryadi sendiri.
Haryadi berjalan perlahan menelusuri lorong itu. Ketika di depan pintu pertama, Haryadi melirik sedikit ke isi kamar tersebut. Ia melihat Demit tengah memakan para Tamu Undangan pesta ulang tahun, Haryadi pun mengacuhkannya. Ia lanjut berjalan kearah kamarnya.
========
"Talia... Ibu gue Talia...Ibuuu" Masih tak percaya akan yang dilihatnya sambil menahan pintu kamar. Talia sedari tadi memperhatikan seisi kamar milik haryadi dan ia melihat sebuah guci yang ia lihat sejak awal. Tiba tiba penyangga pintu mulai bergerak. Membuat mereka berdua ketakutan. "Tahan... Guebakal hajar dia pakai guci. Ketika gue bilang buka. Lu langsung buka! Oke!" Awalnya Naya tak ingin menyakiti ayahnya, tetapi karena ia sadar bahwa itu bukanlah jiwa ayahnya. Naya menyetujui.. Mereka pun beraksi. Naya membuka pintu dan kemudian Talia langsung mencoba memukul Haryadi dengan guci, tetapi berhasil di tikas oleh Haryadi. Haryadi mencengkram Talia saat itu juga. Naya yang mencoba melawan berhasil melengahkan Haryadi. HAryadi pun mengejar Naya. Tapi sebelum itu, Haryadi memukul Talia hingga pingsan.

"Yati... Tunggu Yati" Ucap ayahnya yang mengejar Naya yang tengah berlari di lorong rumahnya. Ketika sampai pintu, Haryadi berhasil memegang Tangannya. Haryadi mencoba menjelaskan tetapi Naya ayati tak lagi percaya pada ayahnya. Haryadi mekasa dan menjelaskan jika semua itu dilakukan untuk mendapat kekayaan. Naya tercengang disana ketika mendapat pengakuan. Naya tetap menolak akan kepercayaan Ayahnya. "Engga Yah,Aku lebih baik Ayah Mati sekarang juga!!" Haryadi marah besar dan kemudian mencoba membunuh Naya . Dari belakang, Talia berhasil memukul kepala Haryadi hingga terjatuh. Kaki Talia pun ditikas oleh haryadi hingga terjatuh pula. Melihat kesempatan pisau yang dipegang ryadi terlempar, Talia segera mengambilnya dan menusuk-nusukan ke tubuh Haryadi hingga menggerang suaranya. Haryadi tewas disana, Naya yang tak percaya kejadian itu menjadi bencana. Hanya bisa pasrah. Kemudian dari belakang Talia, Terlihat Demit mulai menundukkan dan mengambil Jiwa Talia. Sebelum itu, Talia meminta untuk pergi dari rumah itu. Naya dengan terpaksa keluar dari rumah dan mengunci rumah itu. Dari dalam terdengar suara Talia menjerit.

Naya semakin sedih bercampur ketakutan yang tak bisa ia lupa. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi dirumah itu. Tak jauh dari sana, terdengar suara mobil polisi. Naya melihat kearahnya dan ada petugas, juga warga sekitar tengah menuju kearahnya. Dari sana pun Naya segera pergi dari area Rumah itu tanpa menolehkan pandangannya.
Terima kash yang sudah mau membaca panjang lebar.
Jangan lupa untuk Tinggalkan Komentar dan Rating dari cerita ni ya guys



Maaf kalau ada beberapa bagian yang terkesan absurb atau kurang jelas.
Penulis hanya memberi keterangan cerita nya saja.
sekian dulu, kalau misal kalian suka, ane akan coba lanjut cerita lain ya gan




Diubah oleh ajid48 18-02-2018 01:08


anasabila memberi reputasi
1
2.2K
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan