Kaskus

Story

puzzlekehidupanAvatar border
TS
puzzlekehidupan
Cinta Suci Habiburrahman
Cinta Suci Habiburrahman
Karya: Erwin Suryadi

Kulit putih, hidung mancung, tinggi sekitar 170 cm, wajah agak kebaratan, dan tubuh tegap berotot seperti Dedi Courbuzer. Itulah Habiburrahman, pria tampan idaman ku. Orang-orang biasa memanggilnya Habib. Sudah satu tahun aku mengenal Habib di kampus hijau Unimed.

Namaku Azka Zaina Putri. Teman-temanku biasa memanggilku Azka yang artinya bersih. Sama dengan arti namaku, wajahku bersih tak ada satupun jerawat, komedo tai lalat, atau noda apapun. Wajar saja bila mantanku ada 17, sebab 12 pria pernah menyatakan cinta padaku, dan 5 pria lagi aku yang menyatakan cinta kepada mereka. Dan tak ada yang menolak cintaku.

Hari ini, pukul 17.00 WIB, tepatnya 5 menit lagi, aku akan menyatakan cinta pada Habib. Aku termasuk wanita yang berani menyatakan cinta pada pria, dan selalu yakin cintaku akan diterima, begitu juga pujaan hati baru ku, Habib. Istilah aku sudah pernah menyatakan cinta pada 5 pria dan mereka semua menerima cintaku.

Padahal aku tau bahwa Habib anak kandung dosen pembimbing akademik ku di Sastra Indonesia Unimed, Pak Imran namanya (nama hasil imajinasi). Bapak dosen yang selalu mengingatkan mahasiswa/i bimbingannya untuk rajin belajar, diskusi dan menghindari pacaran. Sebab, pacaran mengganggu,sangat katanya.

Aku tak tau apa jadinya bila ketahun pacaran dengan Habib anaknya. Mungkin kami bisa pacaran diam-diam, dengan resiko yang tak perlu ku bayangkan sekarang (pikirku). Aku berpikir seperti ini karena aku ingin hari-hariku ditemani pria tampan seperti 2 minggu yang lalu.

Oh, sungguh indah dunia ini, saat aku ingin mendatangi Habib, calon pacar ke 18 ku. Aku mengenakan; jibab, baju, rok, dan sepatu serba merah muda (melambangkan cintaku akan kembali bersemi), lipstick merah, serta bedak yang tidak terlalu tebal. Dengan percaya diri ku hampirinya di pendopo FBS Unimed, sambil membawakan coklat Silver Quuen kesukaannya.
*****

“Habib” (ku panggil namanya dengan lembut, dari belakang tubuhnya).
“Eh, kamu Azka, duduk sini sebelah aku. Ada apa ya?” (sahutnya biasa saja)
“Iya Habib, aku akan duduk. O,iya.. Udara hari ini terasa sejuk ya, nyaman di tubuh, sama seperti kamu yang selalu menyejukkan hati ku” (ucapku, memandangi matanya penuh harap)
“Ah, kamu bisa aja. Emang sih, udara hari ini sejuk, tapi nggak usah ngegombalin aku juga kali” (jawabnya bingung)
“Habib, aku punya cokelat Silver Quuen nih, cokelat kesukaan kamu, tapi ada syaratnya ya sayang” (sembariku keluarkan cokelat dari tas)
“Wah.. mau-mau, kamu memang paling ngerti aku tentang coklat. Apa syaratnya? Mudah-mudahan syaratnya bisa ku penuhi. Eh, tapi nggak usah pake panggil sayang juga, kayak orang pacaran saja” (balasnya sambil tersenyum)
“Memang sebentar lagi kita akan pacaran, Habib sayaaang. Syaratnya, kamu harus mau jadi pacar aku. Kalo kamu ambil coklat ini dari tangan aku, berarti kamu menerima cintaku, tapi kalau kamu menolak cinta ku, kamu jangan ambil cokelatku, gimana?” (dalam hatiku mengucapkan “terima-terima”)
Iya Azka, aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku ambil ya coklatnya. (sambil mengambil cokelat di tanganku)
(di dalam hati aku mengucapkan, “tuh kan, bener diterima.. yes, pacar baru lagi”. Tapi aku masih diam saja, karena aku tau Habib masih ingin berbicara)
“Tapi aku nggak mau pacaran sama kamu! Sebagai sahabat dekat tentu aku sayang kamu., aku cinta kamu karena Allah SWT. Aku tak ingin menyentuhmu sebelum kamu halal bagiku. Aku tak ingin kita sama seperi orang lain yang sudah berpacaran. Saling mengingatkan untuk sholat, tugas kuliah (sebagai tanggung jawab pelajar) karena takut dosa. Tapi kita tak ingat kalau pacaran itu juga dosa. Kita saling perhatian, mengingatkan, berbagi cinta, tapi diseliputi dosa-dosa. Maaf ya Azka, aku hanya berusaha mengamalkan sedikit yang ku tau. Aku hanyalah orang bodoh yang berusa untuk hidup lebih baik. Aku harap kamu mau memakluminya. Fokuslah pada kuliahmu Azka. Sebab cita-citamu jauh lebih berharga dari pada berpacaran dengan ku. Orang tuamu lebih menunggu prestasimu ketimbang aku. Maaf, ya sahabatku” (Ia mengatakan panjang lebar, sambil tersenyum dan berusaha tak menyakitiku)
“Iya, Habib. Sahabat inspirasiku. Maafkan aku, atas tindakan ku yang salah menurutmu. Aku memaklumi keputusanmu. Aku akan berusaha lebih baik lagi. Bawa dan makanlah cokelat yang ada di tanganmu. Sebagai tanda persahabatan kita, Habib. Aku ingin selalu menjadi sahabatmu seperti sekarang dan sebelummnya. (Aku mengatakan dengan sedikit tersadarkan).
*****

Selesai aku berbicara, Habib langsung pergi dan tak mengatakan apa-apa lagi padaku. Sekarang aku terdiam dan merenung. Baru kali ini aku ditolak oleh cowok, dan sepertinya benar kata Habib, betapa banyak waktu ku terbuang hanya untuk mencari kepuasan remaja yang sifatnya sementara. Dalam renunganku, aku teringat pesan Ayah.. “Hidup, Berarti, Lalu Mati. Janganlah kamu mati sebelum ada pertinggal atau karyamu di dunia ini anakku, Azka”. Itu pesan Ayahku.
*****

Masa indah, penuh sejarah cinta, namun berselimutkan dosa di waktu remaja akan ku akhiri. Meski sepertinya aku belum dapat memperbaiki pakaianku. Celana jeans, baju kaus, jilbab tembus pandang masih akan ku kenakan, setidaknya aku memiliki keinginan untuk berubah lebih baik..

(Selamat tinggal sifat remaja, selamat datang sifat dewasa).
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.2K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan