rarbgAvatar border
TS
rarbg
Cerita Kevin Aprilio dan ayah hilang sebulan ikut aliran sesat

Merdeka.com - Selain isu dunia politik yang kian memanas, kini dalam negeri diwarnai kabar mengenai orang hilang. Setelah dr Rica Tri Handayani (28) bersama anak balitanya Zafran Alif Wicaksono dinyatakan hilang beberapa waktu lalu, kini menyusul Ahmad Kevin Aprilio (16) besesrta ayahnya Sanggar Yamin.

Kevin yang merupakan seorang pelajar kelas 1 SMA ini menghilang dari rumahnya, 26 November silam. Kevin yang merupakan warga Jetis, Sinduadi, Sleman semula berpamitan ingin menjenguk kakeknya di Bima NTB yang sedang sakit. Dia pun pergi bersama ayahnya, Sanggar Yamin dan meninggalkan sepucuk surat. Maria Resubun, nenek Kevin mengatakan kepergian Kevin semula baik-baik saja. Namun sehari setelah pergi, Kevin tidak bisa lagi dihubungi.

"Ayahnya meminta izin mengajak Kevin menjenguk kakeknya yang sakit di Bima. Setelah pergi pakai mobil, sudah tidak bisa lagi dihubungi," katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (10/1).

Setelah itu keluarga menemukan sepucuk surat yang ditinggalkan Kevin. Surat tersebut bukan ditujukan untuk Ibunya, Olivia Sandra Yunita, tetapi ditujukan kepada pengurus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta.

"Inti suratnya menjelaskan kalau bergabung dengan Gafatar tapi tidak dengan ibunya, hanya dengan ayahnya," terangnya.

Dia menjelaskan ibu Kevin dan ayahnya sudah berpisah sejak 2008 lalu. Namun hubungan keduanya masih baik.

"Ayahnya Kevin meski sudah berpisah masih sering main ke sini. Dia tinggal di Jombor. Kami baik-baik saja, dan tidak curiga karena ayahnya Kevin sering mengajak Kevin pergi, tapi selalu pulang," tambahnya.

Seminggu setelah itu, ibu Kevin pun melapor ke Polda DIY. Namun karena tidak cukup bukti, dia pun kembali melapor dua minggu setelahnya.

"Saya sudah lapor. Tapi bukti hilang tidak kuat karena Kevin pergi bersama ayahnya," tandasnya.

Sebelum menghilang, Kevin bersikap aneh. Kevin yang biasanya rajin ke masjid dan bergaul dengan tetangganya, menjadi lebih banyak pergi tanpa sepengetahuan ibunya.

Maria Resubun menjelaskan Kevin semula adalah anak yang rajin beribadah. Dia bahkan tidak pernah meninggalkan salat waktu. Namun semenjak sering pergi bersama ayahnya, Kevin berubah.

"Saya dan anak saya berbeda agama, tapi saya tetap minta mereka rajin untuk ibadah sesuai kepercayaan mereka. Kevin itu selalu saya ingatkan untuk salat, tapi belakang dia tidak mau salat lagi. Katanya tidak wajib," kata Maria.

Maria pun meyakini jika Kevin sudah dicuci otaknya oleh sang ayah yang merupakan pengurus Gafatar di Yogyakarta. Sebab, Yamin sering mengajak Kevin pergi-pergi tanpa diketahui tujuannya ke mana.

"Itu saya yakin ayahnya yang mencuci otak. Kevin itu sekolah juga di Home Schooling milik Gafatar di Maguwo. Ayahnya juga yang minta, waktu Kevin lulus SD, lalu ayahnya bilang Kevin sekolah di sekolah milik Gafatar saja karena ayahnya pengurus di sana," terangnya.

Namun tak disangka justru setelah itu Kevin pergi dari rumah bersama ayahnya dengan alasan menjenguk kakek dari keluarga ayah di Bima NTB. Namun saat kakek Kevin di Bima dihubungi justru kebingungan karena Kevin dan ayahnya tidak ada di sana.

"Setelah itu kita tanya ke saudara semua tidak ada. Lalu ibunya Kevin lapor ke polisi," tuturnya.

Dari penelusuran merdeka.com di Dusun Kadisoka, RT 2/RW 1, Purwomartani, Kalasan Sleman rumah yang digunakan sebagai Home Schooling tampak kosong.



Home Schooling Gafatar 2016 Merdeka.com

Di sisi selatan rumah berserakan botol-botol bekas. Di antara tumpukan botol itu terdapat beberapa kertas basah terkena hujan. Saat diteliti kertas tersebut merupakan berkas-berkas pengurus Gafatar Yogyakarta. Salah satunya formulir pernyataan kesanggupan mengikuti program eksodus DPD Gafatar Yogyakarta dan juga daftar nama anggota.

Dari daftar nama tertulis nama ayah Kevin, yaitu Sanggar Yamin pada nomor urut 53. Selain nama ayah Kevin, ada sekitar 25 orang nama yang diberi tanda silang dan dilingkari. Selain itu ada juga absensi peserta BMS DPD Gafatar Sleman.



Daftar nama Home Schooling Gafatar 2016 Merdeka.com
Ponijo, warga yang tinggal di depan rumah yang diduga markas Gafatar tersebut, mengatakan sudah lebih dari satu pekan rumah tersebut kosong. Menurut informasi yang diterimanya, pemilik rumah tidak mengizinkan perpanjangan kontrak.

"Awalnya bilang yang ngontrak mahasiswa, cuma beberapa orang. Tapi sering buat kegiatan banyak. Pakai jas-jasan seperti perkumpulan tertutup," katanya pada wartawan.

Dia menjelaskan jika memang di rumah tersebut ada les gratis untuk anak-anak. "Masyarakat sama tidak tahu. Katanya les untuk anak SD, SMP, SMA. Kalau Minggu kadang senam ibu-ibu. Tapi bilangnya juga pelantikan pengurus CV atau apa, pakai beragam-seragam," tambahnya.

Mengenai kepergian penghuni rumah tersebut, Ponijo tidak mengetahui secara persis. Sebab penghuninya tidak bersosialisasi dengan warga.

"Mereka tidak bersosialisasi dengan warga. Tapi kita tahu ada kegiatan di rumah itu. Kadang juga ada senam ibu-ibu," tandasnya.

Sumur
Diubah oleh rarbg 11-01-2016 02:02
0
7.4K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan