- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pria Difabel Ini Sudah 22 Tahun Mengabdikan Diri Jadi Guru dengan Honor Apa Adanya


TS
donex.donkeng
Pria Difabel Ini Sudah 22 Tahun Mengabdikan Diri Jadi Guru dengan Honor Apa Adanya
Quote:

TRIBUNNEWS.COM, SUMENEP -Keterbatasan fisik tak menyebabkan Hasanuddin (42) membaktikan diri kepada masyarakat.
Pria difabel ini, selama 22 tahun telah mendidik banyak anak di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Hidayatus Sibyan di Jl Banuaju, Batang-batang Laok, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Saat ditemui Reporter Surya, Hasanuddin yang akrab dipanggil Hasa, mengatakan bahwa selain mengajar di lembaga pendidikan formal, dia juga membuka les privat gratis di rumahnya.
“Anaknya tidak banyak. Kalaupun banyak, saya jadwalkan lain hari, terlalu banyak biasanya anak-anak rame,” terang laki-laki dua anak tersebut pada Surya, Minggu (4/2/2018).
Hasa berkisah, dirinya sudah mulai mengajar sejak tahun 1995, selama itu honor yang diberikan tidak rutin setiap bulan.
Bahkan, di dua tahun awal mengajar, dia hanya menerima honor sebesar Rp 10.000 rupiah setiap bulan.
“Sekarang honor saya terima setiap 3 bulan sekali, jumlahnya tidak tetap mas, antara 300-400 ribu rupiah,” ungkap pria yang tinggal di Dusun Duko, Desa Batang-batang Laok, Sumenep.
Awal mengajar, Hasa merasa minder dengan keadaan fisiknya, selain itu juga karena dia hanya lulusan SMA, namun hal itu dia patahkan dengan kemauan kuat untuk berbagi.
“Kalau saya tidak ngajar, ilmu yang saya punya tidak akan bermanfaat buat orang lain mas, lagi pula saya hanya mengajar matematika dan bahasa daerah saja,” terang laki-laki menggunakan peci warna hitam tersebut.
Hasa menjadi salah satu guru senior dari 18 guru yang ada di MI Hidayatus Sibyan.
Bahkan, salah satu murid Hasa, Moh Hosnan (34), sekarang menjadi kepala sekolah di sekolah tempat Hasa mengajar.
Sekolah tempat Hasa mengajar terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya, hanya berjarak 25 meter.
Sekolah ini memiliki 114 siswa.
Selepas ngajar, Hasa mengisi waktu luang dengan membuat anyaman tikar dari daun lontar, juga gelang dan kalung dari manik-manik.
“Tikar, gelang, juga kalung saya kerjakan bersama istri, kalau terlalu sulit saya gak bantu, jadi ambil mudah-mudahnya saja,” ungkap Hasa sambil tersenyum.
Bahan gelang dan kalung yang Hasa kerjakan sudah disediakan oleh orang lain, ia hanya mendapat bayaran Rp 250 rupiah tiap gelang atau kalung.
“Lumayan buat uang jajan anak, walaupun pengerjaannya tidak sebanding dengan bayaran yang saya dapat,” tegas Hasa.
Sementara untuk tikar dari anyaman daun lontar, Hasa mengaku dirinya membeli daun lontar pada tetangga, selanjutnya dia hanya menganyam bersama istri.
“Saya kerjakan sama istri, paling cepat, satu tikar bisa kami kerjakan selama 4 jam, bayaranya lebih lumayan dibandingkan pernak-pernik gelang,” ungkap laki-laki menggunakan baju putih tersebut.
Hasa merasa bersyukur karena memiliki istri yang mau menerima dia apa adanya juga sabar.
“Alhamdulillah, istri saya tidak pernah marah dan selalu sabar dengan ujian hidup,” ungkapnya dengan nada pelan.
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2...nor-apa-adanya
0
6.7K
Kutip
80
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan