Win bagaimana kabarmu?


Apa kamu bahagia dengan pilihanmu? Apa dia memang lebih baik dari aku? Sudah tepat empat bulan kamu memutuskan pergi dan aku terlalu sakit untuk menahanmu. Hampir lima tahun kita saling menggenggam. Kamu sudah menjadi bagian duniaku dan aku merasakal hal yang sama. Tawamu adalah bahagiaku. Sedihmu adalah perihku. kamu yang menguatkan aku selama ini, bahkan setelah kepergianmu kata-kata mu yang selalu berhasil buat aku kembali kuat. Aku tidak pernah lupa bagaimana kamu dulu berkata “kamu perempuan hebat ay, kamu mandiri, kamu calon orang sukses” segelintir kata itu yang berhasil buat aku berkuat terus melanjutkan mimpi yang selama ini hanya aku ceritakan padamu. Kini, tak ada kamu, tak ada lagi orang yang mendengar segala antusiasku untuk mewujudkan semua mimpiku. Karna aku belum temukan orang yang seperti mu, yang selalu bisa buat aku kuat yang punya tujuan yang sama.

Dulu aku sangat sadar kisah kita tidak seperti cerita cinta kebanyakan orang. Kamu sibuk mengejar mimpimu, pagi kamu gunakan untuk bekerja dan siang kamu gunakan untuk kuliah. Mengabariku melalui ponsel bisa terhitung jari. Aku berusaha bertahan dengan bagaimana kondisi kita saat itu. Bagaimana aku berusaha bersahabat dengan rindu saat kamu berteman dengan sibukmu. Mendapat telpon darimu saja sudah buat aku bahagia, setidaknya aku bisa menceritakan bagaimana keseharianku. Jarak kita tidak begitu jauh namun waktu yang kita punya sangat terbatas hingga kita kesulitan untuk bertemu. Setelah kamu pergi aku baru sadar bagaimana manjanya aku sering meminta kita bertemu padahal aku tahu bagaimana kamu lelah dengan rutinatasmu, maaf aku terlalu egois meminta waktumu hanya untuk mengobati rinduku.

Saat ulang tahunku yang ke 20, terimakasih kamu sudah memberi kenangan yang teramat buat aku susah lupa. Aku masih tidak percaya bagaimana kamu bisa sejahat itu. Tidak seperti ulang tahunku yang lalu, kali ini kamu biasa saja. Dan dua hari setelah itu kamu memutuskan pergi, mencoba melepas genggamanku dan mengakhiri kisah kita. Sejujurnya saat itu aku juga tidak mengerti bagaimana aku dengan mudah mengikuti kata-katamu. Menurutku melepasmu mungkin lebih baik. Dan benar saja, setelah kamu pergi aku baru menyadari jika kamu berbohong, jika ternyata ada perempuan lain yang buat kamu melepasku. Aku berusaha bertahan dengan kebenaran yang ada, meski perih. Aku berusaha tertawa, aku berusaha bahagia meski sulit. Aku coba untuk melupakanmu, biarpun aku susah lupa.

Mungkin memang ini jalannya. Karna setelah aku berusaha menikmati rasa sakit ini, aku berfikir dia lebih membutuhkanmu daripada aku dan diluar sana ada seseorang yang lebih membutuhkan aku daripada kamu. Kita terima saja takdir ini sesakit apapun itu. Dan untuk kamu cinta pertamaku, terimakasih telah datang dan kini pergi. Aku menghargai apapun yang telah kita lalui. Pergilah yang jauh hingga kamu temukan bahagia yang kamu cari selama ini. karna aku bukan lagi bahagiamu. Tidak usah kamu hiraukan bagaimana aku. Biarkan kisah kita lenyap ditiup waktu. Dan biarkan mimpi kita digerogoti debu. Aku masih menanti waktu dimana kita bertemu lalu tidak ada lagi luka dan air mata. Setidaknya kita pernah saling membahagiakan walau berujung saling menyakiti. Setidaknya kita pernah saling membangun mimpi walau kini kita tak lagi satu misi. Biarkan saja, hingga aku lupa .

your ex, dwia.