- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sandi Nyerah, PKL Sudirman Minta Difasilitasi Seperti di Tn Abang!


TS
bantusundulin29
Sandi Nyerah, PKL Sudirman Minta Difasilitasi Seperti di Tn Abang!

Quote:
By: Ronindo
Pemimpin Jakarta makin kedodoran karena kebijakan di Tanah Abang memiliki efek domino. Tak ayal ini makin membuat Wagub Sandi puyeng dan lempar handuk. Baru kebijakan yang berjalan sebentar udah nyerah.
PKL di Sudirman jelas terinspirasi dari PKL Tanah Abang dan mereka menuntut hak yang sama agar diberi keleluasaan seperti PKL Tanah Abang yang lagi sukses dan naik daun karena dimanjakan Anies-Sandi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah tidak bisa berbuat banyak terhadap para PKL di trotoar Jalan Jenderal Sudirman. Para pedagang yang menggelar lapak di sana adalah PKL yang digusur dari Pasar Bendungan Hilir karena ada revitalisasi, seperti dilansir Tempo.
Rupanya bukan hanya Sandi, Kepala Suku Dinas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jakarta Pusat Bangun Richard juga turut kewalahan. Menurut beliau PKL di atas trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir (Benhil), tergolong liar. Bangun ikutan lepas tangan seperti pimpinannya.
“Kami memang tidak monitor karena liar itu. Kami mengurus yang binaan yang ada di loksem (lokasi sementara) dan lokbin (lokasi binaan),” katanya, Rabu, 31 Januari 2018.
Nah, kalau begini namanya tidak adil dong. Rahmad, seorang pedagang makanan meminta keberpihakan dan keadilan untuk berdagang seperti yang dilihatnya di Tanah Abang. Mateng jiwa.
Rahmad menyatakan tak khawatir berada di atas trotoar itu. Dia malah berharap keberadaannya mendapat perhatian yang sama dari pemerintah DKI Jakarta, seperti yang didapat PKL di kawasan Tanah Abang.
“Kalau ditata, kami mau, kok. Jangan pilih kasih, Tanah Abang dikasih satu jalan. Kami enggak,” ucapnya. Tuh, kan? Sekali dikasih di Tanah Abang maka para PKL akan meminta diberikan hak dan kesempatan yang sama.
Puyeng wakil gubernurnya apalagi kepala UMKM yang sama-sama angkat tangan. Akibat ulah sendiri membuat kebijakan tanpa kajian yang matang dan berdasarkan peraturan yang ada malah menuai masalah serius.
Jika Sandi tidak mengijinkan para PKL ini maka mereka akan protes karena 400 PKL Tanah Abang saja difasilitasi. Dikasih tenda gratis, tempat lapaknya dengan jalan yang ditutup.
Kebijakan yang kontroversial akan menularkan kebijakan yang sama. Kebijakan yang kontroversi akan makin memperumit dan menyusahkan para pemimpinnya sendiri yang mengeluarkan kebijakan.
Nanti kalau sudah diijinkan misalnya di trotoar Sudirman maka para PKL dari luar Jakarta misalnya dari Bogor, Indramayu, Cirebon dan kota-kota sekitarnya akna membanjiri Jakarta dengan gerobaknya masing-masing.
Ujung-ujung akan melemparkan kembali tuduhan bahwa ada yang memobilisasi. Capek kan? Situ yang mengeluarkan kebijakan lalu menuding ada pihak yang berusaha merusak stabilitas Jakarta.
Pemimpin bodoh tipenya seperti ini. Membuat kebijakan bodoh lalu ketika semakin ngawur dan semrawut akhirnya mencari pihak lain untuk dikambinghitamkan.
Percuma Pemprov memperjelas bahwa kebijakan Tanah Abang bersifat sementara. Bagi para pedagang melihat PKL Tanah Abang mengokupasi jalan dan trotoar secara leluasa dan sudah berbulan-bulan itu bukan lagi sementara.
Sandi sendiri makin bengong karena melihat aksi PKL yang main petak umpet. "Sekarang on and off (ada dan tidak ada). Saya lari setiap pagi melihat betul, tetapi begitu saya lewat dikosongkan," katanya Rabu malam, 31 Januari 2018.
Sistem kucing-kucingan dengan petugas membuat Sandi puyeng, petugasnya lebih puyeng lagi. Ketika tidak ada petugas, Kata Sandiaga, mereka akan membuka lapak lagi. Nah, jurus kucing lebih kuat ternyata dibanding jurus bangau.
Sandi hanya bisa menghimbau bahwa perilaku seperti ini, menurut dia, harus diubah. Sandi akhirnya menyatakan tak mampu. "Kami tidak mampu. Sebanyak apa pun petugas yang mengawasi, kalau tidak ada perubahan perilaku dari pedagang. Tidak mampu," tuturnya seperti dilansir Tempo.
Pada akhirnya wajah Jakarta makin semrawut dengan kehadiran PKL yang menjajah trotoar di kawasan Sudirman ini. Ada berita bahwa petugas berhasil menghalau para PKL tapi tindakan ini kejam.
Tak sesuai dengan tema keberpihakan yang diusung Anies. Bertolakbelakang dengan pengembangan ekonomi yang digalang Sandi. Tapi keduanya tak menginginkan trotoar Sudirman diserbu PKL. Pilih kasih ternyata dan keberpihakan memang hanya ekslusif di Tanah Abang yang sudah sesak dan semrawut penuh tendah merah PKL.
Pemimpin Jakarta makin kedodoran karena kebijakan di Tanah Abang memiliki efek domino. Tak ayal ini makin membuat Wagub Sandi puyeng dan lempar handuk. Baru kebijakan yang berjalan sebentar udah nyerah.
PKL di Sudirman jelas terinspirasi dari PKL Tanah Abang dan mereka menuntut hak yang sama agar diberi keleluasaan seperti PKL Tanah Abang yang lagi sukses dan naik daun karena dimanjakan Anies-Sandi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, pemerintah tidak bisa berbuat banyak terhadap para PKL di trotoar Jalan Jenderal Sudirman. Para pedagang yang menggelar lapak di sana adalah PKL yang digusur dari Pasar Bendungan Hilir karena ada revitalisasi, seperti dilansir Tempo.
Rupanya bukan hanya Sandi, Kepala Suku Dinas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jakarta Pusat Bangun Richard juga turut kewalahan. Menurut beliau PKL di atas trotoar Jalan Sudirman, dekat Halte Bendungan Hilir (Benhil), tergolong liar. Bangun ikutan lepas tangan seperti pimpinannya.
“Kami memang tidak monitor karena liar itu. Kami mengurus yang binaan yang ada di loksem (lokasi sementara) dan lokbin (lokasi binaan),” katanya, Rabu, 31 Januari 2018.
Nah, kalau begini namanya tidak adil dong. Rahmad, seorang pedagang makanan meminta keberpihakan dan keadilan untuk berdagang seperti yang dilihatnya di Tanah Abang. Mateng jiwa.
Rahmad menyatakan tak khawatir berada di atas trotoar itu. Dia malah berharap keberadaannya mendapat perhatian yang sama dari pemerintah DKI Jakarta, seperti yang didapat PKL di kawasan Tanah Abang.
“Kalau ditata, kami mau, kok. Jangan pilih kasih, Tanah Abang dikasih satu jalan. Kami enggak,” ucapnya. Tuh, kan? Sekali dikasih di Tanah Abang maka para PKL akan meminta diberikan hak dan kesempatan yang sama.
Puyeng wakil gubernurnya apalagi kepala UMKM yang sama-sama angkat tangan. Akibat ulah sendiri membuat kebijakan tanpa kajian yang matang dan berdasarkan peraturan yang ada malah menuai masalah serius.
Jika Sandi tidak mengijinkan para PKL ini maka mereka akan protes karena 400 PKL Tanah Abang saja difasilitasi. Dikasih tenda gratis, tempat lapaknya dengan jalan yang ditutup.
Kebijakan yang kontroversial akan menularkan kebijakan yang sama. Kebijakan yang kontroversi akan makin memperumit dan menyusahkan para pemimpinnya sendiri yang mengeluarkan kebijakan.
Nanti kalau sudah diijinkan misalnya di trotoar Sudirman maka para PKL dari luar Jakarta misalnya dari Bogor, Indramayu, Cirebon dan kota-kota sekitarnya akna membanjiri Jakarta dengan gerobaknya masing-masing.
Ujung-ujung akan melemparkan kembali tuduhan bahwa ada yang memobilisasi. Capek kan? Situ yang mengeluarkan kebijakan lalu menuding ada pihak yang berusaha merusak stabilitas Jakarta.
Pemimpin bodoh tipenya seperti ini. Membuat kebijakan bodoh lalu ketika semakin ngawur dan semrawut akhirnya mencari pihak lain untuk dikambinghitamkan.
Percuma Pemprov memperjelas bahwa kebijakan Tanah Abang bersifat sementara. Bagi para pedagang melihat PKL Tanah Abang mengokupasi jalan dan trotoar secara leluasa dan sudah berbulan-bulan itu bukan lagi sementara.
Sandi sendiri makin bengong karena melihat aksi PKL yang main petak umpet. "Sekarang on and off (ada dan tidak ada). Saya lari setiap pagi melihat betul, tetapi begitu saya lewat dikosongkan," katanya Rabu malam, 31 Januari 2018.
Sistem kucing-kucingan dengan petugas membuat Sandi puyeng, petugasnya lebih puyeng lagi. Ketika tidak ada petugas, Kata Sandiaga, mereka akan membuka lapak lagi. Nah, jurus kucing lebih kuat ternyata dibanding jurus bangau.
Sandi hanya bisa menghimbau bahwa perilaku seperti ini, menurut dia, harus diubah. Sandi akhirnya menyatakan tak mampu. "Kami tidak mampu. Sebanyak apa pun petugas yang mengawasi, kalau tidak ada perubahan perilaku dari pedagang. Tidak mampu," tuturnya seperti dilansir Tempo.
Pada akhirnya wajah Jakarta makin semrawut dengan kehadiran PKL yang menjajah trotoar di kawasan Sudirman ini. Ada berita bahwa petugas berhasil menghalau para PKL tapi tindakan ini kejam.
Tak sesuai dengan tema keberpihakan yang diusung Anies. Bertolakbelakang dengan pengembangan ekonomi yang digalang Sandi. Tapi keduanya tak menginginkan trotoar Sudirman diserbu PKL. Pilih kasih ternyata dan keberpihakan memang hanya ekslusif di Tanah Abang yang sudah sesak dan semrawut penuh tendah merah PKL.
Sumber : Di sini


tien212700 memberi reputasi
1
13.9K
Kutip
145
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan