Kaskus

Story

errykuAvatar border
TS
erryku
ENAM JAM DI JOGJA.....

(Sebuah kumpulan kejadian misteri selama enam jam di jogja yang aku alami, mungkin mirip bahkan kejadiannya pernah dialami oleh orang yang kebetulan tinggal atau menetap sementara di kota Jogjakarta…kota yang selalu mengundang rindu untuk terus berkunjung bagi siapapun yang pernah merasakan kesumpekan, kemacetan dan kerumitan di kota gudeg itu. Kedatanganku ke kota jogja bukan dalam rangka menikmati suasana kota, tapi untuk menengok ibuku yang sakit dan sedang di rawat di sebuah rumah sakit swasta di ujung utara jogja).


Belum ada sepuluh menit sudah…
Desahan rem kereta api surabaya- jogja memecah kesunyian malam itu, pelan kakiku melangkah menuruni peron tinggi di jalur 4. Kulirik jam tangan di tangan kiriku sudah menunjukkan angka 23.15, berarti 30 menit lebih kereta Surabaya- Jogja (namanya kusensor) sore terlambat. Belum sempat rasanya badan ini kulepas dari rasa penat, badanku sudah didorong dari beberapa penumpang yang buru-buru pengin keluar dan segera meninggalkan pelataran stasiun. Akupun ikut bergegas dan segera menuruni lorong bawah tanah di sisi selatan. Sampai ditengah, aku baru sadar kalau tas jinjingku masih tertinggal di kereta. Cepat aku berbalik, dan setengah berlari menyusuri lorong remang-remang itu. Dengan nafas yang tersenggal-senggal aku segera menemui salah satu satpam yang ada di ujung lorong, untuk minta ijin mengambil tas jinjing yang tadi ketinggalan. Setelah melihat bukti tiket dan juga kesesuaian nama di KTP, pak Jono (satpam) itu mengijinkanku naik kembali ke kereta yang kebetulan ada diujung belakang.

Pelan kuselusuri gerbong demi gerbong yang mulai gelap karena lampu-lampunya mulai dimatikan, satu-satunya lampu penerangan hanya berasal dari luar kereta. Sempat kulihat beberapa petugas cleaning service sedang asyik membersihkan sampah-sampah bekas minum dan makan penumpang. Kusapa mereka, dan dengan ramah mereka membalas, bahkan ingin mengantarkanku untuk mencari tas jinjingku yang ketinggalan. Aku menolaknya dengan halus, bukan apa-apa tapi kulihat mereka memang benar-benar sedang repot dengan tugas dan kewajibannya.

Kembali kutelusuri gerbong demi gerbong, tingal satu gerbong lagi akan sampai di kereta yang tadi kunaiki. Di gerbong eksekutif 4 aku mulai merasa ada hawa yang berbeda, lebih terasa dingin. Ah, mungkin eksekutif 4 acnya sangat dingin tadi sehingga terasa sampai saat itu, meskl hawa lembab akibat ac sudah dimatikan juga terasa. Diujung gerbong aku melihat ada seseorang yang masih duduk dibelakang. Seorang laki-laki. Wajahnya tidak begitu terlihat, karena memang gelap. Mungkin salah satu petugas KA yang telat bangun dan dikerjain teman-temanya, pikirku. Pelan langkah kakiku semakin dekat. Hawa aneh kembali terasa mengusik bulu kudukku. Ada bau anyir, yang kutipis dengan sugesti bahwa itu bau toilet kereta.

Setelah dekat, aku menjadi gemetaran karena samar-samar terlihat wajah laki-laki itu hancur. Kedua tangannya tidak ada, dan masih terlihat darah menetes dari lengannya…, terdengar suaranya merintih….”mas, tolong carikan kedua tangan saya…..” suara yang aneh, dan agak sengau setelah itu pelan-pelan kepalanya lepas dan menggelinding kearahku. Badanku terasa berat, kakiku bagai dilem diatas gerbong itu. Bau anyir menyeruak tajam menembus indera penciumanku, mematikan seluruh saraf tubuhku. Potongan kepala itu berhenti persis diujung kakiku. Wajahnya yang sudah hancur itu pelan-pelan berjatuhan, rontok mulai dari mata…, separuh wajah dan terakhir mulut beserta serpihan gigi-giginya.

Disaat kesadaranku yang berada dititik nadir, tiba-tiba bahuku ditepuk orang dari belakang. “kok bengong, ada apa..mas?” sapaan dari petugas cleaning service tadi mengembalikan kesadaranku utuh. Pelan sosok kepala dan ceceran bagian tubuh itu lenyap bagai terhempas angin, meninggalkan bau anyir yang tersisa diujung hidungku. (wrrrrttkk sttt…..di reply, pada titik ini harusnya aku menceritakannya dengan gaya yang lebih mencekam, syukur-syukur ditambahi ilustrasi atau apalah supaya kelihatan serem betul. Namun, aku yakin ilmu horror kalian jauh lebih canggih dalam merekam adegan ini secara visual, jadi aku kembalikan kepada kalian semua untuk berimajinasi yang lebih horror dalam menggambarkan proses mulai jasad itu melepas kepalanya sampai akhirnya menyentuh kakiku). Yang jelas kesadaranku yang tinggal 1 ons itu pulih, mendekati utuh setelah ada tepukan yang cukup keras dari mas-mas cleaning service yang mungkin heran melihatku bengong. “ah…tidak ada apa-apa kok mas, Cuma tadi saya melihat penampakan dari seseorang yang duduk di kursi itu “ kataku datar (meski sumpah takutnya luar biasa..namun supaya kelihatan tidak stereotype dengan cerita-cerita horror sejenis aku rubah dengan nada datar). Mas-mas cleaning service tadi tersenyum, “ah…mungkin itu roh dari korban bunuh diri tadi mas yang ikut numpang…maklum jenazahnya tadi sempat ditaruh dibordes itu sampai diturunkan di stasiun terdekat” katanya datar..pakai banget lagi (sumpeh kalau yang ini betul, kata-katanya seperti peristiwa yang biasa dan tidak ada horror-horornya gitu).

Mendengar penjelasan mas-mas cleaning service tadi aku jadi maklum, dan mulai berkurang rasa takutku (mungkin lebih tepat kaget yang tiba-tiba sehingga mekanisme otak menjadi sedikit kabur) apalagi sekarang kami jadi bertiga. Kami lalu menelusuri gerbong remang-remang itu, dengan urusannya masing-masing tentunya. Sesampainya di nomor 1 C yang terletak paling belakang, aku melihat tas jinjingku masih tercentel rapi,. Ada perasaan lega sekaligus kagum dengan amannya kereta api dizamannya pak jonan. Lega, karena ditas itulah aku menyimpan sedikit uang untuk membantu biaya perawatan ibuku dirumah sakit. Kagum, karena tas jinjing dan isinya utuh. Aku kemudian pamit ke mas-mas cleaning service itu dan turun melalui pintu samping. Ada sedikit rasa trauma kalau harus menelusuri gerbong-gerbong yang gelap itu lagi. Takut kalau dimintai lagi untuk mencarikan sisa tangannya lagi.

Hawa dingin… menyambutku, ketika kakiku mulai keluar dari pintu stasiun. Jalan pasar kembang yang aslinya lebih horror (kalau tidak percaya silakan menyeberang dan masuk dalam lorong-lorong panjang di kampung S itu…tentu agan-agan banyak menjumpai sambutan-sambutan yang lebih horror dari mak-mak yang berdadan ala K.Pop). tawaran beberapa sopir becak yang nyaris seragam “…mari diantar 10.000 saja keliling malioboro” tak kuhiraukan lagi. Pelan kususuri jalan yang mulai basah oleh rintik hujan…

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan