- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Fakta dan Hoax Seputar Penyerangan Ulama dan Tempat Ibadah


TS
dodydrogba
Fakta dan Hoax Seputar Penyerangan Ulama dan Tempat Ibadah
Baru - baru ini Indonesia terjadi kasus unik yang menargetkan ulama dan tempat ibadah, sebagian pelaku memang orang kelainan jiwa walau aneh kalau orang kelainan jiwa bisa menyerang terorganisir seperti itu. Di sisi lain yang namanya orang gila tentu punya kelainan jiwa yang membuat sulit memahami apa yang terjadi di sekitar, disuruh ini mau, ditanya namanya jojon misalnya ya kadang iya kadang berubah dan inilah yang membuat miris bahwa sebagian pihak tak bisa menyikapi masalah ini dengan bijak. Mereka dengan seenaknya menuduh gelandangan dan orang gila yang tak ada sangkut pautnya sebagai pelaku bahkan dipaksa mengaku sebagai PKI dengan sebuah skenario. Agar bisa menyikapi masalah dengan bijak dan tidak menimbulkan korban tak bersalah yang tak ada sangkut pautnya ada baiknya melihat isu ini dari dua sisi yaitu fakta dan hoax:
1. Sampai sejauh ini ada tiga kasus fakta sejenis yang memang terjadi berikut informasinya:

JawaPos.com – Setelah kasus penganiayaan KH Umar Basri, kasus serupa menimpa Ustad Prawoto hingga meninggal dunia. Korban dianiaya oleh pelaku dengan menggunakan linggis. Terungkap Komandan Brigade Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) itu dibunuh oleh tetangganya, Asep Maftuh, 45.
Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo membeberkan kronologi pembunuhan Ustad Prawoto. Pembunuhan sadis itu membuat geger warga Blok Kasur RT 1/5, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Kamis (1/2) pagi.
Mantan Kapolres Metro Jakarta Pusat itu mengatakan, kejadian berawal saat pelaku Asep menggedor rumah Ustad Prawoto menggunakan pipa besi. Utstad Prawoto kemudian menegur pelaku.
Teguran korban membuat pelaku tambah emosi. Pelaku mengejar korban sambil membawa potongan pipa besi.
Korban dikejar hingga 500 meter dan terjatuh di depan warung milik Eni. Pelaku kemudian menganiaya korban di bagian kepala dan tangan hingga tak berdaya. Akibatnya, kepala korban bocor dan mengalami patah tulang.
“Pelaku memukuli korban beberapa kali yang mengakibatkan korban mengalami luka patah tangan kiri dan luka terbuka di kepala,” ucap Hendro dilansir Pojoksatu (Jawa Pos Group).
Hendro menambahkan, polisi telah mengamankan pelaku. Polisi akan tetap memproses pelaku meski terindikasi mengalami gangguan kejiwaan. Nanti majelis hakim yang akan memutuskan apakah kasus tersebut akan dihentikan atau tidak.
Penyidik telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengumpulkan barang bukti di lokasi kejadian. “Saat ini anggota Satuan Reskrim Polrestabes Bandung melakukan oleh TKP dan berkoordinasi dengan RSJ Cisarua,” tandas Hendro.
Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan, pelaku penganiaya Ustad HR Prawoto, merupakan pasien Rumah Sakit (RS) Jiwa. “Pelaku tetangga depan rumah almarhum, pasien RS Jiwa,” ucap Irjen Agung.
https://www.jawapos.com/read/2018/02...u-berlaga-gila

Tuban: MZ, 40, ditangkap polisi usai merusak kaca Masjid Baiturrahim di Jalan Sumurgempol, Tuban, Jawa Timur. Ia diduga mengalami gangguan jiwa.
"Hasil interograsi dan pemeriksaan sementara bahwa pelaku tersebut mengalami gangguan kejiwaan," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung kepada wartawan, Selasa 13 Februari 2018.
Frans mengatakan, MZ adalah Warga Karangharjo, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. MZ terluka pada tangan dan kaki akibat terkena pecahan kaca.
"Serta pada saat diamankan pelaku teriak-teriak," ujar dia.
Saat diinterogasi di lokasi, kata Frans, pelaku hanya menjawab ingin bertemu dengan satu ulama setempat. Saat dipertemukan dengan ulama yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Islahiyah, MZ bersujud dan meminta doa.
"Sampai saat ini masih belum diketahui motif dari pelaku dan masih dalam pemeriksaan sat Reskrim Polres Tuban," ujar dia.
Kejadian bermula saat MZ bersama tiga orang diduga anaknya, menyambangi Masjid Baiturrahman pada Senin, 12 Februari 2018, pukul 16.00 WIB. MZ lalu beribadah dan sempat berdialog dengan warga sekitar.
Sekitar pukul 17.30 WIB, ia meninggalkan masjid dan kembali lagi menjelang waktu salat Isya. Ia mengikuti salat berjemaah, tetapi membuat barisan saf sendiri.
"Setelah mengerjakan salat Isya, yang bersangkutan melaksanakan istirahat dan tidak beranjak dari Masjid," jelasnya.
MZ bertahan di masjid hingga sekitar pukul 01.00 WIB. Seorang warga, kata Frans, lalu menghampiri menanyakan maksud dan tujuan kedatangan MZ di Masjid Baiturrahim.
Namun, MZ malah diduga memukul warga itu. Korban pemukulan itu lalu keluar dan memanggil warga lain.
Baca: Masjid di Tuban Diserang Orang tak Dikenal
"Sekitar pukul 01.30 WIB, pelaku melakukan pengrusakan terhadap kaca Masjid Baiturrahim dengan menendang menggunakan kaki," ujar dia.
Mendengar ada suara pecahan kaca, warga sekitar Masjid berdatangan dan meneriaki pelaku agar menghentikan perbuatannya. Namun, pelaku bergeming.
Selasa, 13 Februari, sekitar pukul 03.00 WIB, polisi datang dan coba berkomunikasi dengan pelaku. Selanjutnya, pelaku beserta rombongannya itu dibawa ke rumah sakit. Pelaku lalu diamankan polisi untuk dimintai keterangan.
Polisi menyita barang bukti berupa satu laptop, dua telepon genggam, tas berisi pakaian, popok bayi, bantal, selimut, buku-buku, tas kresek berisi uang dengan pecahan Rp20 ribu dan Rp40 ribu, satu pasang sendal jepit, serta STNK mobil. Mobil yang digunakan pelaku turut disita.
http://news.metrotvnews.com/peristiw...-gangguan-jiwa
Nah Jika tadi kabar fakta, berikut kabar hoax bahkan mencakup aksi salah sasaran dan penuh skenario

Ada dua kejadian yaitu melalui kiriman hoax di sosial media serta skenario rekayasa persekusi orang gila
1. Polisi Pastikan Kabar Soal Penganiayaan Ustaz di Kabupaten Bogor Hoax
TRIBUNJABAR.CO.ID, BOGOR - Kabar soal seorang ustaz di Bogor dianiaya orang gila yang menjadi viral di media sosial mendapatkan bantahan dari pihak kepolisian.
Kapolres Bogor AKBP Andi Mochamad Dicky dalam keterangan yang ia tulis di akun facebook miliknya.
Andi memastikan, kabar seorang ustaz bernama Sulaiman yang tinggal di Cigudeg Kabupaten Bogor telah dianiaya adalah kabar hoax.
"Iya (hoax), dari laporan masyarakat juga tidak ada. Dari informasi yang beredar, sudah dicek ke Kecamatan Cigudeg Desa Sinar Asih tidak ada," ujar Andi via pesan whats app nya, Rabu (7/2/2018).
Meski begitu, pihaknya siap menindaklanjuti kasus tersebut jika benar-benar ada laporan resmi yang diterimanya terkait kabar penganiayaan tersebut.
"Jika ada yang tahu kami tunggu laporannya. Sementara ini sumber informasi di medsosnya akunnya anonim. Sedangkan hasil pengecekan di lapangan masih nihil," ujar Andi.
Sebelumnya, kabar soal penganiayaan seorang ustaz di Kabupaten Bogor menjadi viral di media sosial.
Adalah pemilik akun facebook dengan nama akun Bunda Rashifa yang pertama kali mengabarkan hal tersebut.
"Untuk kesekian kalinya terjadi penganiayaan terhadap ulama2 di Jabar. Hr ini ulama Bogor, Ust Sulaiman dibacok orang gila di Bogor. Umat ISLAM rapatkan barisan, Always Waspada, #Waspada, #SaveUlama #HasbunallahWanimalWakiil," tulis akun Bunda Rashifa.
Pantauan Tribun Jabar, akun itu tidak menunjukkan identitas diri si pemilik akun.
Meski begitu, akun tersebut tercatat memiliki teman sebanyak 4000 pengguna facebook. (*)
http://jabar.tribunnews.com/2018/02/...ten-bogor-hoax
2. Penganiayaan Gelandangan 'PKI' Diduga Rekayasa Anggota Ormas
Jakarta, CNN Indonesia -- Penganiayaan seorang tunawisma di Bogor yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia diduga hanya rekayasa oknum anggota organisasi kemasyarakatan.
Tak cuma menganiaya, oknum anggota ormas juga diduga menyebarkan video penganiayaan ke media sosial.
Polisi saat ini telah mengamankan tiga anggota ormas yang diduga menganiaya dan menyebarkan video.
Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Andi Mochammad Dicky mengatakan, dari hasil pemeriksaan, tudingan korban angggota PKI tanpa ada dasar apapun.
"Pelaku melakukan hasutan dan memvideokan lalu menyebarkan lagi ke WA (whatsapp) group dan kemudian ada lagi anggota grup yang unggah ke medsos dengan kemasan organisasi terlarang," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (14/2).
Lihat juga: Gelandangan di Bogor Babak Belur oleh Warga karena Diduga PKI
Korban berinisial S dengan usia 41 tahun. Kejadiannya, Sabtu (10/2) hari lalu. S merupakan seorang tunawisma yang mengalami gangguan kejiwaan. Kepolisian sendiri masih melakukan pengecekan kejiawaan dan visum terhadap S, di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Usai kejadian, kepolisian meminta keterangan sejumlaj orang yang diduga mengetahui kejadian ini.
Dicky melanjutkan, pihaknya juga akan memeriksa tiga orang anggota salah ormas keagamaan itu yang sempat mampir ke TKP. Mereka diduga datang ke TKP setelah pengeroyokan itu. Namun, Dicky enggan menyebutkan identitas ormas itu.
Lihat juga: Politica Wave Sebut Hoax Kebangkitan PKI Dominan di Medsos
"Polisi akan memeriksa tiga orang oknum salah satu ormas yang ternyata sempat ke TKP, dan menurut saksi-saksi bahwa mereka juga ikut melakukan aksi kekerasan setelah diajak oleh salah satu pelaku penyebar video tersebut," ujar Dicky.
Tiga orang itu, kata Dicky, datang karena terprovokasi video yang tersebar.
Lihat juga: FPI Siap Laporkan Sekjen PDIP soal Tudingan PKI
Selain itu, Dicky juga akan memanggil saksi ahli Hukum Pidana dan ahli Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...anggota-ormas/

tirto.id - Pria bernama Wahyudin Firmansyah harus mendapatkan 9 jahitan di kepalanya akibat dihajar oleh massa di Kelurahan Sukaratu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Wahyudin, yang mengalami gangguan kesehatan mental, menjadi sasaran amukan massa karena dituduh hendak membunuh seorang tokoh agama setempat yang bernama KH Encep Muhaemin. Massa yang menghajar Wahyudin juga menuduhnya sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Polda Banten memastikan Wahyudin kini tercatat sebagai pasien penyakit rumah sakit jiwa Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa (PSBLHS) 2, Cipayung, Jakarta Timur.
Wahyudin yang berumur 28 tahun pada 2018 sudah pernah menjadi warga binaan sosial di PSBLHS 1 sebelum dipindahkan ke PSBLHS 2, pada 27 Januari 2017. Dia dipindahkan bersama 24 warga binaan lainnya.
Kabid Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin mengatakan Wahyudin meninggalkan PSBLHS 2 tanpa keterangan, sejak 19 September 2017. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta juga sudah mengeluarkan surat keterangan terkait hilangnya Wahyudin.
Menurut Zaenudin, keberadaan Wahyudin baru diketahui pada 4 bulan kemudian. Ternyata dia berada di sekitar Kampung Ciwalet, Kelurahan Sukaratu dalam kondisi menjadi korban amukan massa.
Sebelum insiden itu terjadi, Wahyudin memang terlihat mondar-mandir di sekitar rumah KH Encep Muhaemin selama 3 hari. Zaenudin memastikan Wahyudin berada di daerah itu karena kebetulan saja. Sebab, Wahyudin tidak memiliki tempat tinggal.
Zaenudin menduga sejumlah kasus penyerangan dengan korban pemuka agama, yang terjadi dalam dua pekan belakangan, memicu kekhawatiran berlebihan dari masyarakat di Sukaratu terhadap kehadiran orang tak dikenal.
"Isunya itu macam-macam, ada teroris lah, ada PKI lah. Ini orang gila ditanya, 'kamu PKI ga?' Ya namanya orang gila, dia kan (jawab) iya saja," kata AKBP Zaenudin saat dihubungi Tirto pada Selasa (13/2/2018).
Zaenudin menduga tuduhan PKI yang ditujukan ke Wahyudin dipicu oleh pakaiannya, yakni baju dan celana serba merah. Informasi itu berdasar video yang merekam kejadiaan saat massa mengeroyok Wahyudin.
"Saya rasa itu ga cuma di sini [Banten], tapi di seluruh Indonesia. Gara-gara ada tokoh agama diserang, isunya jadi liar. Ya itu nanti Mabes Polri lah yang memberikan arahan pencegahan," ujarnya.
Sampai saat ini, Zaenudin mengatakan kasus penganiayaan ke pasien rumah sakit jiwa ini masih dalam tahap pemeriksaan saksi.
"Dari video yang ada, sekitar 10 orang yang melakukan pemukulan. Kami belum tahu masuk [pidana] atau tidak, tapi kami tunggu perkembangannya," ujar Zaenudin.
Pada Senin kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengimbau agar masyarakat tidak berspekulasi macam-macam mengenai kemunculan sejumlah kasus penyerangan dengan sasaran tokoh agama
"Jangan berspekulasi masing-masing dengan versi masing-masing yang tidak jelas, jangan mau juga isu ini dimanfaatkan untuk mengadu domba antar-elemen masyarakat kita," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta.
https://tirto.id/orang-gila-di-pande...tuduh-pki-cEKY

CIMAHI, (PR).- Beredar informasi melalui pesan bernatai di media sosial terkait hilangnya seorang ustaz di kawasan Cimuncang, Kelurahan Utama, Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Informasi ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
Informasi hilangnya seorang ustaz yang beredar tersebut dipastikan berita bohong (hoax), masyarakat diminta tak mudah menyebar informasi tanpa sumber valid dan harus disertai proses pengecekan kebenarannya.
Dalam tangkapan layar di media sosial disebutkan hilangnya seorang ustaz, bernama ustaz Nanang, di daerah Cimuncang Cimahi Selatan, Kota Cimahi sudah tiga hari hilang, modusnya ada orang yang menjemput sesudah salat subuh untuk mengaji.
Namun sampai sekarang ustaz Nanang tak kunjung pulang dan ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Pada pesan lainnya, nama ustaz yang hilang berganti menjadi Ustaz Jajang, disebutkan sumber sahih Haji Ijaji Majelis Arrohah Cimahi.
Ketika dikonfirmasi, Kapolsek Cimahi Selatan AKP Sutarman mengatakan pihaknya langsung melakukan pengecekan ke kawasan Cimuncang Cimahi Selatan tersebut. Ketika dilakukan pengecekan ke tempat kejadian perkara (TKP) melalui RT RW setempat tidak ada warga yang bernama Ustaz Nanang.
"Langsung kami tindaklanjuti dengan mengecek ke lapangan. Keterangan dari RT/RW dan DKM, tidak ada ustaz yang bernama tersebut," ujarnya, Rabu 7 Februari 2018.
Sehingga dapat dipastikan bahwa informasi ini adalah kabar bohong atau hoax. Menurut Sutarman, kejadian atau kasus kejahatan dengan sasaran kalangan ustaz tidak ada di wilayahnya. Selain itu, hingga saat ini tidak ada laporan dari masyarakat terkait hilangnya pemuka agama.
"Informasi itu tidak benar, kabar bohong (hoax), sumbernya tidak valid. Jadi itu hoax. Mohon masyarakat jangan menyebarkan informasi sesat atau kabar bohong sebelum dipastikan kebenarannya melalui proses pengecekan," tuturnya.***
http://www.pikiran-rakyat.com/bandun...-cimahi-419061

Garut - Kasus penganiayaan seorang santri di Garut, Jawa Barat, oleh enam orang tak dikenal yang sempat viral di media sosial ternyata bohong. Polisi menjelaskan penganiayaan tersebut tidak pernah terjadi.
"Setelah kami lakukan pendalaman, kaitan dengan kejadian ini ternyata tidak benar adanya. Dipastikan kasus pengeryokan ini tidak pernah terjadi," ungkap Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, kepada wartawan di Kantornya Jalan Sudirman, Karangpawitan, Rabu (7/2/18) siang.
Kebohongan informasi tersebut terungkap setelah polisi memeriksa santri pondok pesantren Al-Futuhat yang mengaku menjadi korban penganiayaan berinisial Abd alias Uloh (24). Uloh mengaku jika dirinya tidak dianiaya.
Budi mengatakan pihaknya memastikan bahwa pengeroyokan tersebut tidak terjadi. Selain meminta keterangan Uloh dan sejumlah ustaz di ponpes Al-Futuhat, polisi juga memeriksa sejumlah saksi kunci lainnya dari pihak keluarga Uloh.
"Jadi Uloh ini, mohon maaf, memiliki keterbatasan dalam berbicara. Jadi pas menyampaikan info ini, ditangkap oleh pihak pesantren dia jadi korban pengeroyokan," katanya.
Budi menyatakan tidak ada rekayasa apapun dalam kasus ini. Disampaikan Budi, kejadian ini murni kesalahan penyampaian dari Uloh kepada pihak pesantren.
"Ini human error. Yang pasti kejadian tersebut tidak pernah terjadi," pungkas Budi.
Saat ini pihak kepolisian tengah meminta keterangan pimpinan Ponpes Al-Futuhat Ustaz Ahmad Syatibi yang merupakan orang yang pertama mengunggah postingan dugaan penganiayaan itu ke Facebook.
Sebelumnya diberitakan Abd alias Uloh (24), seorang santri di Ponpes Al-Futuhat, Leles, Garut, mengaku menjadi korban penganiayaan. Penganiayaan tersebut dikatakan Uloh terjadi pada Sabtu (3/2) malam.
Ia mengaku dikeroyok oleh enam orang tak dikenal menggunakan balok dan senjata tajam. Namun, hasil pemeriksaan polisi, tidak ditemukan luka sedikit pun di tubuh Uloh. Hanya saja, baju yang ia kenakan saat kejadian robek di beberapa bagian.
Kasus tersebut sempat ramai diperbincangkan setelah Ustaz Ahmad Syatibi yang merupakan pimpinan ponpes Al-Futuhat mengunggah foto-foto Uloh ke Facebook.
Keterangan Foto : Pra rekonstruksi kasus Santi Garut diduga Dianiaya.
https://news.detik.com/jawabarat/385...ernyata-bohong
Bagi yang punya info hoax dan fakta lain, bisa taruh disini
1. Sampai sejauh ini ada tiga kasus fakta sejenis yang memang terjadi berikut informasinya:
Spoiler for 1. Penyerangan Kyai Haji Umar Basri:
1. Penyerangan Kyai Haji Umar Basri, berikut kronologinya

JawaPos.com – Kasus penganiayaan menimpa KH Umar Basri pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Korban dipukul saat berada di dalam masjid, Sabtu (27/1). Akibat kejadian tersebut, wajah ulama berusia 60 tahun itu berdarah-darah.
Kiai yang akrab disapa Ceng Emon Santiong itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Cicalengka. Selanjutnya, KH Umar Basri dipindahkan ke RS Al Islam Bandung.
Pemukulan terhadap KH Umar Basri terjadi sekitar pukul 5.30 WIB. Ketika itu, korban baru saja selesai menunaikan salat Subuh dan zikir. Selesai salat, para jamaah keluar. Di dalam Masjid Al Hidayah tinggal korban dan seorang pria yang belum diketahui identitasnya.
Selanjutnya, lampu masjid dimatikan. Ketika sedang zikir, Umar Basri tiba-tiba diserang seorang pria yang juga ada di dalam Masjid Al Hidayah. Pukulan tangan kosong bertubi-tubi mengarah ke wajah sang kiai. Pelaku juga menendang kotak.
“Pelaku menendang kotak kayu tempat azan. Sambil mengatakan ieu mah pinerakaeun, nu di dieu mah pinerakaeun kabeh (ini mah neraka, yang di sini neraka semua,” jelas saksi di Masjid Al Hidayah yang enggan disebutkan namanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, ciri-ciri pelaku saat kejadian memakai kemeja levis dan sarung. Pelaku juga sempat mengikuti ibadah salat Subuh di Masjid Al Hidayah.
Kasus penganiayaan tersebut kini dalam penyidikan Polres Cicalengka. Polisi masih mengejar pelaku.
https://www.jawapos.com/read/2018/01...-teriak-begini

JawaPos.com – Kasus penganiayaan menimpa KH Umar Basri pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Korban dipukul saat berada di dalam masjid, Sabtu (27/1). Akibat kejadian tersebut, wajah ulama berusia 60 tahun itu berdarah-darah.
Kiai yang akrab disapa Ceng Emon Santiong itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Cicalengka. Selanjutnya, KH Umar Basri dipindahkan ke RS Al Islam Bandung.
Pemukulan terhadap KH Umar Basri terjadi sekitar pukul 5.30 WIB. Ketika itu, korban baru saja selesai menunaikan salat Subuh dan zikir. Selesai salat, para jamaah keluar. Di dalam Masjid Al Hidayah tinggal korban dan seorang pria yang belum diketahui identitasnya.
Selanjutnya, lampu masjid dimatikan. Ketika sedang zikir, Umar Basri tiba-tiba diserang seorang pria yang juga ada di dalam Masjid Al Hidayah. Pukulan tangan kosong bertubi-tubi mengarah ke wajah sang kiai. Pelaku juga menendang kotak.
“Pelaku menendang kotak kayu tempat azan. Sambil mengatakan ieu mah pinerakaeun, nu di dieu mah pinerakaeun kabeh (ini mah neraka, yang di sini neraka semua,” jelas saksi di Masjid Al Hidayah yang enggan disebutkan namanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, ciri-ciri pelaku saat kejadian memakai kemeja levis dan sarung. Pelaku juga sempat mengikuti ibadah salat Subuh di Masjid Al Hidayah.
Kasus penganiayaan tersebut kini dalam penyidikan Polres Cicalengka. Polisi masih mengejar pelaku.
https://www.jawapos.com/read/2018/01...-teriak-begini
Spoiler for 2. Penyerangan Ustad Prawoto hingga Meninggal Dunia, berikut kronologinya:

JawaPos.com – Setelah kasus penganiayaan KH Umar Basri, kasus serupa menimpa Ustad Prawoto hingga meninggal dunia. Korban dianiaya oleh pelaku dengan menggunakan linggis. Terungkap Komandan Brigade Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) itu dibunuh oleh tetangganya, Asep Maftuh, 45.
Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo membeberkan kronologi pembunuhan Ustad Prawoto. Pembunuhan sadis itu membuat geger warga Blok Kasur RT 1/5, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Kamis (1/2) pagi.
Mantan Kapolres Metro Jakarta Pusat itu mengatakan, kejadian berawal saat pelaku Asep menggedor rumah Ustad Prawoto menggunakan pipa besi. Utstad Prawoto kemudian menegur pelaku.
Teguran korban membuat pelaku tambah emosi. Pelaku mengejar korban sambil membawa potongan pipa besi.
Korban dikejar hingga 500 meter dan terjatuh di depan warung milik Eni. Pelaku kemudian menganiaya korban di bagian kepala dan tangan hingga tak berdaya. Akibatnya, kepala korban bocor dan mengalami patah tulang.
“Pelaku memukuli korban beberapa kali yang mengakibatkan korban mengalami luka patah tangan kiri dan luka terbuka di kepala,” ucap Hendro dilansir Pojoksatu (Jawa Pos Group).
Hendro menambahkan, polisi telah mengamankan pelaku. Polisi akan tetap memproses pelaku meski terindikasi mengalami gangguan kejiwaan. Nanti majelis hakim yang akan memutuskan apakah kasus tersebut akan dihentikan atau tidak.
Penyidik telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengumpulkan barang bukti di lokasi kejadian. “Saat ini anggota Satuan Reskrim Polrestabes Bandung melakukan oleh TKP dan berkoordinasi dengan RSJ Cisarua,” tandas Hendro.
Kapolda Jabar Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan, pelaku penganiaya Ustad HR Prawoto, merupakan pasien Rumah Sakit (RS) Jiwa. “Pelaku tetangga depan rumah almarhum, pasien RS Jiwa,” ucap Irjen Agung.
https://www.jawapos.com/read/2018/02...u-berlaga-gila
Spoiler for 3. Penyerangan Masjid di Tuban, berikut kronologinya:

Tuban: MZ, 40, ditangkap polisi usai merusak kaca Masjid Baiturrahim di Jalan Sumurgempol, Tuban, Jawa Timur. Ia diduga mengalami gangguan jiwa.
"Hasil interograsi dan pemeriksaan sementara bahwa pelaku tersebut mengalami gangguan kejiwaan," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung kepada wartawan, Selasa 13 Februari 2018.
Frans mengatakan, MZ adalah Warga Karangharjo, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. MZ terluka pada tangan dan kaki akibat terkena pecahan kaca.
"Serta pada saat diamankan pelaku teriak-teriak," ujar dia.
Saat diinterogasi di lokasi, kata Frans, pelaku hanya menjawab ingin bertemu dengan satu ulama setempat. Saat dipertemukan dengan ulama yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al Islahiyah, MZ bersujud dan meminta doa.
"Sampai saat ini masih belum diketahui motif dari pelaku dan masih dalam pemeriksaan sat Reskrim Polres Tuban," ujar dia.
Kejadian bermula saat MZ bersama tiga orang diduga anaknya, menyambangi Masjid Baiturrahman pada Senin, 12 Februari 2018, pukul 16.00 WIB. MZ lalu beribadah dan sempat berdialog dengan warga sekitar.
Sekitar pukul 17.30 WIB, ia meninggalkan masjid dan kembali lagi menjelang waktu salat Isya. Ia mengikuti salat berjemaah, tetapi membuat barisan saf sendiri.
"Setelah mengerjakan salat Isya, yang bersangkutan melaksanakan istirahat dan tidak beranjak dari Masjid," jelasnya.
MZ bertahan di masjid hingga sekitar pukul 01.00 WIB. Seorang warga, kata Frans, lalu menghampiri menanyakan maksud dan tujuan kedatangan MZ di Masjid Baiturrahim.
Namun, MZ malah diduga memukul warga itu. Korban pemukulan itu lalu keluar dan memanggil warga lain.
Baca: Masjid di Tuban Diserang Orang tak Dikenal
"Sekitar pukul 01.30 WIB, pelaku melakukan pengrusakan terhadap kaca Masjid Baiturrahim dengan menendang menggunakan kaki," ujar dia.
Mendengar ada suara pecahan kaca, warga sekitar Masjid berdatangan dan meneriaki pelaku agar menghentikan perbuatannya. Namun, pelaku bergeming.
Selasa, 13 Februari, sekitar pukul 03.00 WIB, polisi datang dan coba berkomunikasi dengan pelaku. Selanjutnya, pelaku beserta rombongannya itu dibawa ke rumah sakit. Pelaku lalu diamankan polisi untuk dimintai keterangan.
Polisi menyita barang bukti berupa satu laptop, dua telepon genggam, tas berisi pakaian, popok bayi, bantal, selimut, buku-buku, tas kresek berisi uang dengan pecahan Rp20 ribu dan Rp40 ribu, satu pasang sendal jepit, serta STNK mobil. Mobil yang digunakan pelaku turut disita.
http://news.metrotvnews.com/peristiw...-gangguan-jiwa
Nah Jika tadi kabar fakta, berikut kabar hoax bahkan mencakup aksi salah sasaran dan penuh skenario
Spoiler for 1. Hoax penyerangan Bogor :

Ada dua kejadian yaitu melalui kiriman hoax di sosial media serta skenario rekayasa persekusi orang gila
1. Polisi Pastikan Kabar Soal Penganiayaan Ustaz di Kabupaten Bogor Hoax
TRIBUNJABAR.CO.ID, BOGOR - Kabar soal seorang ustaz di Bogor dianiaya orang gila yang menjadi viral di media sosial mendapatkan bantahan dari pihak kepolisian.
Kapolres Bogor AKBP Andi Mochamad Dicky dalam keterangan yang ia tulis di akun facebook miliknya.
Andi memastikan, kabar seorang ustaz bernama Sulaiman yang tinggal di Cigudeg Kabupaten Bogor telah dianiaya adalah kabar hoax.
"Iya (hoax), dari laporan masyarakat juga tidak ada. Dari informasi yang beredar, sudah dicek ke Kecamatan Cigudeg Desa Sinar Asih tidak ada," ujar Andi via pesan whats app nya, Rabu (7/2/2018).
Meski begitu, pihaknya siap menindaklanjuti kasus tersebut jika benar-benar ada laporan resmi yang diterimanya terkait kabar penganiayaan tersebut.
"Jika ada yang tahu kami tunggu laporannya. Sementara ini sumber informasi di medsosnya akunnya anonim. Sedangkan hasil pengecekan di lapangan masih nihil," ujar Andi.
Sebelumnya, kabar soal penganiayaan seorang ustaz di Kabupaten Bogor menjadi viral di media sosial.
Adalah pemilik akun facebook dengan nama akun Bunda Rashifa yang pertama kali mengabarkan hal tersebut.
"Untuk kesekian kalinya terjadi penganiayaan terhadap ulama2 di Jabar. Hr ini ulama Bogor, Ust Sulaiman dibacok orang gila di Bogor. Umat ISLAM rapatkan barisan, Always Waspada, #Waspada, #SaveUlama #HasbunallahWanimalWakiil," tulis akun Bunda Rashifa.
Pantauan Tribun Jabar, akun itu tidak menunjukkan identitas diri si pemilik akun.
Meski begitu, akun tersebut tercatat memiliki teman sebanyak 4000 pengguna facebook. (*)
http://jabar.tribunnews.com/2018/02/...ten-bogor-hoax
2. Penganiayaan Gelandangan 'PKI' Diduga Rekayasa Anggota Ormas
Jakarta, CNN Indonesia -- Penganiayaan seorang tunawisma di Bogor yang dituding anggota Partai Komunis Indonesia diduga hanya rekayasa oknum anggota organisasi kemasyarakatan.
Tak cuma menganiaya, oknum anggota ormas juga diduga menyebarkan video penganiayaan ke media sosial.
Polisi saat ini telah mengamankan tiga anggota ormas yang diduga menganiaya dan menyebarkan video.
Kapolres Bogor Ajun Komisaris Besar Andi Mochammad Dicky mengatakan, dari hasil pemeriksaan, tudingan korban angggota PKI tanpa ada dasar apapun.
"Pelaku melakukan hasutan dan memvideokan lalu menyebarkan lagi ke WA (whatsapp) group dan kemudian ada lagi anggota grup yang unggah ke medsos dengan kemasan organisasi terlarang," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (14/2).
Lihat juga: Gelandangan di Bogor Babak Belur oleh Warga karena Diduga PKI
Korban berinisial S dengan usia 41 tahun. Kejadiannya, Sabtu (10/2) hari lalu. S merupakan seorang tunawisma yang mengalami gangguan kejiwaan. Kepolisian sendiri masih melakukan pengecekan kejiawaan dan visum terhadap S, di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Usai kejadian, kepolisian meminta keterangan sejumlaj orang yang diduga mengetahui kejadian ini.
Dicky melanjutkan, pihaknya juga akan memeriksa tiga orang anggota salah ormas keagamaan itu yang sempat mampir ke TKP. Mereka diduga datang ke TKP setelah pengeroyokan itu. Namun, Dicky enggan menyebutkan identitas ormas itu.
Lihat juga: Politica Wave Sebut Hoax Kebangkitan PKI Dominan di Medsos
"Polisi akan memeriksa tiga orang oknum salah satu ormas yang ternyata sempat ke TKP, dan menurut saksi-saksi bahwa mereka juga ikut melakukan aksi kekerasan setelah diajak oleh salah satu pelaku penyebar video tersebut," ujar Dicky.
Tiga orang itu, kata Dicky, datang karena terprovokasi video yang tersebar.
Lihat juga: FPI Siap Laporkan Sekjen PDIP soal Tudingan PKI
Selain itu, Dicky juga akan memanggil saksi ahli Hukum Pidana dan ahli Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...anggota-ormas/
Spoiler for 2. Penganiayaan Orang Gila di Pandeglang Banten:
tirto.id - Pria bernama Wahyudin Firmansyah harus mendapatkan 9 jahitan di kepalanya akibat dihajar oleh massa di Kelurahan Sukaratu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Wahyudin, yang mengalami gangguan kesehatan mental, menjadi sasaran amukan massa karena dituduh hendak membunuh seorang tokoh agama setempat yang bernama KH Encep Muhaemin. Massa yang menghajar Wahyudin juga menuduhnya sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Polda Banten memastikan Wahyudin kini tercatat sebagai pasien penyakit rumah sakit jiwa Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa (PSBLHS) 2, Cipayung, Jakarta Timur.
Wahyudin yang berumur 28 tahun pada 2018 sudah pernah menjadi warga binaan sosial di PSBLHS 1 sebelum dipindahkan ke PSBLHS 2, pada 27 Januari 2017. Dia dipindahkan bersama 24 warga binaan lainnya.
Kabid Humas Polda Banten, AKBP Zaenudin mengatakan Wahyudin meninggalkan PSBLHS 2 tanpa keterangan, sejak 19 September 2017. Pihak Dinas Sosial DKI Jakarta juga sudah mengeluarkan surat keterangan terkait hilangnya Wahyudin.
Menurut Zaenudin, keberadaan Wahyudin baru diketahui pada 4 bulan kemudian. Ternyata dia berada di sekitar Kampung Ciwalet, Kelurahan Sukaratu dalam kondisi menjadi korban amukan massa.
Sebelum insiden itu terjadi, Wahyudin memang terlihat mondar-mandir di sekitar rumah KH Encep Muhaemin selama 3 hari. Zaenudin memastikan Wahyudin berada di daerah itu karena kebetulan saja. Sebab, Wahyudin tidak memiliki tempat tinggal.
Zaenudin menduga sejumlah kasus penyerangan dengan korban pemuka agama, yang terjadi dalam dua pekan belakangan, memicu kekhawatiran berlebihan dari masyarakat di Sukaratu terhadap kehadiran orang tak dikenal.
"Isunya itu macam-macam, ada teroris lah, ada PKI lah. Ini orang gila ditanya, 'kamu PKI ga?' Ya namanya orang gila, dia kan (jawab) iya saja," kata AKBP Zaenudin saat dihubungi Tirto pada Selasa (13/2/2018).
Zaenudin menduga tuduhan PKI yang ditujukan ke Wahyudin dipicu oleh pakaiannya, yakni baju dan celana serba merah. Informasi itu berdasar video yang merekam kejadiaan saat massa mengeroyok Wahyudin.
"Saya rasa itu ga cuma di sini [Banten], tapi di seluruh Indonesia. Gara-gara ada tokoh agama diserang, isunya jadi liar. Ya itu nanti Mabes Polri lah yang memberikan arahan pencegahan," ujarnya.
Sampai saat ini, Zaenudin mengatakan kasus penganiayaan ke pasien rumah sakit jiwa ini masih dalam tahap pemeriksaan saksi.
"Dari video yang ada, sekitar 10 orang yang melakukan pemukulan. Kami belum tahu masuk [pidana] atau tidak, tapi kami tunggu perkembangannya," ujar Zaenudin.
Pada Senin kemarin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengimbau agar masyarakat tidak berspekulasi macam-macam mengenai kemunculan sejumlah kasus penyerangan dengan sasaran tokoh agama
"Jangan berspekulasi masing-masing dengan versi masing-masing yang tidak jelas, jangan mau juga isu ini dimanfaatkan untuk mengadu domba antar-elemen masyarakat kita," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta.
https://tirto.id/orang-gila-di-pande...tuduh-pki-cEKY
Spoiler for 3. Hoaks, Pesan Berantai Seorang Ustaz Hilang di Cimahi:

CIMAHI, (PR).- Beredar informasi melalui pesan bernatai di media sosial terkait hilangnya seorang ustaz di kawasan Cimuncang, Kelurahan Utama, Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Informasi ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
Informasi hilangnya seorang ustaz yang beredar tersebut dipastikan berita bohong (hoax), masyarakat diminta tak mudah menyebar informasi tanpa sumber valid dan harus disertai proses pengecekan kebenarannya.
Dalam tangkapan layar di media sosial disebutkan hilangnya seorang ustaz, bernama ustaz Nanang, di daerah Cimuncang Cimahi Selatan, Kota Cimahi sudah tiga hari hilang, modusnya ada orang yang menjemput sesudah salat subuh untuk mengaji.
Namun sampai sekarang ustaz Nanang tak kunjung pulang dan ponselnya pun tidak bisa dihubungi. Pada pesan lainnya, nama ustaz yang hilang berganti menjadi Ustaz Jajang, disebutkan sumber sahih Haji Ijaji Majelis Arrohah Cimahi.
Ketika dikonfirmasi, Kapolsek Cimahi Selatan AKP Sutarman mengatakan pihaknya langsung melakukan pengecekan ke kawasan Cimuncang Cimahi Selatan tersebut. Ketika dilakukan pengecekan ke tempat kejadian perkara (TKP) melalui RT RW setempat tidak ada warga yang bernama Ustaz Nanang.
"Langsung kami tindaklanjuti dengan mengecek ke lapangan. Keterangan dari RT/RW dan DKM, tidak ada ustaz yang bernama tersebut," ujarnya, Rabu 7 Februari 2018.
Sehingga dapat dipastikan bahwa informasi ini adalah kabar bohong atau hoax. Menurut Sutarman, kejadian atau kasus kejahatan dengan sasaran kalangan ustaz tidak ada di wilayahnya. Selain itu, hingga saat ini tidak ada laporan dari masyarakat terkait hilangnya pemuka agama.
"Informasi itu tidak benar, kabar bohong (hoax), sumbernya tidak valid. Jadi itu hoax. Mohon masyarakat jangan menyebarkan informasi sesat atau kabar bohong sebelum dipastikan kebenarannya melalui proses pengecekan," tuturnya.***
http://www.pikiran-rakyat.com/bandun...-cimahi-419061
Spoiler for 4. Kasus Santri Garut yang Ngaku Dibacok Ternyata Bohong:

Garut - Kasus penganiayaan seorang santri di Garut, Jawa Barat, oleh enam orang tak dikenal yang sempat viral di media sosial ternyata bohong. Polisi menjelaskan penganiayaan tersebut tidak pernah terjadi.
"Setelah kami lakukan pendalaman, kaitan dengan kejadian ini ternyata tidak benar adanya. Dipastikan kasus pengeryokan ini tidak pernah terjadi," ungkap Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, kepada wartawan di Kantornya Jalan Sudirman, Karangpawitan, Rabu (7/2/18) siang.
Kebohongan informasi tersebut terungkap setelah polisi memeriksa santri pondok pesantren Al-Futuhat yang mengaku menjadi korban penganiayaan berinisial Abd alias Uloh (24). Uloh mengaku jika dirinya tidak dianiaya.
Budi mengatakan pihaknya memastikan bahwa pengeroyokan tersebut tidak terjadi. Selain meminta keterangan Uloh dan sejumlah ustaz di ponpes Al-Futuhat, polisi juga memeriksa sejumlah saksi kunci lainnya dari pihak keluarga Uloh.
"Jadi Uloh ini, mohon maaf, memiliki keterbatasan dalam berbicara. Jadi pas menyampaikan info ini, ditangkap oleh pihak pesantren dia jadi korban pengeroyokan," katanya.
Budi menyatakan tidak ada rekayasa apapun dalam kasus ini. Disampaikan Budi, kejadian ini murni kesalahan penyampaian dari Uloh kepada pihak pesantren.
"Ini human error. Yang pasti kejadian tersebut tidak pernah terjadi," pungkas Budi.
Saat ini pihak kepolisian tengah meminta keterangan pimpinan Ponpes Al-Futuhat Ustaz Ahmad Syatibi yang merupakan orang yang pertama mengunggah postingan dugaan penganiayaan itu ke Facebook.
Sebelumnya diberitakan Abd alias Uloh (24), seorang santri di Ponpes Al-Futuhat, Leles, Garut, mengaku menjadi korban penganiayaan. Penganiayaan tersebut dikatakan Uloh terjadi pada Sabtu (3/2) malam.
Ia mengaku dikeroyok oleh enam orang tak dikenal menggunakan balok dan senjata tajam. Namun, hasil pemeriksaan polisi, tidak ditemukan luka sedikit pun di tubuh Uloh. Hanya saja, baju yang ia kenakan saat kejadian robek di beberapa bagian.
Kasus tersebut sempat ramai diperbincangkan setelah Ustaz Ahmad Syatibi yang merupakan pimpinan ponpes Al-Futuhat mengunggah foto-foto Uloh ke Facebook.
Keterangan Foto : Pra rekonstruksi kasus Santi Garut diduga Dianiaya.
https://news.detik.com/jawabarat/385...ernyata-bohong
Bagi yang punya info hoax dan fakta lain, bisa taruh disini
Polling
0 suara
Bermanfaatkah artikel ini?
0
1.5K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan