Di keluarga kami turun temurun sudah menggeluti dunia perdagangan. Dan pada umumnya para perantau yang berasal dari sumatera, bisa di temukan dalam dunia perniagaan. Bekerja dalam perusahaan, instansi pemerintah maupun swasta sudah di sadari betull oleh para orang tua kami. Pekerjaan mereka akan di batasi oleh usia produktif dan masa kerja dalam jangka waktu yang sudah di bukukan. Dan di masa pensiun mereka menggeluti dunia perdagangan. 


Membuka kedai pempek, warung kemplang, penjualan kerupuk ikan dan lain sebagainya, umum sekali di temukan menjadi aktivitas orang tua di Palembang di masa pensiun. Mereka berhasil membesarkan kami anak anaknya, menyekolahkan dan mendewasakan kami dengan didikan dan bimbingannya. Mengajarkan kemandirian kepada anak anaknya. Hingga anaknya dewasa, mampu mandiri, menikah , berkeluarga dan bertanggung jawab terhadap keluarga baru yang di bentuk. 

Penilaian kesuksesan di mata mereka cukup sederhana. Membesarkan anak hingga dewasa, dengan bekal yang cukup untuk berhadapan dengan kerasnya kehidupan. Lalu di masa pensiun merekapun merasa ingin mandiri dan tetap berusaha agar tidak tergantung kepada orang lain. Kemandirian yang mereka tunjukan adalah upaya pula memberikan contoh nyata bila ada anaknya yang sudah seharusnya mandiri, namun masih merasa manja dan cengeng bila berhadapan dengan kerasnya hidup. 

Kesuksesan yang di ajarkan cukup sederhana. Ketika sudah dewasa dan mandir, bekerja, punya penghasilan, menghidupi keluarga, membesarkan anak putra dan putri yang dimiliki, memberikan pendidikan terbaik pada anak anak hingga mandiri pula, lalu pensiun dan harus mandiri pula. 


Di masa pensiun, saat anak anak telah mandiri, siklus pengertian kesuksesan itupun harus di wariskan. Setelah pensiun minimal harus punya usaha sendiri. Yang produktif menghasilkan pendapatan. Sebagai penutup nasihat para orang tua, seminim minimnya usaha, minimal punya lapak usaha. Paling tidak punya warung kopi atau kedai pempek, untuk kegiatan yang menghasilkan masukan pendapatan di hari tua.