zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Kuliah Kedokteran Bersubsidi di Tiongkok
Setelah sukses di hari pertama roadshow program beasiswa Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITCC). Kemarin, tim langsung melakukan maraton roadshow ke tiga sekolah di Bumi Paguntaka.

SMA Frater Don Bosco Tarakan yang terletak di Jalan Patimura, menjadi sekolah pertama yang dikunjungi Jumat (26/1). Antusias para pelajar SMA Frater Don Bosco Tarakan sangat terlihat saat tim akan menjelaskan perkuliahan di Tiongkok. Hal itu juga dikarenakan, salah seorang alumni mereka bernama Viviana kini berkuliah di Negeri Tirai Bambu melalui program ITCC yang dibentuk oleh Dahlan Iskan. Viviana diketahui sedang menempuh pendidikan kedokteran di Tiongkok.

Koordinator ITCC-Jawa Pos, Andre So menjelaskan bahwa saat ini, untuk mengenyam pendidikan hingga ke luar negeri adalah impian banyak pelajar Indonesia. Khususnya putra-putri yang berada di perbatasan Kaltara. Namun, biaya pendidikan yang tinggi kerap menjadi kendala untuk mewujudkannya.

“Seperti peribahasa ‘banyak jalan menuju Roma’. Jadi, kalian siswa-siswi SMA Frater Don Bosco Tarakan, harus bisa sukses seperti kakak-kakak kalian yang terlebih dahulu sudah pergi kuliah ke Tiongkok. Kami tidak perlu orang pintar, yang kami butuhkan orang yang punya niat, berusaha dan bersungguh-sungguh,” ungkap Andre saat roadshow berlangsung.

Lanjutnya, Yayasan ITCC-Jawa Pos memfasilitasi 160 tamatan SMA untuk mendapatkan beasiswa kedokteran di dua universitas di Tiongkok, yakni Changsha Medical University dan Hubei Polytechnic University. Selain itu, ada 20 universitas untuk calon mahasiswa yang minat dengan bidang ilmu lainnya.

“Khusus jurusan ke dokteran sudah bersubsidi. Jadi sangat murah,” bebernya.

Dengan adanya subsidi itu, menurut Andre, biaya yang dikeluarkan untuk belajar ke luar negeri hingga selesai pun relatif murah sekitar Rp 225 juta. Cost tersebut sudah termasuk biaya kuliah, biaya penginapan, dari awal sampai kuliah selesai enam tahun.

“Di luar belum tentu semurah ini. Belum lagi kamu menghadapi masalah-masalah yang ada. Bayangkan betapa mudahnya, dengan dibukakan jalan,” tutur Andre.

Andre memberikan perbandingan. Untuk masuk fakultas kedokteran swasta di Indonesia, biaya masuknya saja sudah sekitar Rp 200 juta. Itu tidak termasuk uang semester, uang praktik, penginapan, dan lain-lain.

Nah, di dua universitas terbaik Tiongkok, yang punya program bantuan biaya belajar tersebut, dengan Rp 200 juta sudah mendapat dua gelar sarja sekaligus. Di belakang nama masing-masing lulusan sudah bergelar Bachelor of Medicine atau sarjana dokter umum dan Bachelor of Surgery atau sarjana dokter bedah. Gelar itu diakui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Rincian biaya kuliah enam tahun seperti ini, pada tahun pertama uang kuliah dibayar sebesar Rp 70 juta. Kemudian tahun kedua Rp 30 juta, tahun ketiga, keempat, kelima, dan keenam sama Rp 30 juta. Sudah selesai dokter,” jelasnya.

Selain dua gelar kesarjanaan yang diakui WHO, ia menyatakan, penguasaan dua bahasa asing seperti Mandarin dan Inggris, merupakan keuntungan lain yang didapat anak-anak Indonesia yang ikut program beasiswa ini. Tentu, kemampuan itu berguna untuk bersaing di level global.

“Kita punya pilihan belajar di luar negeri untuk bersaing dengan dokter-dokter yang akan masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Dengan ijazah yang diakui oleh organisasi kesehatan dunia ditambah mampu meguasai tiga bahasa, termasuk Indonesia sehinga sudah jelas siap bekerja di negara mana saja,” paparnya.

Salah seorang pelajar SMA Frater Don Bosco Tarakan Maria (17) pun mengangkat tangan dan melempar pertanyaan. Karena, yang menjadi momok menakutan baginya adalah tidak fasih berbahasa Inggris apalagi Mandarin.

“Pak, lalu bagaimana dengan kami yang tidak lancar bahasa Inggris, apalagi bahasa Mandarin?. Apakah bisa lulus dan bisa kuliah ke Tiongkok, karena itu sangat sulit?,” tanya Maria.

“Jangan khawatir,” jawab Andre.

Sebelum berangkat ke Tiongkok, para calon mahasiswa akan dikirim ke Surabaya untuk menjalani pelatihan bahasa Inggris dan Mandarin selama 3-6 bulan di Gedung Graha Pena lantai 14, Jalan Ahmad Yani.

“Jadi, kalian-kalian yang sudah daftar ini akan dikumpulkan semuanya dulu di sana. Ya,minimal dasar-dasarnya sudah kalian kuasai,” tambahnya.

Kurang lebih satu jam, materi pun berakhir. Terlihat pula anak-anak antusias mengambil satu persatu brosur yang berisikan list semua jurusan, tak hanya kedokteran.

Sementara itu, Ketua Yayasan Don Bosco Tarakan, Fr. Aloysius Ungkang,Sos,CMM mengucapkan rasa terimakasihnya kepada tim ITCC yang sudah datang jauh-jauh dari Surabaya, sekadar untuk memperkenalkan dan mengajak para peserta didiknya ini untuk bisa kuliah ke luar negeri.

“Buktinya sudah ada. Siswi alumni kami Viviana dan anak-anak lainnya yang saya juga lupa namanya sudah menjadi bukti bahwa dengan niat anak Tarakan juga bisa berkuliah sampai ke Tiongkok. Berkat beasiswa ini dan kami berharap kuota ini bisa bertambah setiap tahunnya,” katanya.

Tak hanya itu, dengan hadirnya tim ITCC juga mampu membuka wawasan pikiran anak-anak yang hendak melanjutkan ke perkuliahan nanti. “Bakat yang terpendam pada anak-anak ini kan kita tidak tahu. Dan setelah ada masukan seperti ini, mereka dapat menemukan jalan pikiran mereka khususnya dalam memilih perkuliahan nanti,” jelasnya.

Usai dari SMA Frater Don Bosco Tarakan, tim pun langsung bergegas bergeser melanjutkan perjalanan menuju ke Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tarakan. Sekolah berbasis Islami ini, menjadi sekolah ke empat yang dikunjungi tim ITCC.

Dalam penyampaian materinya kali ini. Andre So, tak lupa menyampaikan bahwa khusus bagi pelajar muslim tak perlu ragu untuk kuliah ke luar negeri. Kelayakan dan kualitas konsumsi makanan halal mudah ditemukan di Tiongkok. Tempat ibadah yang layak pun banyak. Karena, kata Andre, masyarakat setempat sangat menghargai perbedaan kultur dan agama.

“Di Tiongkok masyarakat beragama Islam sangat banyak, kenapa harus takut? Seribu tahun lalu Islam sudah ada di sana. Dan, coba adik-adik perhatikan foto-foto ini, orang-orang yang yang belajar ke sana ada tidak hanya yang bermata sipit? Parasnya orang Timur Tengah semua, dari Indonesia, Turki, India, dan Arab,” ucap pria dengan pengalamannya yang sudah 17 tahun tinggal di Tiongkok, sejak duduk di bangku SMA hingga S2.

Lalu, soal penginapan pun tak perlu khawatir. Asrama berada di dalam komplek kampus. “Tidak ada yang tinggal di luar seperti universitas di negara-negara lain. Universitas menjamin keamanan dan kenyamanan mahasiswa dari luar negeri. Bagaimana bisa kamu mau keluar dengan luasnya yang berhektar-hektar itu. Setiap sudutnya diawasi kamera CCTV. Ada pengamanan yang super ketat di sana,” ungkap Andre.

Yang menarik, kesempatan langka menuntut ilmu di luar negeri ini,tidak dibebani persyaratan khusus. “Kita tidak ada target berapa kuota masing-masing daerah, pokoknya siapa cepat dia dapat,” tegasnya.

Guru Bimbingan Konseling (BK) MAN Tarakan, Septi berharap anak-anak dari MAN Tarakan, dapat menjadi salah seorang perwakilan untuk bisa kuliah ke Tiongkok. Apapun itu jurusannya, yang penting lagi-lagi dengan niat Insya Allah,semuanya akan berjalan dengan baik.

“Kami juga selalu memberikan dukungan dan mencarikan informasi-informasi buat mereka. Karena, ketika lulus nanti mereka tidak bingung lagi untuk melanjutkan kuliah kemana. Dan dengan adanya program ITCC-Jawa Pos ini. Semoga bisa membawa anak-anak Indonesia khususnya di Tarakan sukses,” harapnya.

Selesai dari MAN, Tim pun langsung bergegas menuju ke sekolah keenam. Yakni SMAK Tunas Kasih Tarakan yang berada di Jl. Kh. Dewantara. (eru/nri)

http://kaltara.prokal.co/read/news/1...-tiongkok.html

kuliah gan
0
5K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan