Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..
[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..
Perkenalkan, namaku Iwan, aku berasal dari sebuah daerah di Jawa Tengah bagian selatan. Keluargaku termasuk orang yang biasa - biasa saja. Di bilang miskin nggak, di bilang kaya, juga enggak. Bapakku hanyalah petani penggarap tegal, yang hanya bisa di tanami dengan singkong, jagung, kacang, dan sejenisnya. Untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari - hari, ibuku berjualan gorengan kecil - kecilan di depan rumah. Hasil bertani bapak, hanya bisa untuk makan sehari - hari saja, itu pun kami makan seadanya dari hasil berkebun. Maklumlah, pada saat panen hasil pertanian harganya pasti anjlok.

Aku sendiri lahir sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adikku, terpaut tujuh tahun usianya jika di bandingkan aku. Sedari kecil, kami berdua cukup akrab meski umurnya terpaut lumayan jauh. Waktu adikku masih balita, aku lah yang selalu mengajaknya, kemanapun kami selalu bersama.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

Pertengahan tahun 2006, aku menamatkan pendidikan di STM. Sekolah yang alakadarnya, jauh dari kesan sekolah favorit. Aku terpaksa sekolah di sana karena berbagai pertimbangan, biaya, akses yang dekat dengan rumah jadi alasan utamaku. Tak peduli dengan kualitas sekolahnya. Padahal seandainya pun aku mendaftar ke sekolah favorit di kota, aku pasti di terima karena nilai UAN SMP ku cukup lumayan, predikat 3 besar tingkat sekolah aku raih saat itu.

Tapi saat tamat dari STM, jangankan prestasi, bisa lulus pun sudah untung - untungan. Kenapa? Karena lebih dari setengah jumlah siswanya tak lulus. Tapi untunglah, aku lulus. Setidaknya aku tak mengecewakan orang tuaku. Aku tau mereka susah payah menyekolahkanku agar kelak aku jadi orang yang bisa mereka banggakan meski biayanya harus dengan berhutang.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

Duduk termangu sambil menerawang jauh, membayangkan tentang bagaimana masa depanku. Entah apakah aku bisa melalui hidup yang keras ini. Mau usaha, tak punya modal dan keterampilan. Ketrampilan yang aku peroleh sewaktu sekolah, tak cukup untuk memandaikanku. Maklum, sekolah alakadarnya. Sedang, mau kerja pun tak ada koneksi. Di satu sisi, hutang orang tuaku sudah menggunung untuk biaya sekolahku dulu. Lalu dalam kebimbanganku datanglah teman lamaku semasa SMP dulu, Joko. Lama sekali kami tak berjumpa, karena dia melanjutkan ke SMA yang full day school hingga hari - harinya pun di penuhi dengan kegiatan sekolah. Kali ini ada yang berbeda darinya, kulitnya yang dulu kuning, sekarang hitam legam. Kedatangannya membuyarkan lamunanku. Setelah ngobrol ngalor ngidul nggak jelas, akhirnya dia cerita juga tentang pengalamannya dua bulan pasca kelulusan ini. Ia ikut kakak iparnya ke kota. Pikirnya, dikota dia bisa mencari pekerjaan yang sesuai. Lulusan SMA favorit menurutnya sudah bisa jadi bekal mencari kerja favorit juga. Maklumlah temanku ini percaya dirinya besar. Dia juga belum tahu, persaingan di kota tak seperti di kampung. Untuk cari pekerjaan favorit, saingannya tak cuma sesama lulusan SMA, tapi sarjana pun di sana bejibun.

Sesampainya di kota, ternyata tak sesuai dengan ekspektasinya di awal. Bersama kakak iparnya, Joko tinggal di bedeng kecil yang pengap karena harus berdesak - desakan dengan sesama tukang yang lain. Ya, kakak iparnya bekerja sebagai tukang batu di proyek yang tak jauh dari bedeng tempat tinggal mereka. Saat kakak iparnya berangkat bekerja, Joko berangkat beli koran buat cari lowongan kerja. Semua lowongan yang sesuai, dia highligt dengan stabilo. Setelahnya, dia menulis surat lamaran dan mengirimkannya via pos. Satu dua panggilan dia datangi. Interview juga di lalui. Tapi tak satu pun dari mereka yang memberi kepastian untuk menerima sebagai karyawan. "Hufftt... Ternyata cari kerja susah ya...."ucapnya lirih sambil menyiapkan setumpuk lamaran lain yang akan di kirimnya lagi. Kakak iparnya pun memberi wejangan, bahwa memang mencari kerja itu tak gampang. Kalau mau, cari kerja yang gampang dulu, dari pada terlalu lama menganggur, lebih baik bantu - bantu kakaknya jadi kuli di proyek, sambil tunggu panggilan kerja.

Hati kecil Joko berontak. " Masak aku lulusan SMA favorit, kerja bangunan.." Dia pun menghiraukan omongan kakak iparnya tempo hari. Sudah hampir sebulan, ia berusaha mencari kerja tanpa hasil. Rasa sungkan karena sudah jadi beban kakak iparnya pun jadi penambah beban hidupnya, selain harus tidur dempet - dempetan dengan para tukang bangunan yang punya aroma khas. Karena itu, ia pun mempertimbangkan saran kakaknya tempo hari untuk jadi kuli bangunan.

Hingga akhirnya sebulan sudah ia lalui menjadi kuli bangunan, kulitnya yang sebelum ke kota kuning, sekarang menjadi hitam terbakar matahari. Sementara panggilan kerja tak kunjung datang. Dari pada terus - terusan seperti ini, ia pamit pada kakaknya untuk pulang kampung saja. Dengan bekal hasil kerjanya sebulan, ia bisa pulang kampung tanpa minta uang transport pada kakaknya. Tapi karena tak tega, kakaknya ikut mengantarkannya pulang ke kampung.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

"Ini bangunan yang akan kita kerjakan.." kata mas Rizal padaku. Sebuah bangunan dua lantai yang belum sepenuhnya jadi, berdiri gagah di depanku. Bangunan ini rencananya akan menjadi kantor sebuah perusahaan. Dan sebenarnya pembangunan gedung ini juga sudah hampir finishing. Tinggal menyelesaikan pekerjaan akhir saja.

Ya, kedatangan temanku, Joko ke rumahku tempo hari membawaku ke kota ini. Kota yang begitu asing bagiku. Maklum, dari kecil aku belum pernah pergi jauh dari rumah. Sehingga kota yang berjarak 250 an km dari kampungku ini rasanya begitu jauh. Aku melanjutkan "jejak" Joko menjadi kuli bangunan. Meski motivasi kami datang ke kota ini jelas beda. Joko ingin mencari kerja yang enak meski akhirnya jadi kuli bangunan, sedang aku tak muluk - muluk, jadi kuli pun tak masalah, yang penting kerja halal, bisa bantu - bantu orang tua.

Satu dua hari bekerja sebagai kuli bangunan, terasa sangat melelahkan. Saat sang surya mengintip di ufuk timur, rasanya penyiksaan terhadap tubuh ini akan kembali di mulai. Meski aku anak petani, tapi bapakku tak ingin aku kerja berat. Bahkan saat berangkat ke kota ini pun, aku tak ijin ke bapak, karena pasti tak di ijinkannya kalau tau aku kerja jadi kuli. Untungnya ibuku bisa ku beri penjelasan dan mengijinkannya, meski dengan berat hati.

Sabtu sore , waktu yang sangat di nanti. Selain waktunya menerima upah setelah sepekan di hajar kerjaan, juga karena minggunya kami ada waktu libur. Menerima duit dari hasil keringat sendiri rasanya tak bisa terlukiskan. Haru bercampur senang, dan ingin menangis rasanya. Apalagi ini benar - benar hasil "keringat" sendiri. Keringat yang benar -benar bercucuran, tak sekedar kiasan. Saat itu aku ingat betul, aku membelikan sebuah mainan untuk nanti aku bawa pulang dan aku berikan adikku. Adikku pasti senang, pikirku.

Sabtu demi sabtu aku lalui. Beban berat yang aku pikul tebayar sudah dengan lembaran rupiah yang meski tak seberapa nominalnya. Tapi rasa puas akan jerih payah sendiri mengalahkan segalanya. Aku tetap setia dengan pekerjaan ini. Hitam legam kulitku yang memang sebelumnya telah hitam pun tak ku pedulikan. Yang penting aku kerja, bisa bantu orang tua.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

"Nak, kalau duitnya udah ada, mbok ya di kasihkan emak to.. Emak kan butuh buat belanja lagi..." kata emak warung kepadaku. "Duit nopo to mak? "tanyaku balik pada emak yang asli Jawa Tengah ini. Ternyata emak menanyakan perihal kasbon makan kami yang sudah dua minggu tak di bayar. Ya, aku dan mas Rizal memang makan di tempat emak, sebuah warung yang terletak tak jauh dari bangunan yang sedang kami garap. Biasanya, selama satu minggu kami makan dulu di tempat emak dan Sabtu sorenya baru di total dan sekalian di bayar. Selama ini mas Rizal lah yang membayarkan uang kasbon ke warung emak ini. Pokoknya aku terima beres. Amplop bayaranku pun, mas Rizal yang mengambilkannya ke pak Mandor. Setelah di potong kasbon, barulah dia menyerahkannya ke aku.

Jadi kalau ternyata ada kasbon di warung emak yang belum di bayar, aku sama sekali tak tahu. Setauku, bayaranku sudah di potong untuk bayar kasbon ke emak. Apalagi aku dan mas Rizal tidak selalu barengan saat ke warung emak. Seperti malam ini, aku ke warung emak sendirian. Dan ternyata malah di palak tagihan kasbon. Aku pikir mas Rizal sedang ke alun - alun kota seperti biasanya setiap malam minggu. Jadi aku berencana untuk menanyakan perihal uang kasbon tersebut jika nanti dia telah pulang ke bedeng. Apalagi kata emak, duit untuk bayar kasbon di titipkan ke aku. Padahal, jangankan duit kasbon, amplop bayaranku minggu ini saja belum di berikan ke aku. Apalagi aku juga sedang bokek, hasil kerjaku yang lalu sudah aku weselkan ke kampung, sebagiannya lagi masih di pinjam Mas Rizal, jadi aku tak bisa menalangi dulu uang kasbon emak.

Keesokan harinya saat bangun tidur, tak ku lihat batang hidung mas Rizal. Ah.. mungkin sedang mandi atau sudah pergi ke alun - alun lagi. Hingga akhirnya ku tahu dari temanku yang sama - sama tinggal di bedeng, kalau dia ternyata pulang ke kampung. Aku pun kaget bukan kepalang, kalau pun pulang kampung kok aku tidak di bilangin. Tapi aku berbaik sangka saja, mungkin saja ada keperluan mendadak. Padahal saat itu proyek bangunan di sini juga sudah hampir selesai. Mas Rizal pernah bilang, kalau proyek di sini selesai, dia akan mengajakku pindah ke proyek lain di kota sebelah.

Ternyata baik sangkaku tak berbuah manis. Sampai proyek bangunan selesai, dia tak kunjung kembali. Aku pun bingung, mau pulang ke kampung, duit belum cukup buat biaya transport. Selain itu, jalan pulang pun aku tak tahu. Karena untuk sampai di kampungku, kurang lebih harus 6 kali oper. Mulai dari naik becak, angkot, bis, angkudes, dan terakhir harus ngojek. Rutenya pun tak bisa ku ingat dengan jelas. Karena saat berangkat dulu, aku tak seberapa memperhatikan.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

"Wan, tolong buatkan saya kopi ya.. gulanya dikit aja, ntar bawa ke ruang meeting..." pinta Pak Rudi kepadaku. Tak terasa sebulan sudah aku menjadi office boy di kantor ini. Kantor yang saat pembangunannya dulu aku sempat jadi kulinya. Kerjaanku sekarang ini ku dapat dengan cara yang tak mudah. Aku harus meyakinkan orang dalam yang secara kebetulan sedang mencari orang untuk posisi ini. Aku di terima tanpa harus menyerahkan ijazah dan perlengkapan layaknya melamar pekerjaan. Karena kebetulan orang dalam tersebut tahu cara kerjaku saat jadi kuli dulu. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan berganti tahun tak terasa 5 tahun sudah aku menjadi OB di kantor ini. Segala pekerjaan yang di embankan kepadaku, kukerjakan dengan sebaik mungkin. Jika awalnya, niatku menjadi OB hanya ingin dapat "modal" untuk pulang kampung sekaligus membayar hutang kasbon makan ke emak, sekarang penghasilanku sudah lumayan, bahkan bisa untuk membantu membayar hutang orang tuaku di kampung dan juga membantu membiayai sekolah adikku.

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

"Pagi pak Iwan.. Kopi Bapak sudah saya siapkan di meja bapak.." ujar Mang Sodrun, sang office boy padaku. Mang Sodrun bisa di bilang sebagai penerusku setelah aku di angkat oleh bosdi kantor itu. Ya, dikantor yang dulunya pernah aku bangun (sebagai kuli) dan selama bertahun - tahun aku jadi OBnya, kini setelah beberapa tahun kemudian, aku duduk di belakang layar komputer sebagai salah satu staffnya. Sebuah pekerjaan yang bertahun - tahun yang lalu di idam - idamkan Joko, temanku. Kini pekerjaan ini aku dapat tanpa pernah kubayangkan sebelumnya. Dan aku pun bersyukur seandainya mas Rizal, kakak ipar Joko yang sudah ku anggap sebagai temanku sendiri, tak menjerumuskanku dan meninggalkanku di sini, mungkin aku masih akan tetap menjadi kuli bangunan selamanya. Selama ini aku ikhlas dengan perlakuan mas Rizal yang tega menelantarkanku di kota yang tak pernah ku kenal, di kota yang di sanaaku tak punya teman, tak punya saudara, bahkan aku di warisi hutang meski tak seberapa. Sekarang ku dengar, dia sudah cerai dengan istrinya, dan pulang ke kampung halamannya yang berbeda kabupaten dengan kampungku. Setelah kejadian dia meninggalkanku itu, sekalipun aku belum pernah bertemu dengan mas Rizal, temanku ini. Seandainya aku bertemu, aku hanya ingin mengucapkan.. "Terima kasih karena telah menjerumuskan temanmu ini, mas..."

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..

Thread ini untuk meramaikan #SFTHChallenge

[#SFTH Challenge] Temanku Menjerumuskanku..
Diubah oleh powerpunk 09-02-2018 16:17
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.6K
28
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan