- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Membaca itu kuper? Sekarang tidak lagi!


TS
dany.jazzle
Membaca itu kuper? Sekarang tidak lagi!

Quote:
Spoiler for Fenomena:
Di jaman yang serba maju, kebiasaan membaca sudah hampir terlupakan. Hal ini bisa kita lihat melalui ruangan perpustakaan yang makin hari makin sepi pengunjung. Kalaupun ada yang berkunjung, prediksi saya mereka hanyalah mahasiswa yang sedang menulis skripsi dan mau tidak mau mereka membutuhkan literatur yang membuat mereka ‘terpaksa’ mengunjungi perpustakaan.
Buku sudah dianggap terlalu kuno. Lebih baik sekarang kita membeli handphone baru atau paket internet ketimbang membeli sebuah buku kertas yang berakhir menjadi sampah. Youtube, Instagram, Facebook dan social media lainnya merubah 180 derajat hidup manusia, khususnya di Indonesia. ‘Mereka’ menawarkan hiburan yang jauh lebih menarik daripada membaca tulisan hitam putih yang tidak memiliki gambar apalagi mampu bergerak layaknya video gold digger prank atau pencet-pencet squishy.
Fenomena tersebut tidak berhenti sampai di sana. Menurut pengamatan saya, seringkali mereka yang masih suka membaca dianggap kuper dan kurang pergaulan. Sementara kaum yang asyik dengan gadget dan social media dianggap lebih keren dan menarik daripada menjadi seorang kutu buku. Parahnya lagi, kemajuan teknologi sekarang membuat manusia lupa makan, lupa diri, lupa Tuhan, lupa kalau punya tagihan hutang, lupa kalau celotehannya tidak elok, bahkan lupa kalau dia hidup di dunia, bukan di dalam paket internet 1gb seharga 10 ribu. Mengenaskan bukan?
Memang tidak bisa dipungkiri banyak sekali manfaat-manfaat teknologi. Banyak kemudahan diberikan, akses data yang begitu cepat, komunikasi jarak jauh yang murah dan masih banyak lagi keuntung yang lain. Hal itu membuat sebagian besar dari kita lupa bahwa teknologi dibuat untuk mempermudah kita, bukan untuk memanjakan kita. Kata ‘mempermudah’ berarti membuat hal yang sulit menjadi lebih mudah. Sedangkan ‘memanjakan’ berarti membuat diri kita manja dan tergantung pada suapan nasi yang mengarah pada mulut kita. Sekali lagi saya katakan bahwa, jangan jadikan teknologi, khususnya social media sebagai Tuhan yang seolah-olah kita tidak bisa lepas, bahkan terlewat sedetikpun. Jangan terlena!
Buku sudah dianggap terlalu kuno. Lebih baik sekarang kita membeli handphone baru atau paket internet ketimbang membeli sebuah buku kertas yang berakhir menjadi sampah. Youtube, Instagram, Facebook dan social media lainnya merubah 180 derajat hidup manusia, khususnya di Indonesia. ‘Mereka’ menawarkan hiburan yang jauh lebih menarik daripada membaca tulisan hitam putih yang tidak memiliki gambar apalagi mampu bergerak layaknya video gold digger prank atau pencet-pencet squishy.
Fenomena tersebut tidak berhenti sampai di sana. Menurut pengamatan saya, seringkali mereka yang masih suka membaca dianggap kuper dan kurang pergaulan. Sementara kaum yang asyik dengan gadget dan social media dianggap lebih keren dan menarik daripada menjadi seorang kutu buku. Parahnya lagi, kemajuan teknologi sekarang membuat manusia lupa makan, lupa diri, lupa Tuhan, lupa kalau punya tagihan hutang, lupa kalau celotehannya tidak elok, bahkan lupa kalau dia hidup di dunia, bukan di dalam paket internet 1gb seharga 10 ribu. Mengenaskan bukan?
Memang tidak bisa dipungkiri banyak sekali manfaat-manfaat teknologi. Banyak kemudahan diberikan, akses data yang begitu cepat, komunikasi jarak jauh yang murah dan masih banyak lagi keuntung yang lain. Hal itu membuat sebagian besar dari kita lupa bahwa teknologi dibuat untuk mempermudah kita, bukan untuk memanjakan kita. Kata ‘mempermudah’ berarti membuat hal yang sulit menjadi lebih mudah. Sedangkan ‘memanjakan’ berarti membuat diri kita manja dan tergantung pada suapan nasi yang mengarah pada mulut kita. Sekali lagi saya katakan bahwa, jangan jadikan teknologi, khususnya social media sebagai Tuhan yang seolah-olah kita tidak bisa lepas, bahkan terlewat sedetikpun. Jangan terlena!
Merujuk judul di atas, membahas mengenai “Membaca itu kuper?”, sekarang tidak lagi. Mengapa? Karena seiring berkembangnya teknologi, banyak sekali cara untuk membaca buku. Dan yang ingin saya bahas yaitu membaca menggunakan E-reader. Bagi anda yang belum mengenal e reader, lihat di bawah untuk penampakannya. E-reader atau Ebook Reader merupakan perangkat berupa tablet yang dikhususkan untuk membaca ebook atau elektronic book. E-reader memberikan kita bentuk buku yang jauh lebih modern ketimbang mententeng buku fisik yang jumlah halamannya melebihi batas umur kita.
Spoiler for E-reader:


Lalu mengapa menggunakan E-reader, kok bukan tablet saja? Hal ini memang terserah pengguna. Tapi ingat, ada beberapa perbedaan yang mencolok antara E-reader dan tablet. Keunggulan pertama E-reader yaitu, layarnya menggunakan teknologi E-inkyang menyerupai kertas. Berbeda dengan layar tablet agan yang membuat mata akan cepat lelah jika digunakan berjam-jam. Kedua, ketahanan baterai yang cukup digunakan berminggu-minggu. Bahkan beberapa merk dan seri terbaru, E-reader bisa digunakan hingga kurang lebih satu bulan. Ketiga, kita akan lebih fokus untuk membaca. Gangguan yang paling sering muncul saat membaca di tablet adalah ke’gatel’an kita terhadap hiburan yang lain. Nah, kalau menggunakan E-reader dijamin tidak akan terganggu karena fiturnya hanya sebatas membaca buku. Lanjut yang terakhir, kalau kita membaca menggunakan E-reader akan membuat kita lebih ‘kekinian’ dan membuat orang lain terheran-heran penasaran. (Lebay sih, tapi itu kan yang kalian pengen??)
Keunggulan yang lain jika kita membeli buku elektronik, yaitu harga yang dijamin lebih murah daripada buku fisik. Kemarin saya cek harga novel Dilan di toko buku fisik, berkisar antara 40 ribuan, sedangkan versi elektroniknya dibanderol seharga 30 ribuan. Wow, lumayan kan. Belum lagi anda bisa mendapatkan promo diskon jika menggunakan coupon code. Minggu lalu saya membeli buku “Elon Musk” yang harga fisiknya sekitar 50 ribuan, saya hanya mendapatkannya dengan harga 7.500 perak.
Sebagai penutup saya ingin menyampaikan bahwa mungkin ada beberapa kubu di bawah yang akan berkomentar mengenai, “Mending beli buku fisik saja, nggak nyaman baca buku di E-reader”. Ya memang! Untuk beberapa jenis buku saya lebih memilih menggunakan buku fisik, misalnya buku partitur piano, buku teori musik dan sejenisnya. Sedangkan saya lebih memilih membaca novel, buku sejarah, biografi, bisnis dan buku motivasi di kindle, karena jauh lebih praktis dibawa kemana-mana. Memang sih, aroma buku fisik baru tidak akan tergantikan dengan apapun. Disamping itu harga untuk membeli E-reader juga tidak bisa dibilang murah (1-5 jutaan). Tapi sekali lagi, kalian bebas memilih.
Sekali lagi thread ini dibuat untuk mengajak teman-teman Indonesia sadar bahwa pentingnya membaca. Membaca buku sekarang tidak lagi kuper. Anda bisa memilih media yang digunakan untuk membaca, yang salah satunya saya sampaikan di atas. Sekali lagi thread ini bukan untuk menggurui, tetapi rasa cinta saya terhadap Bangsa ini. Karena dengan membaca setidaknya kita tidak jauh tertinggal dengan Bangsa lain.
Quote:
Berapa banyak waktu terbuang percuma dengan menonton acara gosip dan hoax di tv dan internet? Mending membaca, daripada menambah dosa.
Quote:
Jangan lupa kunjungi juga thread ane yang lain di:
0
7.6K
Kutip
94
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan