c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Negeri Sabah Kembali Di Klaim Filiphina, Hingga Malaysiapun Marah


Bicara tentang bangsa serumpun memang menarik, nah terutama bangsa serumpun beda negara namun satu wilayah alias satu pulau yaitu Borneo.



Kali ini kita bicara tentang negeri Sabah ya kawan nah Sabah itu sendiri adalah negara bagian kedua terbesar di Malaysia setelah Sarawak. Sabah juga berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, di selatan. Ibu kota negara bagian ini adalah Kota Kinabalu. Sabah sering disebut sebagai "Negeri di Bawah Bayu" (Land Below the Wind), sebuah frasa yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu untuk menggambarkan daratan di selatan sabuk topan.

Sabah juga dekat dengan negara Brunai dan Filipina, saat ini terjadi tarik menarik antara Filipina dan Malaysia.

Karena saat ini pemerintah Filipina lewat sebuah proposal yang diajukan komite pemerintahan negara tersebut, salah satunya Aquilino untuk mengamandement Kontitusi Filipina dengan memasukkan Sabah sebagai bagian negara Federal.

Proposal Aquilino untuk pemerintah federal yang baru mencakup 12 negara bagian, yakni Luzon Utara, LuzonTengah, Luzon Selatan, Bicol, Visayas Timur, Visayas Tengah, Visayas Barat, Minparom, Mindanao Utara, Mindanao Selatan, Bangsamoro, dan Metro Manila. Aquilino mengatakan pemerintah Filipina dapat menambahkan Sabah sebagai negara bagian ke-13 di kemudian hari.



Reaksi Malaysia pun marah karena Sabah sendiri bagian dari Malaysia, lewat Mentri Luar Negerinya Anifah Aman Anifah menjelaskan Sabah telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional sebagai bagian dari Malaysia sejak terbentuknya Federasi pada tanggal 16 September 1963.

Lah kok jadi begini ?? Memang Sabah itu milik siapa ??

Biar tambah ilmu sedikit kita bertanya pada mbah google lewat om wikipedianya, semoga bisa diambil benang merahnya kejadian saat ini, ketika Sabah kembali di klaim punya Filipina.

Menurut cerita nenek moyangku yang seorang pelaut, alkisah sejak abad ke-6, Kalimantan Utara ramai dikunjungi orang dari berbagai tempat. Ia menjadi pusat transit karena posisinya berada di tengah jalur perdagangan Tiongkok-Nusantara. Sewaktu Kesultanan Brunei Darussalam berdiri pada abad ke-14, Sabah dan wilayah-wilayah lain di Kalimantan belum resmi bagian kerajaan. Baru pada era kekuasaan Raja Bolkiah (abad ke-15), yang melakukan ekspansi besar-besaran hingga ke Banjarmasin di selatan, Sabah resmi dimasukkan ke dalam Brunei Darussalam. “Pada abad ke-16 Brunei merupakan satu kerajaan besar yang meliputi Kalimantan Utara dan merentang hingga ke Filipina,” tulis John Stewart Bowman dalam Columbia Chronologies of Asian History and Culture.



Di kawasannya, dominasi Brunei mendapat tantangan dari Kesultanan Sulu di Mindanao. Namun setelah terjadi perpecahan dalam tubuh kerajaan pada pertengahan abad ke-17 dan Kesultanan Sulu turut membantu mengatasinya, menurut Graham Saunders dalam A History of Brunei, Brunei terpaksa memberikan Sabah kepada Kesultanan Sulu sebagai kompensasi.

Di bawah Kesultanan Sulu, yang lalu takluk oleh Spanyol, Sabah kembali berganti pemilik. Wilayah itu lalu dijadikan pos perdagangan Kongsi Dagang Inggris (EIC) setelah Alexander Dalrymple, perwira EIC, menandatangani perjanjian kontrak dengan sultan Sulu. British North Borneo Provisional Association Ltd. –lalu menjadi British North Borneo Company– mendirikan kantor di situ dengan ibukota di Kudat. Ketika Protokol Madrid ditandatangani oleh Inggris, Spanyol, dan Jerman pada 1885, yang mengakui Sulu sebagai wilayah kedaulatan Spanyol sebagai ganti atas klaim Spanyol terhadap Kalimantan Utara, Sabah tetap menjadi konsesi perusahaan Inggris itu.

Pasca-Perang Dunia II, wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kembali menjadi bagian dari pemilik-pemilik sebelumnya. Sabah dan wilayah lain seperti Brunei menjadi protektorat Inggris, salah satu pemenang perang. Konflik baru kembali muncul pada paruh pertama 1960 ketika tiga negara (Brunei Darussalam, Filipina, dan Federasi Malaya) mengklaim Sabah secara bersamaan. Berdasarkan sejarah, klaim Brunei, Sabah adalah wilayah kekuasaannya; Filipina bersikukuh Sabah bagian wilayahnya karena sebelumnya merupakan milik sah Kesultanan Sulu yang disewakan kepada perusahaan Inggris; dan Federasi Malaya mengklaim Sabah miliknya karena mulanya Sabah milik Inggris. Malaya ingin menyatukan Sabah, Sarawak, dan Brunei ke dalam Federasi Malaysia, yang disponsori Inggris.



Konflik Brunei-Filipina berhasil diselesaikan pada 1962. Sedangkan konflik Filipina-Malaya, meski alot, akhirnya bisa diselesaikan dengan –bantuan Indonesia, yang lebih condong ke Filipina lantaran Sukarno menganggap Malaysia sebagai proyek neokolonialisme– ditandatanganinya Manila Agreement pada 31 Juli 1963. Isinya antara lain, Sabah dan Serawak bisa bergabung ke dalam Malaysia asalkan sebelumnya diadakan referendum terlebih dulu, apakah rakyat di kedua wilayah setuju atau tidak bergabung dengan Malaysia.

Namun walau begitu saling klaimpun masih berlanjut, hingga Brunai pun jatuh ke tangan Inggris, karena memerangi pos-pos Inggris di wilayah Sabah.



Kemudian ketika tim pencari fakta PBB, yang dibantu wakil-wakil Indonesia dan Filipina, sedang bekerja sebagai kelanjutan dari keputusan Manila Agreement, PM Malaya Tunku Abdul Rahman Putera mengumumkan proklamasi Federasi Malaya pada 16 September 1963.

Sukarno berteriak “Tentu saja aku marah. Pemerintah Indonesia telah ditipu dan diperlakukan seperti patung,” ujar Sukarno dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Disinilah timbul kebencian pada tetangga serumpun itu yang sering bermain kotor untuk memperluas wilayahnya.

Jakarta dan Manila menganggap Tunku mengangkangi perjanjian yang telah mereka sepakati. Namun, nasib Sabah –dan Serawak– secara formal tetap masuk ke dalam Malaysia pada 1963, meski ada permintaan Sukarno kepada Sekjen PBB U Thant untuk menyelidiki ulang hasil referendum. “Ini adalah penggabungan wilayah yang dipaksakan,” tegas Sukarno.



Aksi ganyang Malaysia pun terdengar, hingga tragedi 1965 membuat Sukarno tak dapat membantu Filipina, tentang wilayah Sabah.

Bagaimana menurut kalian ?? Sebelum coment serupuutt dolo kawan...

emoticon-coffee

Referensi

http://m.metrotvnews.com/internasion...ina-atas-sabah

https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Sabah




Quote:


Nama Sabah belakangan ini mendunia. Dari dulu kawasan ini memang sudah terkenal dengan keindahan alam dan pariwisatanya. Bahkan, salah satu kotanya, Kinabalu yang juga ibu kota Sabah, dianggap sebagai kota nyaman di dunia.

Akan tetapi, dalam sebulan terakhir ini, berita soal Sabah bukan lagi terkait dengan kekayaan alam dan sektor turismenya, melainkan konflik berdarah antara pasukan Malaysia dan tentara Sulu.

Sampai tulisan ini dibuat, jumlah korban yang tewas sudah mencapai 61 orang, mayoritas adalah tentara Sulu yang dianggap pemerintah Malaysia sebagai penyusup yang ingin merongrong kedaulatan negara jiran tersebut.

Menurut otoritas Malaysia, negara bagian Malaysia yang terletak di kawasan paling timur itu adalah salah satu dari 13 negara bagian Malaysia. Bahkan, terbesar kedua setelah negara bagian Serawak. PM Malaysia Najib Rajak menegaskan, Sabah resmi bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963 usai kolonialisme Inggris berakhir di kawasan tersebut. Namun, klaim ini tidak diterima oleh keturunan Sultan Sulu yang bersikeras, wilayah tersebut hanya disewakan kepada Malaysia oleh Sultan Sulu saat kesultanan masih eksis (abad ke XV sampai dengan abad ke XIX).

Saat Kesultanan Sulu masih eksis, wilayah kekuasaanya mencakup Filipina dan Malaysia. Sementara Sabah adalah hadiah dari Sultan Brunei karena Sultan Sulu telah membantu Brunei menumpas para pemberontak di wilayah Kesultanan Brunei pada abad ke-16. Usai kesultanan hancur pada abad ke-19, Sabah menjadi wilayah kolonial Spanyol lalu diberikan kepada Inggris dan kemudian pada 1963 menjadi negara bagian Malaysia. Kendati kini kerajaan Sulu sudah tak ada, keturunannya masih ada.

Selama peralihan ini, kata otoritas Sulu, Sabah tetap wilayah sah Kesultanan Sulu. Hak milik ada di tangan keturunan Sultan Sulu. Malaysia hanya penyewa. Persewaan pun masih berlanjut sampai hari ini dimana pemerintah Malaysia membayar Rp 15 juta per tahun kepada keturunan Sultan Sulu yang tinggal di Manila. Namun, Malaysia tidak setuju dengan klaim itu.

Biaya sewa yang tetap dibayarkan, kata otoritas Malaysia, itu hanya penghormatan kepada keturunan Sultan Sulu. Sabah adalah teritori sah Malaysia usai bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963. Saat itu, Serawak dan Singapura ikut bergabung dalam federasi tersebut. Namun, belakangan Singapura memilih memisahkan diri menjadi negara berdaulat.
Diubah oleh c4punk1950... 03-02-2018 09:34
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
62.7K
315
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan