Jangan terjebak dalam sinetron di dunia nyata ((;゚Д゚)
TS
babygani86
Jangan terjebak dalam sinetron di dunia nyata ((;゚Д゚)
Ada yang menarik tentang upaya menghidupkan industri kreatif. Kita tahu bahwa berita itu fakta dan sinetron itu fiksi. Dalam kenyataannya, kadang berita menjadi fiksi dengan narasi sangat hiperbolik, pakai musik yang dramatik, kemudian liputannya tidak melakukan verifikasi dan konfirmasi, tidak seimbang, sangat sepihak, melanggar sejumlah kode etik jurnalistik, sehingga orang menganggap ini berita atau fiksi?
Quote:
Kode etik berasal dari dua kata, yakni kode yang berarti adalah sistem pengaturan-pengaturan, dan etik yang berarti adalah norma perilaku,suatu perbuatan dikategorikan etis apabila sesuai dengan aturan yang menuntun perilaku baik manusia.Sedangkan jurnalistik sendiri memiliki arti adalah sebuah profesi dalam kegiatan tulis menulis berita atau kewartawanan.Kode etik ialah norma yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai pedoman dalam tingkah laku.Kode etik jurnalistik merupakan himpunan etika para profesi kewartawanan dan ditetapkan oleh dewan pers.Dewan pers merupakan sebuah badan atau lembaga yang mengawasi dan mengontrol kegiatan jurnalistik atau segala sesuatu yang berkaitan dengan pers.Etika pers adalah etika semua orang yang terlibat dalam kegiatan pers,yang terdiri dari kewajiban pers,baik dan buruknya,pers yang benar dan pers yang mengatur tingkah laku pers.Sumber etika pers adalah keadaan moral pers mengenai pengetahuan baik dan buruk,benar dan salah,serta tepat dan tidak tepat bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Untuk wartawan Indonesia, kode etik jurnalistik pertama kali dikeluarkan dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi tunggal wartawan seluruh Indonesia pasa masa Orde Baru.
Spoiler for Kode etik:
Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan, bahkan dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi fisik sekalipun, Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi wartawan. Kode Etik setidak-tidaknya memiliki lima fungsi, yaitu melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di bidangnya; melindungi masyarakat dari malapraktik oleh praktisi yang kurang profesional; mendorong persaingan sehat antarpraktisi; mencegah kecurangan antar rekan profesi; mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.
Quote:
Di sisi lain, sinetron katanya fiksi, tapi sering memunculkan fakta, fakta bahwa sinetron Indonesia ternyata banyak jiplakan. Yang menarik, Korea itu tidak ada sinetron panjang, yang paling lama 52 episode, tapi kok bisa ketika di Indonesia dijiplaknya panjang? Sinetron kita itu seperti kita membawa KTP atau akte kelahiran ke tukang fotokopi, tinggal ditanya mau difotokopi berapa lembar? Itulah sinetron Indonesia saat ini dalam kacamata banyak orang. Tetapi fakta juga mengatakan bahwa tahun 2016 ada 134,8 Trilyun biaya belanja iklan di Indonesia, 65% ke televisi. Jadi sinetron tetap menjadi nomor 1 dalam peraihan iklan, sampai sampai di Wikipedia, sinetron Indonesia itu ditulis sebanyak 581 halaman dengan genre yang paling kuat religious, drama, komedi, aksi, musikal, dan fantasi.
Rasanya jarang banget melihat sinetron Indonesia yang concern untuk dunia kedokteran. Bukan berarti nggak pernah nyentuh genre ini sama sekali lho. Tapi biasanya seringkali genre ini hanya jadi 'bumbu pelengkap' dalam drama kayak krupuk dalam nasi gorengmu. Contoh yang pernah mengangkat genre ini adalah film "Surat Kecil Untuk Tuhan" meski sense of medicalnya hanya berupa penjelasan penyakit yang diderita oleh si tokoh, tapi itu menurutku sudah keren banget. Di Korea sana pun juga pasti susah nyari drama yang pure untuk kedokteran. Karena pasti ada genre campuran seperti romance, fantasy, comedy bahkan thriller. Tapi setidaknya drama yang memilih genre ini, mereka konsisten untuk menampilkan bidang medis. Contoh : Good Doctor, Doctor Stranger, Medical Top Team, D-Day, dll.
Memang sepertinya untuk pembuatan drama seperti ini akan menelan biaya banyak karena setting tempat, sewa peralatan dan biaya lain. Kayaknya keren juga kalau idenya sedikit 'dibelokkan', mungkin ke masalah medis kejiwaan (psikologi). Ngurusin psikologi kayaknya nggak terlalu makan banyak biaya. Contohnya seperti drama Korea It's Okay That's Is Love atau Kill Me Heal Me. Bayangin deh betapa kerennya kalau sinetron Indonesia coba untuk menggarap genre ini. Mungkin bisa fokus ke psikologi orang-orang yang tertekan karena suatu keadaan misalnya, ekonomi, bullying, stress karena pekerjaan.
Tetapi dari sinetron kita sudah belajar banyak hal, bahwa sepanjang panjangnya sinetron, selalu juga akan ada akhirnya. Sinetron terpanjang itu adalah tersanjung, yang banyak episodenya saat ini adalah tukang bubur naik haji. Nah setelah hampir 20 tahun berlalu, tokoh Indah dalam sinetron Tersanjung untuk season satu hingga tiga ini memang juga melekat di Lulu Tobing. Melalui akting apiknya dalam sinetron ini, Lulu mencuri perhatian banyak orang. Tak heran, jika Lulu menjadi salah satu aktris fenomenal di era tahun 90-an. Meski sempat menghilang dari dunia hiburan setelah ia menikah dengan putra dari keluarga Cendana, ia sempat menghiasi dunia hiburan dengan menjadi salah satu pemain di film Negeri 5 Menara. Saat ini ia kembali berhenti dari dunia hiburan dan kerap terlihat sedang menikmati liburan keliling dunia.
Ingat, sinetron itu tetap fiksi. Yang kita lihat di layar kaca sebagai dialog ternyata sering menjadi sebuah monolog, hanya ngomong dengan tembok, jadi jangan terjebak dalam sinetron di dunia nyata. Jangan jadi orang lain, jadilah diri sendiri. Jangan hobi monolog, hanya mau bicara tanpa mendengar dan berdialog. Jika kita tidak lagi bisa membedakan fiksi dan fakta, kita akan hidup dalam kepura puraan di atas titian panggung sandiwara. Sinetron selayaknya menjadi media yang jujur, menghibur, dan turut bertanggung jawab dalam membangun keluarga bahagia Indonesia