Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rudy.momAvatar border
TS
rudy.mom
#SFTHChallange : Tugas Tak Kenal Cinta...
#SFTHChallange : Tugas Tak Kenal Cinta...

Quote:


"Brik, kamu ambil-ambilin piring kotor itu, lalu kamu cuci, cepat ya." "Ya Pak." Nama ku Jabrik, bukan nama asli. Nama asli ku, Kurniawan Karman. Aku dipanggil Jabrik, karena rambut ku yang berdiri lurus. Aku bekerjasebagai pembantu umum di sebuah warung tegal. Entah, apakah ini layak disebut pekerjaan, atau tidak. Yang pasti, ini jauh lebih baik daripada aku hidup menggelandang tanpa tahu tujuan.

Membersihkan meja, mencuci piring, mengayuh becak untuk berbelanja adalah kegiatan rutin ku dari Subuh hingga malam. Setelah Warteg tutup, aku bisa istirahat sejenak di dalamnya. Di sini, aku melihat potret kehidupan. Mulai dari mahasiswa yang suka ngutang, pegawai kantoran yang selalu makan dengan ayam goreng, sampai dengan kuli bangunan yang makan selalu minta tambah nasi. Benar-benar berwarna dan multiplot.

Aku adalah tenaga serba bisa. Mulai belanja di pagi buta, sampai menutup warteg saat malam tiba. Seperti malam ini, ketika sang waktu sudah menunjuk angka 9, aku berniat untuk menutup warung majikan ku. Namun, ada 5 orang dengan 3 motor yang menahan ku untuk menutup warung. Orang-orang ini ingin makan. Kata Pak Bos, begitu aku memanggil majikan ku, menolak rejeki itu tidak baik. Maka, aku persilahkan mereka masuk, dan melayani dengan sisa menu yang ada.

Aku perhatikan dengan cermat mereka. Pakaian serba hitam, badan kokoh-kekar meski tidak besar, dan sorot mata tajam. Apakah mereka intel? Atau polisi yang menyemar? Aku hanya membatinnya. Sampai salah satu dari mereka menyapa ku. "Hey bocah, siapa nama mu?" Sepertinya, dia yang paling senior di antara yang lain nya. "Jabrik Pak." Jawab ku pendek. Gugup juga aku. Takut salah ngomong, dan digebuki.

"Kau kerja di sini? Atau kau pemilik warteg ini?" Waduh, kenapa dia bertanya seperti itu? Diam-diam, aku ambil pisau dapur dan mempersiapkan untuk kemungkinan terburuk. Meski ragu juga, memang bisa apa aku melawan 5 orang? "Kerja di sini Pak, beres-beres, belanja, kalo malam ya gini Pak, nutup warung dan tidur di dalam, sekalian jaga." Jawab ku jujur. "Bodoh kali kau! Badan kau otot semua, kenapa cuma kerja jadi pesuruh?" Kembali dia bertanya. "Maklum Pak, saya ijazah SD aja ga punya. Mau kerja dimana?" Jawab ku polos.

"Hahahahahahha. Tapi kau bisa baca tulis kan? Bisa naik motor kau?" Tanya nya lagi. "Bisa Pak, ngebut saya jagonya malah hehehehe." Sedikit sombong boleh lah ya. Dia senyum aneh melihat ku, lalu selesaikan makannya. "Kau mau kerja sama aku?" Tanyaya setelah segelas teh habis dia tenggak. "Tak salah kau ajak dia bos?" Tanya temannya yang berkepala plontos. "Diam kau. Urusan ku ini. Di sini siapa bos nya?" Si plontos cuma nyengir, lalu diam.

Aku memberanikan diri untuk bertanya. Siapa tau, ini jalan masa depan ku. "Pak, maaf, gimana dengan tawaran kerjanya?" Dia nampak tersenyum. "Kau tutup warung kau. Ikut aku. Kau bawa motor ku." Aku agak ragu. Dan dia menangkap keraguan ku itu. "Sudahlah, tak akan lari warung kau! Sebelum subuh kau sudah di sini. 500.000 bayaran kau." Wow. 500.000? Jumlah yang jelas menggiurkan untuk orang seperti ku. Tanpa pikir panjang, "Siap Pak. Aku tutup dulu ya." Kata ku sambil bergegas menutup warung. "Satu lagi, jangan kau panggil aku dengan 'Pak', panggil 'Bang' aja." Aku mengagguk, dan tertawa pelan.

Motor yang akan aku naiki adalah motor semi sport 150cc, mesin tegak. Ini motor, idola banget lah buat aku. "Kau ikuti saja dua motor depan itu." Kata si Abang, yang sampai saat aku bekerja dengan dia, aku belum tau namanya. "Gass, sekencang-kencangnya, lewati mereka, dan jangan sampai terkejar!" Perintah dari si Abang, aku ikuti. Aku turunkan gigi dari 3, ke 2. Aku bawa motor itu berakslerasi ekstrem. Melewati 2 motor di depan. Perpindahan gigi aku lakukan dengan alus, meski dalam posisi high rpm.

Si Abang menepuk pundak ku dan meminta untuk menurunkan kecepatan. "Boleh juga skill kau! Mantan pembalap kau?" Tanya beliau. "Hehehehehe, dulu pernah kerja di bengkel bang. Tapi dipecat gara-gara dituduh nyuri spare part. Padahal, sumpah demi apapun juga aku berani bang. Bukan aku yang ambil." Aku berkisah. "Ga penting itu. Mau kau bekas maling, ga ngaruh sama aku. Stop bentar. Aku heran, kenapa kita berhenti di tengah-tengah fly over. Empat rekannya yang datang kemudian, memaki ku karena terlalu kencang nai membawa motor. Untung ada si Abang yang menjelaskan, jika itu tadi memang perintah dia untuk menguji ku.

Kita berenam menunggu lumayan lama. Aku dikasih rokok 1 bungkus! Tentu saja aku mau dan dengan senang hati menerimanya. Biasanya beli ketengan, ini dapat 1 bungkus. Tiba-tiba dua teman ku naik motor dengan arus, dan aku diminra bersiap-siap. Si Abang nampak menerima telepon, lalu.. "Siap-siap!" Aku segera naik ke motor, hidupkan mesin, menunggu merintah selanjutnya. Aku melihat sebuah motor sport berfairing. "Kejar!" Tanpa basa-basi aku gas kencang. Hanya sampai gigi 4, motor itu terkejar!

Yang terjadi selanjutnya.. Crak!! Craaakkk!! Craaakkkkkkk!! Gubrakkkk...!! Sreeettt!!! Aku tidak tau apa yang terjadi, karena aku fokus berkendara. Aku melihat, setelah pemotor itu terjatuh. HP, dompet, tas, dan motor segera dinaiki si Abang! "Ikuti gw!" Perintahnya. Masya Allah!! Mereka ternyata.. Begal? Rampok? Aku galau, tapi aku tidak berdaya dan hanya bisa mengikuti si Abang yang ternyata menuju sebuah rumah yang terletak di pojokan perumahan.

Badan ku masih gemetar, ketika si Abang menyapa ku. "Kenapa kau? Udah jangan kau pikir yang aneh-aneh." Aku masih diam. "Biarkan dia tenang dulu, jangan kau ganggu dia!" Kata si Abang kepada anak buahnya. Sampai pada saatnya, aku pun bicara ke dia. "Bang, ini ga bener, ini kriminal bang!" Aku belum selesaikan kalimat ku, ketika si Abang sudah mencekik leher ku!

"Hey bocah! Kau mau jadi Ustadz di sini? Heh? Kalo ini kriminal, mau apa kau? Lapor Polisi?" Aku masih sulit bicara, sebelum si Abang melepaskan cekikannya. "Hah. Huh. Huh." Hanya itu yang keluar dari mulut ku. "Kau tau, hidup itu keras woii! Kau pernah dituduh mencuri, padahal kau jujur! Orang jujur akan mati di sini, bocah!" Aku masih diam, mencoba mengatur nafas. "Pilihannya cuma 2! Lu gabung sama gw, atau lu akan gw bunuh!" Aku takut bukan kepalang. "Bang ampun bang, ampun. Iya, aku ikut abang." Rengek ku. Seperti bocah.

"Hahahahahaha. Selamat datang di naga hitam. Siapa nama kau tadi?" "Jabrik bang." Jawab ku cepat. "Iya Jabrik. Nama ku, Zul, itu Sanip (nunjuk si botak) Abdul, Candra, Ihsan, dan Juki. Dan ini, 500.000 bayaran kau! Tak perlu lagi kau kembali ke warteg busuk itu! Hahahahaahaha." Kembali beliau tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh teman-temannya.

Malam ini, resmi sudah aku masuk menjadi anggota naga hitam. Sebuah organisasi yang sering aku dengar. Mereka adalah begal, rampok, dan maling lintas provinsi. Kutaraja, Tumapel, Banjar Kecopet dan pusatnya ada di Singasari. Mereka adalah buronan nomor 1 beberapa Polda. Aku sempar bertanya, kenapa Bang Zul tertarik merekrut aku. Ternyata alasannya sepele. Dia melihat badan ku yang tegap dan bagus cuma kurang gizi saja, hehe. Maklum aku sudah lama di jalanan.

Hari-hari selanjutnya kami mengobrak-abrik Kutaraja, ibukota negara ini. Kami bukan lagi buronan Polda, tapi sudah meningkat menjadi buronan Mabes Polri. Prestasi kami, dalam sebulan, kami melakukan 7 kali aksi pembegalan, dan 24 kali mencuri motor! Apa tidak sangar tuh!!

Namun, karena aksi kami pengamanan di Kutaraja pun diperketat. Bang Zul mengarahkan kami untuk menyeberang ke barat menuju Banjar Kecopet. Di sanalah beliau berasal. Kami melakukan pelarian secara terpisah. Aku sendiri bersama Bang Zul, menumpang truk ekspedisi untuk sampai ke Banjar Kecopet. Yang lain, aku kurang jelas. Sepertinya sama juga mencari moda transportasi paling aman untuk lari dari Kutaraja.

Sampai di Banjar Kecopet kami tidak lama berada di sana. Ihsan dan Juki ditembak mati oleh Resmob Polda Kutaraja. Hal itu memaksa kami untuk terus berlari menuju Singasari untuk meminta perlindungan kepada bos besar kami, Temon!! Yah, namanya memang Temon. Jangan kamu anggap ndeso nama itu, karena Temon adalah mbahnya begal, rampok dan penjahat kelas kakap lainnya. Menurut cerita Bang Zul, Temon punya banyak pengawal. Hingga Polisi susah mengendus keberadaannya.

Dalam pelarian, Bang Zul membawa adiknya yang masih gadis. Jujur, dia cantik dan aku terarik! "Hi Brik, sini kau?" Tanya Bang Zul ketika kami beristirahat di sebuah warung makan di tepi hutan daerah Tumapel. "Ya Bang, ada apa?" Tanya ku sopan. "Kau suka sama Dedes?" Dedes adalah nama adiknya Bang Zul. "Maaf bang, kalo abang kurang berkenan, aku siap mundur." Hancur sudah harapan ku. Dia menatap ku tajam. "Brik! Kau tau dia harta paling berharga ku. Kau patahkan hatinya, ku patahkan leher kau."

Ahhaaii. "Makasih bang, aku akan jaga Dedes baik-baik." Kata ku senang. "Kita harus segera masuk ke Singasari Brik. Jangan sampai anjing-anjing itu akan mengendus kita." Katanya seraya menerawang. "Iya Bang. Aku ikut apa kata abang aja. Abang suruh aku maju, aku pasti maju." Nampak dia tersenyum dan pegang dua pundak ku dengan tangannya. "Kita akan ke markas besarnya Bos Temon Brik! Di sana kita akan aman. Tidak ada satu orang pun yang tau, termasuk anjing-anjing itu."

"Abang juga ga tau?" Aku benar-benar konyol. "bodoh kau Brik! Aku tau lah. Markas bos Temon ada di sisi barat hutan gunung macan angin. Kalo dari Singasari, kau susuri saja sungai brantas, pasti akan ketemu. Kau orang pertama yang aku kasih tau Brik! Abdul dan Candra, tidak aku kasih tau soal ini. Karena aku percaya sama kau!" Aku mendengarkan detail lokasi yang Bang Zul beritahukan kepada ku.

Kami lanjutkan perjalanan kami. Aku? Tentu saja semakin dekat dengan Dedes. Seperti dua insan yang sedang dimabuk asmara, kita sudah tidak malu lagi untuk pamer kemesraan. "Des, abang mu sudah tau kalo kita punya hubungan istimewa." Kata ku ketika kami beristirahat di tengah perjalanan. "Terus reaksi abang ku gimana mas?" "Dia merestuinya, jadi?" "Jadi apa sih mas?" Tanyanya sambil pamer pipi merahnya. Alamakjang!! Cantik kali.

"Kita nikah ya?" Dedes hanya tersenyum malu-malu. "Di luar sana ga akan ada yang mau menerima laki-laki seperti ku Des." "Tapi aku mau menerima mu mas." Tukas Dedes."Serius?" Dia tidak menjawab dan malah memeluk ku. "Bawa aku ke Singasari dulu mas." Bisiknya. "Pasti itu Des, nyawa pun akan aku berikan asal kamu selamat." Masih saling berpelukan "Kamu jangan mati mas, kalau kamu mati, aku sama siapa?"

"Ehm.. Cukup mesra-mesranya, kita jalan lagi." Pelan kata Bang Zul, tapi cukup membuat kami kaget dan melepaskan pelukan. Dua hari 1 malam, kamui akhirnya sampai di gerbang masuk istananya Temon. Aku cek sinyal HP, ada! Tuhan bersama orang-orang baik! Aku kirimkan sebuah pesan, dan lokasi, terkirim!

Saat paling mendebarkan itu akhirnya tiba! Aku bertemu dengan buronan rampok paling dicari di negeri ini. Orang itu gemuk, besar, dan lamban gerakannya, itulah Temon. Bang Zul nampak sangat akrab dengan Temon. Dia kenalkan kami semua kepada Temon. Kami dijamu besar-besaran. Mereka tidak sadar, maut ada di depan mereka.

"Polisi!! Menyerah atau kami gulung kalian semua. "Anjing!! Siapa yang jadi penghianat di sini?" Maki Bang Zul. Aku ambil senjata seolah membentuk lingkaran untuk melindungi Bang Zul dan Temon! Padahal maksud ku adalah menghabisi mereka berdua! Sebuah bom asap mengacaukan keadaan. Semua berlari tanpa arah yang jelas.

Aku berlari, bukan untuk menghindari bom asap, tapi untuk memburu Temon! Aku berhasil, sebuah tikaman pisau aku daratkan di lehernya! Aku tidak peduli jika dia mati! "Brik apa yang kau lakukan?" Sungut Bang Zul. Aku buang pisau sebelum dia sadar, dan ambil pistol rakitan yang dia berikan untuk beraksi dulu. "Bajingan seperti kau pantas mati Zul." Taarr..Tarr..!! Dua butir peluru dari pistol rakitan yang dia berikan kepada ku, menjadi alasan dia menemui Sang Kuasa!! Selanjutnya, aku eksekusi Candra dan Abdul yang masih kebingungan.

Yah, aku adalah anggota Resmob! Istri dan anak ku yang masih dalam kandungan mati karena ulah begal! Ketika Kanit membentuk tim pemberantasan begal, aku menerima dan ingin masuk sebagai tim yang bergerak dengan metode undercover. Satu tim lagi bergerak dengan metode konvensional. Dalam pelarian, aku selalu berkomunikasi dengan Kanit lewat sandi. Aku tidak sadar, jika Dedes berlindung. Tahu abangnya aku eksekusi, sepertinya dia marah besar.

Aku memang mencintai Dedes! Aku tidak memungkirinya. Tapi bagaimanapun, dia adalah bagian dari kelompok ini. Dia beberapa kali terlibat aksi. Ketika aku bertanya kenapa dia mau hidup seperti ini, jawaban dia, "TAKDIR." Berarti jika dia mati di tangan ku, juga takdir kan? Aku Aparat. Negara menugaskan ku untuk memberantas kejahatan, termasuk yang dilakukan oleh orang yang aku cintai!! Tugas tidak kenal cinta!!

Aku tidak memperhitungkan posisi nya, dan itu menjadi awal petaka bagi ku. Sebuah benda dingin aku rasakan menembus punggung belakang ku. Aku menoleh dan melihatnya dengan wajah penuh amarah, tanpa basa-basi. "I love you Dedes." Tarrr.. Sebuah peluru bersarang di kepalanya. Aku merasa pandangan ku makin kabur. Kalimat terakhir yang aku dengar. "Kesehatan! Merapat woiii, bawa dia!" Itu adalah suara, Kompol Haudi, Kanit Resmob. Setelah itu gelap, dan aku tidak tau aku ada dimana.


---SELESAI---
anasabila
sormin180
sormin180 dan anasabila memberi reputasi
4
9.9K
32
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan