Hai gan and sist, Tau lagu DEWA19 sewaktu MASIH bervokaliskan ary lasso ? Tau Album 7 nya SLANK ? Tau ga dijaman dulu ada band yang namanya PROTONEMA dan PLASTIK BAND ? buat kalian yang bisa menjawab salah satu dari pertanyaan tersebut tentu sangat merasakan perubahan telak di industri musik tanah air yang semakin ga jelas ini. bahkan beberapa aliran musik yang dulu pernah ngetop sudah sangat jarang terdengar belakangan. Apakah yang menyebabkan seolah Produser musik ditanah air menjadi seperti enggan menelurkan artis artis baru dan musik yang berkualitas ? mari kita simak opini dari kaca mata ane yang subjectif ini :
1.
Spoiler for
Pembajakan:
Menurut ane ini hal yang semua orang tau dan tidak perlu dijelasin panjang lebar. Terlebih di era digital bentuk karya para musisi sudah berubah dari bentuk fisik (kaset/cd audio dll) menjadi bentuk digital / file ,sehingga pembajakan sangat mudah dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Sebuah ironi memang dimana sisi negatif kemajuan teknologi malah menghambat kemajuan industry.
2.
Spoiler for keran Royalti yang semakin menguncup:
Tidak seperti dizaman pita dan piringan (kaset/cd) yang membuat pihak produser/musisi mendapatkan mangkuk pemasukan yang lebih besar dibanding para pembajak. Dijaman digital ini produser harus mati matian bersaing dengan para pembajak dimana pembajak memiliki kans yang sama besar dengan produser dalam meraih keuntungan. Sempat muncul angin segar dikarenakan internet yang semakin murah kebiasaan mendownload masyarakat berangsur angsur berubah menjadi streaming minded. Maka dari itu bermunculanlah aplikasi aplikasi streaming seperti spotipai ,juk, dan sebagainya. Namun aplikasi tersebut tidak dapat banyak membantu. Nilai pembagian kue pendapatan antara developer dan pemegang royalty (produser/musisi) yang terhitung 30% - 70% ( 30% developer aplikasi – 70% pemegang royalty) masih dianggap kecil oleh sebagian musisi. Bahkan musisi sekelas beck pun menyatakan bahwa : Pendapatan dari aplikasi streaming bahkan tidak cukup untuk membiayai satu pembuatan album baru.
Bagaimana dengan youtube? Yup…. Mungkin jika ente musisi kelas international yang mempunyai fans milyaran di seluruh dunia seperti green day, blink 182 atau linkin park akan lumayan terbantu dengan view/subscribe. Akan tetapi klo ente masih masuk category musisi lokal yang belum dikenal, dikurangi dengan biaya pembuatan video klip, mixing, honor sdm profesional dll untuk ditampilkan di youtube ? jangan berharap dapat menutupi kekurangan, dapat like serta pujian di kolom comment saja sudah lumayan...mungkin bisa mendekati musisi international namun butuh sedikit waktu lebih lama dan itupun klo musik ente bener bener bisa diterima luas oleh pasar international.
Otomatis dengan masalah pemasukan diatas para musisi hanya bisa mengandalkan pemasukan dari Konser live , Royalti soundtrack filem ( klo ditawari ) dan ( klo ada itu juga )penawaran jingle iklan akan disabet untuk menyambung hidup. Bagi sebagian musisi senior seperti purwacaraka , dwiki darmawan dan gilang ramadhan mencoba peruntungan dengan membuka sekolah musik .
3.
Spoiler for Program musik tivi yang kehilangan arah:
Seperti yang kita tau program musik di televisi saat ini sudah sangat – sangat salah kaprah karena pertunjukan gimmick lebih banyak dibandingkan pementasan musiknya sendiri. Jangan berharap akan ada rangkaian video klip terbaru dari musisi kita, ente akan disuguhkan dengan gimmick lelucon garing yang menghabiskan sepertiga durasi program acara tersebut. Lalu musisi naik keatas panggung dengan lipsync di iringi alay melambay lambay pada background. Dengan kondisi pertelevisian tanah air yang semakin tidak ramah musik maka semakin terbatas pulalah wadah musisi untuk mempromosikan karya – karya mereka.
3.
Spoiler for Produser kehilangan nyali.:
Jangan berharap Dalam waktu dekat akan ada jenis musik baru yang menambah ragam serta warna dalam dunia musik. Dengan menguncupnya keran pemasukan dan pembajakan yang merajalela, produser/major label tidak mau ambil risiko. Produser adalah pebisnis bukan seniman, tentu saja mereka melakukan hitungan dari segi bisnis. Buat apa mengambil resiko meluncurkan musisi berkualitas yang idealis sementara pasarnya belum teruji. Untuk bertahan saja sudah hebat, banyak major label yang gulung tikar semenjak era kaset dan cd berakhir.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja ( ga tau klo acara musik garing ada ditampilin di luar negri ) . Seluruh dunia pun mengalami penurunan kualitas bermusik . tidak ada lagi band berkualitas seperti OASIS , GUNS & ROSES, apalagi ROLLING STONES….hanya ada Coldplay dan segelintir musisi bagus yang masih bertahan dari pemasukan konser musik nya. Kita berdoa saja semoga kedepan ada jalan keluar yang membuat industri music kembali bergairah seperti tahun 90an kebawah.