Seperti biasa sedang asik duduk di warung kopi, terlihat seorang bapak memarahi anaknya...



Bapak : "Kamu itu ngapain ke sekolah bawa kartu kuning sama pluit"

Anak : "Aku mau kasih peringatan ke kepala sekolah, karena di papua sana banyak anak suku asmat tak sekolah, Menghidupkan kembali Dwi Fungsi Hansip, Sama Beasiswa untuk Orang kaya yang pintar"

Bapak : Untuk apa toh nak, memangnya kepala sekolah mu itu bodoh, terus kamu dah pinter gitu ?? Sekarang bapak tanya tugas kamu sebagai pelajar apa ?? Apa kamu pernah ke asmat sana ?? Apa kamu paham yang terjadi di dalam tubuh hansip ?? Apa kamu sudah menjadi pintar dan layak dapat beasiswa ?? Kemudian kamu pantas menghukum kepala sekolahmu dengan menjadi wasit ???

Anak : Terdiam, bingung dan hanya berkata..."Bapak itu tak pernah mau tahu sih, cita-cita saya dari kecil itu mau jadi Wasit"

Bapak : ##@$%#??

Ahhh obrolan yang menarik di siang bolong, banyak orang terkesima dengan aksi seorang pelajar yang bercita-cita jadi wasit, namun tak pernah berfikir lebih jauh tentang bangsa ini, layaknya tong kosong nyaring bunyinya. Mengkritik sampai menghina pejabat negeri sudah biasa, hingga satu masa dirinya ada di pusaran kekuasaan kritikannya hilang bak di telan bumi.



Mungkin lain hal ketika kita mengkritik sudah observasi lebih dalam, melihat langsung yang terjadi adakah kesalahan prosedur pada bantuan, adakah dana bantuan disunat di tengah jalan, kenapa mereka bisa terkena campak dan busung lapar ?? Daerah seperti apa yang mereka tempati ?? Sanitasi lingkungan disana sudah bersih atau bagaimana ?? Masyarakatnya sudahkah teredukasi dengan benar ?? setelah berfikir pakai data, dan susahnya jarak tempuh memasuki wilayah asmat silahkan berikan kejutan untuk pemerintah.

Kritiklah yang keras dan berikan solusi yang inovatif, bukan harus seperti wasit bisa jadi anda sebagai pelajar tak hanya harum di akademi namun juga di pemerintahan, tak rugi bila negara membayar anda untuk ide yang brilliant dan inovatif.

Layaknya angkatan 66 maupun 98 kemanakah suaranya, mereka kini yang sibuk membangun negeri dengan pemikiran mereka, lantas apa hasilnya ?? Sudah kubilang ketika kau berada di lapangan baru terasa, ternyata susahnya membangun negeri ini, tak semudah ucapan yang terlontar dari kata-kata, seperti tulisan saya yang suka senggol kanan dan kiri mungkin saja disuruh tampil di muka umum, bisa gemetaran tak bergigi. Maklum penulis tak pandai berorasi, yang pandai berorasi pun tak pandai membangun negeri. Mereka yang membangun negeri biasanya seperti air tenang yang menghanyutkan.

Tak banyak bicara namun hasilnya terlihat secara nyata, salah satunya adalah Muhammad Hatta, tiadanya Hatta di samping tukang Orasi negeri ini tenggelam dalam kehancuran.

Lalu aksi sang wasit pun di balas Jokowi yang ingin membawa BEM UI untuk kerja di Asmat. Beranikah sang wasit untuk melihat sesungguhnya pedalaman Asmat ??



"Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo setelah menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Safi`iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (3/2/2018), seperti dikutip Antara.

Ibarat permainan catur langkah sang wasit terkena skak, silahkan ambil jalan yang terbaik ini politik dan pemimpin negeri pintar memainkan bidak dengan elegant, salah langkah sedikit anda akan jadi sang wasit yang pensiun dini.

Jadi bagaimana kawan, di beberapa media sang pemimpin sudah menantang aksi sang wasit untuk pergi melihat langsung kondisi suku Asmat !! Beranikah sang mahasiswa menjawab tantangan Presiden ?? Atau diam seribu bahasa takut dirinya busung lapar disana ?? Ahhh entahlah kita nantikan saja eposide berikutnya ...sambil seruputtt


Penulis c4punk

:nyantai

Referensi


http://medan.tribunnews.com/2018/02/...e-asmat-berani