Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mary.virginAvatar border
TS
mary.virgin
Kisah Pria yang lawan Praktik Tes Keperawanan Malam Pertama, Berdarah berarti Perawan
Tes keperawanan bagi pengantin baru yang biasa dilakukan dalam masyarakat adat pengembara di Negara Bagian Maharashtra, India barat, telah memunculkan gerakan untuk menghentikan praktik yang disebut 'menghina' itu, lapor wartawan BBC Bahasa Marathi, Prajakta Dhulap.

Anita (bukan nama sebenarnya), mengatakan penderitaan yang dialaminya dalam pernikahannya dua tahun lalu masih membuatnya menangis, setiap kali ia teringat peristiwa itu.

Sama seperti halnya perempuan-perempuan lain dalam masyarakat adat Kanjarbhat, Anita (22), dipaksa menjalani 'tes keperawanan' pada malam pertama pernikahannya untuk memastikan ia benar-benar "suci" atau tidak.

Uji keperawanan dianggap sebagai bagian penting dari proses pernikahan yang diadakan dalam masyarakat adat dan diawasi oleh panchayat, atau lembaga desa, yang sangat berpengaruh.

Masyarakat adat Kanjarbhat itu memiliki anggota sekitar 200.000 orang.

Suami dapat batalkan pernikahan
Pada malam pertama, pasangan pengantin diberi sprei berwarna putih dan dibawa ke kamar hotel yang disewa oleh lembaga desa atau oleh keluarga pengantin.

Mereka diminta untuk melakukan hubungan badan, sementara keluarga dari kedua mempelai dan anggota dewan desa menunggu di luar. Jika mempelai perempuan mengeluarkan darah ketika melakukan hubungan seksual maka ia adalah perawan, dan jika tidak, maka dampaknya bisa berat.

Protes oleh perempuan
Kelompok-kelompok perempuan menentang tes keperawanan untuk mempelai perempuan.

Pengantin laki-laki diizinkan untuk membatalkan pernikahan jika istrinya tidak berhasil 'membuktikan' bahwa ia perawan, dan perempuan bersangkutan dipermalukan di depan umum dan bahkan dipukuli oleh anggota keluarga karena sudah 'memalukan' mereka.

Praktik ini masih berlangsung meskipun banyak ahli yang sudah membuktikan ketidakbenaran dari teori bahwa perempuan selalu mengeluarkan darah ketika pertama kali melakukan hubungan seksual.

"Ada banyak alasan seorang perempuan tidak mengeluarkan darah ketika melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya," jelas dr Sonia Naik, seorang ginekolog yang berkantor di Delhi kepada BBC.

"Jika si perempuan telah banyak melakukan olahraga maka ada kemungkinan ia tidak akan mengeluarkan darah. Juga jika pasangannya berlaku lembut, bisa tidak terjadi pendarahan kendati perempuan itu baru pertama kali melakukan hubungan seks penetrasi."

Dalam kasus Anita, ia selalu tahu jika tes keperawanan yang dijalani merupakan adegan pura-pura karena ia sudah melakukan hubungan seksual dengan pria yang menjadi suaminya sebelum hari pernikahannya.

Namun, dikatakannya, ia tidak siap menerima apa yang terjadi selanjutnya.

"Saya pikir suami saya akan membela saya di hadapan dewan desa, tetapi ketika mereka menanyakan kepadanya jika saya 'suci atau tidak suci', ia menunjuk ke arah sprei yang tak bernoda dan menyebut saya palsu," tutur Anita.

"Saya tersentak. Saya menjalani hubungan intim bersamanya selama enam bulan atas desakannya.''

"Lembaga desa menyatakan saya 'tidak suci' dan mereka pergi dan saya ditinggalkan sendiri. Saya tidak henti-hentinya menangis."

Suami Anita -yang semula ingin membatalkan pernikahannya karena Anita 'gagal' dalam tes keperawanan- akhirnya dipaksa mempertahankan perkimpoian setelah sejumlah pekerja sosial yang mengetahui peristiwa itu melaporkannya ke polisi.

Akan tetapi, kata Anita, suaminya membuat hidupnya sengsara, dengan memukulinya secara rutin dan menghinanya.

Keadaan bertambah buruk karena lembaga desa melarang pasangan 'palsu' tersebut menghadiri semua acara di desa.

"Kondisi juga tidak membaik bahkan setelah saya hamil sekalipun. Suami saya berkali-kali mencecar saya dengan pertanyaan: 'Anak siapa ini?' Anggota lembaga desa juga masih melontarkan pertanyaan itu," kata Anita.

Dua bulan lalu ia diusir dari rumah keluarga bersama bayi laki-lakinya dan kini tinggal kembali bersama kedua orang tuanya. Namun, menurutnya, stigma karena gagal dalam tes keperawanan berdampak pada seluruh anggota keluarga.

Saudara-saudara perempuannya tidak berhasil mendapatkan suami karena stigma itu.

Sprei
Pengantin perempuan dinyatakan suci jika mengeluarkan darah ketika melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya dengan suaminya.

Vivek Tamaichekar, 25, meluncurkan kampanye di kalangan anak muda untuk menolak tes keperawanan. Ditegaskannya bahwa praktik "kemunduran" ini harus diakhiri.

"Ini adalah pelanggaran privasi sepenuhnya dan cara pelaksanaannya sendiri sangat kasar dan menimbulkan trauma. Mereka dipaksa melakukan hubungan intim sementara banyak orang menunggu di luar, dan pengantin laki-laki sering diberi minuman alkohol dan diberi materi pornografi untuk 'mendidiknya'," kata Tamaichekar.

"Pada hari berikutnya, ia dipanggil untuk menghadiri upacara dan ditanya - dengan kata-kata yang merendahkan - apakah istrinya suci atau tidak suci."

'Konspirasi diam'
Ketika masih berusia 12 tahun, Tamaichekar menghadiri pernikahan dan menyaksikan orang-orang mulai menyerang mempelai perempuan dengan sepatu dan sandal.

"Saya tidak paham dengan apa yang terjadi," katanya. "Baru ketika saya dewasa, saya paham dengan yang terjadi."

Ia sendiri berencana menikah sebelum akhir tahun ini. Tamaichekar dan tunangannya sudah memberitahukan kepada panchayat di Pune, kota tempat tinggal mereka, bahwa mereka tidak akan menjalani tes keperawanan.

Tapi tak cukup itu saja karena ia ingin para pemuda di komunitasnya menempuh langkah yang sama dan mematahkan hal yang disebut sebagai "konspirasi diam".

Ia membentuk kelompok WhatsApp yang diberi nama "hentikan ritual V" dan beranggotakan sekitar 60 orang, sekitar 50% di antara mereka adalah perempuan. Secara bersama-sama, mereka berusaha meyakinkan warga untuk menghentikan pratik itu.

Vivek Tamaichekar
Vivek Tamaichekar memimpin upaya mengakhiri praktik tes keperawanan dalam masyarakat adat Kanjarbhat

Namun ada harga yang harus dibayarkan di tataran sosial.

Beberapa anggota kelompok itu diserang oleh tamu-tamu lain yang merasa terganggu ketika mereka menghadiri acara pernikahan di Pune.

Panchayat atau lembaga desa mengatakan anggota keluarga dari kelompok itu diancam dengan "boikot sosial" jika kelompok itu tidak dibubarkan dan para anggotanya meminta maaf karena berusaha "mencemarkan" masyarakat adat Kanjarbhat.

Bagaimanapun Tamaichekar bertekad melanjutkan kampanyenya. Serangan yang diarahkan kepada kelompoknya mendapat perhatian media secara luas di India, sehingga tes keperawanan sendiri menjadi topik perbincangan di negara itu.

Kini ia berharap perhatian atas masalah ini akan membantu mengakhiri praktik tersebut selamanya.

Artikel ini sudah tayang di bbc indonesia berjudul: Tes keperawanan untuk pengantin baru, aktivis India luncurkan gerakan hentikan praktik 'menghina' itu.
http://medan.tribunnews.com/2018/02/...awan?page=allr
TS pribadi masih perawan,suci tak ternoda emoticon-Angel
sebelahblog
anasabila
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
3.5K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan