- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
#SFTHChallenge Perjalanan di Malam 26 Desember 2004


TS
ssh4ndsom3
#SFTHChallenge Perjalanan di Malam 26 Desember 2004




Quote:
Tak seperti biasanya, malam itu jalanan penuh dengan kendaraan yang menuju dan dari Banda Aceh. Tumben ramai banget jalanan malam ini, keluh ku. Entah ada apa sebenarnya ini setelah gempa mengguncang kuat tadi pagi, semua perangkat komunikasi tidak dapat berfungsi. Handphone tidak ada sinyal, listrik padam dari saat gempa dan belum nyala hingga aku pergi dengan beberapa orang keluarga ke Banda Aceh. Genset dinyalakan beberapa menit setelah gempa usai dan listrik padam, kami sekeluarga melihat berita di tv banyak bangunan di Banda Aceh luluh lantak. Kami memutuskan berangkat ke Banda Aceh bukan tanpa alasan. Sanak saudara bahkan adik kandung ku berasa disana tanpa bisa dihubungi. Setelah isya keluarga dari daerah lain tiba, dan kamipun berangkat.
Jalanan yang gelap hanya diterangi oleh lampu-lampu kendaraan yang ramai. Suasana panik dan cemas terasa banget, orang-orang yang dari Banda Aceh seperti terburu-buru menghindari sesuatu, dan yang menuju arah sebaliknya terburu-buru mencari informasi keberadaan sanak keluarga. Laju kendaraan pun hanya bisa dipacu sekitar 40-50km/jam, bakal menjadi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Aku terus melihat ke arah luar dari kaca mobil. Ternyata ada beberapa keanehan dijalanan malam itu. Aku melihat keanehan dimana ada juga orang-orang yang menggunakan sepeda, becak motor, bahkan ada juga yang berjalan kaki.
Jalanan yang gelap hanya diterangi oleh lampu-lampu kendaraan yang ramai. Suasana panik dan cemas terasa banget, orang-orang yang dari Banda Aceh seperti terburu-buru menghindari sesuatu, dan yang menuju arah sebaliknya terburu-buru mencari informasi keberadaan sanak keluarga. Laju kendaraan pun hanya bisa dipacu sekitar 40-50km/jam, bakal menjadi perjalanan yang panjang dan melelahkan. Aku terus melihat ke arah luar dari kaca mobil. Ternyata ada beberapa keanehan dijalanan malam itu. Aku melihat keanehan dimana ada juga orang-orang yang menggunakan sepeda, becak motor, bahkan ada juga yang berjalan kaki.

Quote:
Kami berangkat menggunakan 2 mobil, Avanza dan Kuda (mobil dinas polisi), aku, ibuku, adik ibuku (bunda) dan suaminya yang kapolsek di salah satu daerah di Aceh, 3 paman ku dan adikku yang nomor 2. Sedangkan ayahku tidak bisa ikut karena saat kejadian dia sedang bersinar di Kodim 0103/Aceh Utara di Lhokseumawe. Sepanjang perjalanan aku yang berada di mobil kuda dengan ibu, bunda dan suaminya, dan juga paman ku mendengarkan mereka bercerita mengisi waktu agar tidak merasa kelelahan. Mereka mengobrol menggunakan bahasa Indonesia, Mandailing , Minang , Gayo , dan juga bahasa Aceh, keluarga besar ku merupakan campuran dari suku Aceh, Tapanuli Selatan, Minang, dan juga Gayo. Aku hanya menyimak obrolan mereka yang terlihat cemas. Aku hanya lancar berbicara bahasa Indonesia dan Aceh saja, sedangkan bahasa lainnya hanya mengerti tapi sulit bagiku untuk mengucapkannya.
Quote:
Waktu sudah menunjukkan pukul 01:30wib dan kami hanya baru sampai di sekitaran Ulee Glee. Biasanya hanya butuh waktu sekitar 2 jam dari rumahku untuk sampai di daerah ini, tapi malam itu sekitar 5 jam lebih akibat ramainya kendaraan di jalanan. Sesampainya didaerah itu, salah satu paman ku menyarankan berhenti untuk rehat. Kamipun berhenti disalah satu rumah makan. Tempat itu ramai banget, bahkan warung makan lainnya juga ramai ada sampai ada yang tidak kebagian tempat duduk. Suasana riuh di warung makan tsb, orang-orang bercerita satu sama lainnya tentang kejadian ini hari. Aku dan paman pun mengajak pelanggan lainnya mengobrol, mereka bercerita tentang keadaan Banda Aceh yang hancur porak poranda akibat gempa dan juga air laut. Air laut menghancurkan Banda Aceh? Ah masa iya sih pikir kami, maklum saat itu informasi tentang Tsunami sangat minim, dan pelanggan tsb melanjutkan ceritanya lagi. Dia bercerita saat dia kejar-kejaran dengan air laut yang ke daratan, dia ingin pulang ke kampung halamannya di Lhosukon.
Setelah merasa cukup mendapat informasi dan keadaan tubuh sudah mulai segar, kamipun melanjutkan perjalanan. Suasana hening beberapa Saat di dalam mobil, hingga bunda ku pun mulai menangis kuat. Dia memikirkan nasib anaknya yang merupakan sepupu dekat ku. Tak lama kemudian ibuku pun mulai menangis memikirkan adikku yang cewek. Paman-paman ku pun mencoba menenangkan mereka, tapi mereka semakin menjadi tangisnya. Di sepanjang perjalanan yang memang sebagian jalannya dekat pesisir pantai, kami melihat orang-orang mendirikan tempat berteduh seadanya di pinggir jalan, seakan mereka menjauhi bibir pantai. Tapi aku tak bisa melihat langsung keadaan didekat bibir pantai seperti biasanya akibat gelap gulita saat itu.
Setelah merasa cukup mendapat informasi dan keadaan tubuh sudah mulai segar, kamipun melanjutkan perjalanan. Suasana hening beberapa Saat di dalam mobil, hingga bunda ku pun mulai menangis kuat. Dia memikirkan nasib anaknya yang merupakan sepupu dekat ku. Tak lama kemudian ibuku pun mulai menangis memikirkan adikku yang cewek. Paman-paman ku pun mencoba menenangkan mereka, tapi mereka semakin menjadi tangisnya. Di sepanjang perjalanan yang memang sebagian jalannya dekat pesisir pantai, kami melihat orang-orang mendirikan tempat berteduh seadanya di pinggir jalan, seakan mereka menjauhi bibir pantai. Tapi aku tak bisa melihat langsung keadaan didekat bibir pantai seperti biasanya akibat gelap gulita saat itu.

Quote:
Kami melaju hingga melihat orang-orang berkerumun melihat sesuatu yang aneh di pinggir jalan. Kamipun berhenti untuk mencari tahu apa yang menyebabkan mereka berkerumun. Mobil diparkirkan di pinggir jalan, yang lelaki turun dari mobil kecuali adikku yang cowok. Subhanallah, aku melihat pemandangan yang tak lazim, ada jejak telapak kaki seukuran 1.5m dan hanya sebelah kanan saja. Bukan disitu saja, telapak kaki tsb pun ada di depan yang berjarak sekitar 50m, ada sekitar 7 telapak kaki. Suasana perjalanan pun semakin campur aduk. Ada apa sebenarnya ini? Bisikku.
Pukul menunjukkan jam 07.30wib kamipun sampai di daerah Samahani sekitar 20km lagi. Sesampainya disitu kami turun sebentar dari mobil untuk melepaskan penat. Saat pintu mobil dibuka, bau mayat menyengat hidung. Kamipun tak berlama-lama dan langsung melanjutkan perjalanan. Sesampainya di daerah Lambaro.. Kami melihat tenda-tenda PMI berdiri dan mayat-mayat penuh di rebahkan di sepanjang jalan. Baru kali itu aku melihat mayat sebanyak itu, kondisinya pun sungguh diluar akal sehat. Sebagian besar mayat-mayat itu sudah bengkak, tangan ke atas seperti ingin menggapai sesuatu, dan kondisi nyaris tanpa pakaian dengan keadaan hitam seperti terbakar. Sontak bunda dan ibuku menangis memikirkan nasib keluarga kami. Jarak ke Banda Aceh tidak jauh lagi sekitar 8km. Mobil melaju hingga tiba di Banda Aceh yang sudah hancur porak poranda dengan mayat-mayat bertebaran dimana-mana.
Pukul menunjukkan jam 07.30wib kamipun sampai di daerah Samahani sekitar 20km lagi. Sesampainya disitu kami turun sebentar dari mobil untuk melepaskan penat. Saat pintu mobil dibuka, bau mayat menyengat hidung. Kamipun tak berlama-lama dan langsung melanjutkan perjalanan. Sesampainya di daerah Lambaro.. Kami melihat tenda-tenda PMI berdiri dan mayat-mayat penuh di rebahkan di sepanjang jalan. Baru kali itu aku melihat mayat sebanyak itu, kondisinya pun sungguh diluar akal sehat. Sebagian besar mayat-mayat itu sudah bengkak, tangan ke atas seperti ingin menggapai sesuatu, dan kondisi nyaris tanpa pakaian dengan keadaan hitam seperti terbakar. Sontak bunda dan ibuku menangis memikirkan nasib keluarga kami. Jarak ke Banda Aceh tidak jauh lagi sekitar 8km. Mobil melaju hingga tiba di Banda Aceh yang sudah hancur porak poranda dengan mayat-mayat bertebaran dimana-mana.




anasabila memberi reputasi
2
3.1K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan