- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[#SFTH CHALLENGE] 1 Hari 3 Makna


TS
wadonsubur
[#SFTH CHALLENGE] 1 Hari 3 Makna
![[#SFTH CHALLENGE] 1 Hari 3 Makna](https://s.kaskus.id/images/2018/02/01/6035474_201802010837380931.jpg)
Quote:
Layaknya dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang , bandara adalah tempat dimana ada perpisahan dan pertemuan. Muara berkumpulnya perasaan bahagia saat bertemu orang terkasih sekaligus pemandangan mengharu biru ketika melepas orang yang tersayang. Tempat dimana rindu tersemai.
![[#SFTH CHALLENGE] 1 Hari 3 Makna](https://s.kaskus.id/images/2018/02/08/8498773_20180208060812.jpg)
Quote:
Rania Wibisana
“Penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan segera mendarat di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Tidak ada perbedaan waktu antara Yogyakarta dan Jakarta. Untuk anda yang transit dan akan melanjutkan penerbangan selanjutnya, silakan melapor di counter terdekat. Terima kasih telah memilih terbang bersama kami,” kata pramugari melalui pengeras suara yang ada di cabin crew.
Kalimat itu yang sudah kutunggu-tunggu dari tadi, bolak balik aku melirik jam tangan kulit Guess milikku selama berada dalam pesawat, sekarang sudah pukul 1 siang. Penerbangan selama satu jam lima belas menit ini terasa lama bagiku, namun penantian ini akan terbayarkan dengan indah. Aku akan bertemu dengan Randy Satrio Koeswara, pria yang paling mengerti akan diriku. Terbayangkan pelukan hangatnya dengan aroma parfum Bvlgari Aqua kesukaanku, sudah empat hari aku bertugas Yogyakarta dan tidak bertemu dengannya.
Begitu pesawat mendarat dan parkir, aku bergegas mengambil koper kecilku di bagasi kabin. Langkahku kupercepat begitu memasuki garbarata, kunyalakan ponselku dan segera mengirim pesan singkat pada Randy.
Kupercepat lagi langkahku , aku ingin segera bertemu pria berambut ikal, dengan tinggi 178 cm, bermata coklat tua dan senyumnya yang selalu membuatku meleleh. Randy telah membiuskku, cintanya memabukanku, bersamanya menjadi candu untukku.
Langkahku semakin kupercepat hingga setengah berlari saat melihat siluet Randy di pintu kedatangan T3 bandara Soekarno Hatta. Aku menabrak tubuhnya, meraih pinggangnya untuk bisa memeluk sepuasnya. Randy tak kalah antusias, kepalaku didekatkan ke dada bidangnya, mengacak-acak rambutku dan menciumi pelipisku.
“Aku kangen kamu pake banget, Rania,” ujarnya pelan.
“Aku juga…” bisikku di telinganya sambil menjinjit dan kemudian mendaratkan bibirku di pipinya. Lipstik merah marunku meninggalkan bekasnya.
Randy menggenggam erat tanganku hingga ke parkiran, pembicaraan ringan mengalir dari kedua mulut kami, senyum tersungging menghiasi wajah kami. Begitu masuk di mobil, Randy melumat bibirku dalam-dalam. Ciuman penuh hasrat ini selalu kurindukan, tidak ingin aku melepasnya cepat-cepat.
“Rania Wibisana, kita makan yuk. Laper nih, pengen makan bareng kamu biar lebih lahap,” kata Randy setelah melepaskan bibirnya.
“Hayuk, aku juga udah laper. Kita ke tempat biasa aja yah. Bentar aku kabarin orang rumah dulu,” kataku.
“Okay, take your time sayang,” ujar Randy sambil mengusap-usap rambut panjangku.
“Penumpang yang terhormat, sebentar lagi pesawat akan segera mendarat di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Tidak ada perbedaan waktu antara Yogyakarta dan Jakarta. Untuk anda yang transit dan akan melanjutkan penerbangan selanjutnya, silakan melapor di counter terdekat. Terima kasih telah memilih terbang bersama kami,” kata pramugari melalui pengeras suara yang ada di cabin crew.
Kalimat itu yang sudah kutunggu-tunggu dari tadi, bolak balik aku melirik jam tangan kulit Guess milikku selama berada dalam pesawat, sekarang sudah pukul 1 siang. Penerbangan selama satu jam lima belas menit ini terasa lama bagiku, namun penantian ini akan terbayarkan dengan indah. Aku akan bertemu dengan Randy Satrio Koeswara, pria yang paling mengerti akan diriku. Terbayangkan pelukan hangatnya dengan aroma parfum Bvlgari Aqua kesukaanku, sudah empat hari aku bertugas Yogyakarta dan tidak bertemu dengannya.
Begitu pesawat mendarat dan parkir, aku bergegas mengambil koper kecilku di bagasi kabin. Langkahku kupercepat begitu memasuki garbarata, kunyalakan ponselku dan segera mengirim pesan singkat pada Randy.
Quote:
Sayang, pesawatnya baru aja mendarat. See ya very soon, I miss you so much
Sent to Randy. Friday 9 Feb, 01:01 PM
Sent to Randy. Friday 9 Feb, 01:01 PM
Kupercepat lagi langkahku , aku ingin segera bertemu pria berambut ikal, dengan tinggi 178 cm, bermata coklat tua dan senyumnya yang selalu membuatku meleleh. Randy telah membiuskku, cintanya memabukanku, bersamanya menjadi candu untukku.
Langkahku semakin kupercepat hingga setengah berlari saat melihat siluet Randy di pintu kedatangan T3 bandara Soekarno Hatta. Aku menabrak tubuhnya, meraih pinggangnya untuk bisa memeluk sepuasnya. Randy tak kalah antusias, kepalaku didekatkan ke dada bidangnya, mengacak-acak rambutku dan menciumi pelipisku.
“Aku kangen kamu pake banget, Rania,” ujarnya pelan.
“Aku juga…” bisikku di telinganya sambil menjinjit dan kemudian mendaratkan bibirku di pipinya. Lipstik merah marunku meninggalkan bekasnya.
Randy menggenggam erat tanganku hingga ke parkiran, pembicaraan ringan mengalir dari kedua mulut kami, senyum tersungging menghiasi wajah kami. Begitu masuk di mobil, Randy melumat bibirku dalam-dalam. Ciuman penuh hasrat ini selalu kurindukan, tidak ingin aku melepasnya cepat-cepat.
“Rania Wibisana, kita makan yuk. Laper nih, pengen makan bareng kamu biar lebih lahap,” kata Randy setelah melepaskan bibirnya.
“Hayuk, aku juga udah laper. Kita ke tempat biasa aja yah. Bentar aku kabarin orang rumah dulu,” kataku.
“Okay, take your time sayang,” ujar Randy sambil mengusap-usap rambut panjangku.
Quote:
Sayang, flightku nanti jam empat sore. Makan malem nggak usah nunggu aku yah. Nanti kukabarin lagi, pengen cepet sampai rumah. Miss you
:
Sent to Husband. Friday 9 Feb, 01:16 PM

Sent to Husband. Friday 9 Feb, 01:16 PM
Quote:
Randy Satrio Koeswara
Segelas hot Americano yang sudah dingin dan banana cake menemaniku di sudut kedai kopi yang berada di ruang tunggu T3 bandara Soekarno-Hatta. Aku menyandarkan tubuhku di kursi kayu yang kududuki sambil memainkan ponselku. Sudah sekitar satu setengah jam aku berada disini, menunggu perempuan bernama Rania Wibisana yang selalu membuatku rindu. Wajah cantiknya, wangi rambutnya yang panjang tergerai, serta sifat manjanya yang muncul saat bersamaku. Sebentar lagi rinduku terhapuskan setelah empat hari tidak bertatap muka dengannya.
Aku bergegas meninggalkan kedai kopi dan berjalan menuju gerbang kedatangan. Aku menunggu Rania, aku tak sabar ingin segera memeluk tubuhnya, merasakan lagi kecupan bibirnya dengan lidah yang menari di dalam rongga mulutku. Aku meraih ponselku, kukirimkan pesan singkat.
Quote:
Sayang, aku sudah bandara yah. Aku ngopi dulu sambil nunggu kamu, safe flight yah. See you soon, miss you so bad.
Sent to Rania W. Friday 9 Feb, 11:30 AM
Sent to Rania W. Friday 9 Feb, 11:30 AM
Segelas hot Americano yang sudah dingin dan banana cake menemaniku di sudut kedai kopi yang berada di ruang tunggu T3 bandara Soekarno-Hatta. Aku menyandarkan tubuhku di kursi kayu yang kududuki sambil memainkan ponselku. Sudah sekitar satu setengah jam aku berada disini, menunggu perempuan bernama Rania Wibisana yang selalu membuatku rindu. Wajah cantiknya, wangi rambutnya yang panjang tergerai, serta sifat manjanya yang muncul saat bersamaku. Sebentar lagi rinduku terhapuskan setelah empat hari tidak bertatap muka dengannya.
Quote:
Sayang, pesawatnya baru aja mendarat. See ya very soon, I miss you so much
Sender Rania W. Friday 9 Feb, 01:01 PM
Sender Rania W. Friday 9 Feb, 01:01 PM
Aku bergegas meninggalkan kedai kopi dan berjalan menuju gerbang kedatangan. Aku menunggu Rania, aku tak sabar ingin segera memeluk tubuhnya, merasakan lagi kecupan bibirnya dengan lidah yang menari di dalam rongga mulutku. Aku meraih ponselku, kukirimkan pesan singkat.
Quote:
Hi dear, sudah sampai di rumah mamah kamu? Jangan lupa makan siang yah. Miss you already.
Sent to Lalita. Friday 9 Feb, 01:04 PM
Sent to Lalita. Friday 9 Feb, 01:04 PM
Quote:
Lalita Ayu
Pagi ini menjadi langkah besar bagiku. Aku akan pergi ke Surabaya, ke rumah mamah untuk menenangkan diriku. Pertengkaran dengan suamiku semakin tidak berujung. Aku membawa sebuah koper besar dan tas jinjing, Randy yang membantu membawanya hingga di counter check-in. Randy adalah pria yang pernah kutinggalkan demi suamiku yang ternyata ringan tangan. Pria baik inilah yang masih mau menemaniku dan menerima keluh kesahku walau aku pernah menyakitinya.
Randy lah yang mengobati luka-luka fisik dan batinku. Sebulan lalu tak sengaja aku bertemu lagi di rumah sahabatku yang juga adiknya, Jeanny Arianne Koewara dengan keadaan muka babak belur hasil perbuatan suamiku sendiri. Amarahnya yang pernah berapi-api padaku luluh seketika melihat kondisiku. Dia pula yang menghapus lukaku dan menemaniku hingga saat ini.
Aku menggenggam erat tangannya selama di bandara. Aku enggan melepasnya lagi. Tapi saat berpisah pun tiba juga ketika nomor penerbanganku dipanggil untuk boarding. Aku memandang wajah teduh pria yang masih menghujani dengan perhatian dan kasih sayang. Aku memeluk tubuhnya erat-erat.
“Kamu baik-baik yah disana. Semoga masalahmu cepat selesai dan pikiranmu tenang lagi. Aku disini nunggu kamu,” bisik Randy di telingaku sambil mengelus rambut pendekku.
Pelukanku makin erat, aku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa memandang wajah Randy dengan mata berkaca-kaca. Kemudian Randy menyentuh daguku, memagut bibirku dengan lembut.
Setelah mengusap air mata, aku berjalan menuju pintu pemeriksaan kedua. Aku menoleh ke belakang dan Randy melambaikan tangannya.
Kumatikan ponselku, menyimpannya dalam tas kulit Fossil warna coklat milikku dan kukencangkan sabuk pengamanku. Dari jendela pesawat kulihat perlahan-lahan kota Jakarta nampak mengecil dan hanya ada awan putih menghampar di langit biru.
Pagi ini menjadi langkah besar bagiku. Aku akan pergi ke Surabaya, ke rumah mamah untuk menenangkan diriku. Pertengkaran dengan suamiku semakin tidak berujung. Aku membawa sebuah koper besar dan tas jinjing, Randy yang membantu membawanya hingga di counter check-in. Randy adalah pria yang pernah kutinggalkan demi suamiku yang ternyata ringan tangan. Pria baik inilah yang masih mau menemaniku dan menerima keluh kesahku walau aku pernah menyakitinya.
Randy lah yang mengobati luka-luka fisik dan batinku. Sebulan lalu tak sengaja aku bertemu lagi di rumah sahabatku yang juga adiknya, Jeanny Arianne Koewara dengan keadaan muka babak belur hasil perbuatan suamiku sendiri. Amarahnya yang pernah berapi-api padaku luluh seketika melihat kondisiku. Dia pula yang menghapus lukaku dan menemaniku hingga saat ini.
Aku menggenggam erat tangannya selama di bandara. Aku enggan melepasnya lagi. Tapi saat berpisah pun tiba juga ketika nomor penerbanganku dipanggil untuk boarding. Aku memandang wajah teduh pria yang masih menghujani dengan perhatian dan kasih sayang. Aku memeluk tubuhnya erat-erat.
“Kamu baik-baik yah disana. Semoga masalahmu cepat selesai dan pikiranmu tenang lagi. Aku disini nunggu kamu,” bisik Randy di telingaku sambil mengelus rambut pendekku.
Pelukanku makin erat, aku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa memandang wajah Randy dengan mata berkaca-kaca. Kemudian Randy menyentuh daguku, memagut bibirku dengan lembut.
Setelah mengusap air mata, aku berjalan menuju pintu pemeriksaan kedua. Aku menoleh ke belakang dan Randy melambaikan tangannya.
Quote:
Aku sudah di dalam pesawat yah dear. Nanti aku kabari lagi. Doakan semua baik-baik saja. I will miss you.
Sent to Randy S. Friday 9 Feb, 10:10 AM
Sent to Randy S. Friday 9 Feb, 10:10 AM
Kumatikan ponselku, menyimpannya dalam tas kulit Fossil warna coklat milikku dan kukencangkan sabuk pengamanku. Dari jendela pesawat kulihat perlahan-lahan kota Jakarta nampak mengecil dan hanya ada awan putih menghampar di langit biru.
cerpen ini akan jadi bagian dari cerita SFTH ane
Can't Stop Loving You


anasabila memberi reputasi
1
3.8K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan