Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dishwalaAvatar border
TS
dishwala
2 Tahun Tanpa Impor Beras, Mampukah Tahun Ini Tahan Rekor?
https://m.kaskus.co.id/thread/5a688578d9d7705a738b456e/janggal-3-tahun-jokowi-berkuasa-impor-beras-2,9-juta-ton = TRIT HOAX

Kamis 11 Januari 2018, 16:03 WIB

JAKARTA - Indonesia selama dua tahun terakhir ini memang terbebas dari impor beras, meskipun pada 2017 sempat terjadi dua kali kenaikan harga beras. Namun, tahun ini pemerintah belum menetapkan apakah akan melakukan impor beras atau tidak.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman belum membeberkan apakah akan ada impor beras di 2018 ini. Pasalnya, saat ini harga beras jenis medium sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp9.450 per kilogram (kg).

"Kita itu enggak impor 2016, 2017 juga tidak. 2018 pemerintah akan memberikan hal terbaik untuk rakyat Indonesia," ujarnya di Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (11/1/2018).

Baca Juga: Harga Beras Naik 2 Kali, Turun 6 Kali Selama 2017

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya meminta untuk mengkaji opsi impor beras kelas medium untuk menstabilkan harga di pasar-pasar yang kini terus naik. Pasalnya, harga beras kelas medium merangkak naik Rp11.000 per kg.

Namun, Amran enggan menanggapi permintaan dari JK tersebut, lantaran saat ini dari sisi produksi stok beras saat ini sudah cukup. Apalagi, saat ini sudah memasuki masa panen puncak. "Oktober kita sudah mulai tanam. Umur padi itu tiga bulan, berarti sampai Desember. Di Januari ini sampai April nanti kita sudah panen puncak," tuturnya.

Baca Juga: Harga Beras Naik Walau Pasokan Cukup, Kok Bisa?

Berdasarkan data produksi dan konsumsi beras Kementerian Pertanian untuk Januari-April 2018, di Januari produksi beras mencapai 4,5 juta ton gabah kering giling (GKG) dengan ketersedian beras sebanyak 2,8 juta ton dan konsumsi beras 2,5 juta ton. Artinya ada surplus beras sebanyak 329,320 ton.

Pada Febuari 2018, produksi meningkat menjadi 8,6 juta ton GKG dengan ketersediaan beras sebanyak 5,4 juta dan konsumsi beras 2,5 juta ton. Dengan surplus beras 2,9 juta ton. Pada Maret produksi berat kembali meningkat 11,9 juta ton GKG , dengan ketersedian beras sebanyak 7,47 juta ton dan konsumsi 2,5 juta ton. Artinya surplus 4,971 ton.

https://economy.okezone.com/read/2018/01/11/320/1843534/2-tahun-tanpa-impor-beras-mampukah-tahun-ini-tahan-rekor

DUA TAHUN JOKOWI-JK: Selamat Tinggal Impor Beras
27/10/2016

Bisnis.com, JAKARTA - Komisi IV DPR --melalui dua wakil ketua-- meluncurkan sejumlah catatan penting untuk sektor pertanian saat Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) pada 20 Oktober tahun ini genap berusia dua tahun dari lima tahun masa pemerintahan mereka.

Herman Khaeron dari Partai Demokrat dan Daniel Johan dari Partai Kebangkitan Bangsa menggaris bawahi dua hal pokok dalam kinerja sektor pertanian yang dipimpin oleh Andi Amran Sulaeman. Pertama, di sektor tanaman pangan seperti beras dan jagung. "Saya ini paling keras kritik pertanian. Tapi kali ini...." Herman terdiam di seberang telepon.

"Ya....Kinerja budidaya tanaman pangan harus kita akui, sangat positif,"'katanya kemudian, atau,"On the track," ujar Daniel.

Herman merujuk kepada fakta, sepanjang tahun ini, misalnya, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan berasnya tanpa impor, yang merujuk pada tidak adanya surat izin impor beras. "Impor awal tahun ini, adalah realisasi 'kuota' impor tahun lalu yang mencapai 1,5 juta ton yang baru terealisasi sekitar 0,8 juta ton."

Hal itu menjawab pernyataan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita usai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10). “Ngapain lagi impor, barang banyak. Orang yang impor saja tidak ada yang mau, gimana? Sampai sekarang nggak ada permintaan impor. Beras oke, cabai aman, bawang bagus."
Pada 2015, mengacu pada angka tetap (atap) yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG). Kenaikan produksi karena naiknya luas panen seluas 0,51 juta hektare (3,71%) dan kenaikan produktivitas 1,45 kuintal/ha (2,82%). Di Pulau Jawa naik 1,83 juta ton dan di luar Jawa 2,88 juta ton.

Angka produksi padi itu bukan saja lebih tinggi dari target dalam Rencana Strategis 2015-2019 yang tertulis 73,40 juta ton GKG untuk 2015. Juga menjadi rekor produksi padi atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Data capaian produksi 2010-2014 jauh di bawah capaian itu sehingga kinerja itu pun mengundang apresiasi.

Pada 2010, produksi 66,47 juta ton GKG, pada 2011 sebesar 65,76 juta ton GKG, 2012 sebesar 69,06 juta ton GKG, 2013 sebesar 71.28 juta ton GKG, dan 2014 sebesar 70,25 juta ton GKG.

"Pemerintah saat ini sangat fokus dan melakukan program intensifikasi dengan baik. Tentu, juga karena anggaran pertanian tahun ini juga naik,” ujar Herman, yang juga diakui Daniel.

Tentu, apresiasi itu pun merujuk pada kinerja produksi beras 2016 yang hingga Angka Ramalan II 2016 --yang dirilis BPS-- tercatat 79 juta ton.

Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarto Tohir yang mengapresiasi Angka Tetap produksi pangan 2015.

Termasuk dalam mewujudkan komitmen menghindari impor bawang dan cabai untuk memasok kebutuhan di dalam negeri."Bahkan, impor jagung turun hingga 60%," ujar Herman.

Jika merujuk data impor jagung Januari-Mei 2016, yang sudah turun 47,5% dibandingkan dengan periode yang sama 2015 dan menghemat devisa sekitar Rp2,7 triliun, berapa total penghematan devisa dari angka 60%?

Capaian itu dipicu oleh kinerja subsektor jagung. Winarno --mengacu kepada data BPS-- mengatakan produksi jagung 2015 naik menjadi 19,61 juta ton. "ini mengindikasikan kemampuan memenuhi pasokan industri pakan ternak semakin bagus."

Begitu juga impor bawang dan cabai."Bukan hanya beras yang oke, cabai aman, bawang pun bagus," ujar Mendag.

Tak terkecuali dengan nilai tukar petani. NTP nasional September 2016 sebesar 102,02 atau naik 0,45% dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,73%, lebih besar dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,28%.

Di sisi lain indeks Ketahanan Pangan global atau Global Food Security Index (GFSI) 2016, posisi Indonesia meningkat dari peringkat ke 74 menjadi ke 71 dari 113 negara.

Namun, dan yang menjadi catatan kedua dari para wakil rakyat itu --Herman Khaeron dan Daniel Johan-- perlu menuntaskan sejumlah pekerjaan rumah. Yakni menjaga stabilitas harga dan pasokkan pangan.

Aspek transportasi harus mendapat perhatian. "Negeri ini Kepulauan. Kalau terjadi ombak tinggi di laut, kapal tidak bisa berlayar, pasok pangan ke daerah konsumen lain yang bukan sentra produksi, terancam dan harga bakal bergejolak," ujar Herman.

Karena itu, insentif ke sektor transportasi khususnya untuk pangan, perlu dipikirkan. Atau meminjam ide Daniel Johan, pemerintah sebaiknya membangun BUMDes saja. Dengan Badan usaha milik desa di setiap desa itu, bisa didorong untuk kemandirian pangan dan ekonomi di pedesaan. Badan usaha ini pun akan memudahkan Bulog dalam penyerapan beras.

Tentu, yang tidak kalah penting, selain terus melakukan intensifikasi, adalah peningkatan gerakan diversifikasi pangan. Ini untuk mengurangi ketergantungan a.l pada beras.

http://industri.bisnis.com/read/20161027/99/596557/dua-tahun-jokowi-jk-selamat-tinggal-impor-beras


Impor Beras Melonjak 130% Tahun 2015, Kementan: Itu Beras Menir dan Khusus Diabetes
Selasa 21 Jul 2015, 10:29 WIB

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data impor beras Juni 2015 yang melonjak 130% dari bulan sebelumnya. Hal ini mengundang reaksi Kementerian Pertanian (Kementan), Kementan menegaskan tak mengeluarkan rekomendasi impor beras konsumsi atau beras medium (umum).

Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementan Suwandi mengatakan bahwa beras yang diimpor pada Juni 2015 tersebut merupakan beras jenis khusus, bukan yang biasa dikonsumsi masyarakat atau beras medium. Kegiatan impor beras medium biasanya hanya dilakukan oleh Perum Bulog dengan penugasan pemerintah.

"Itu beras khusus seperti menir, beras untuk penderita diabetes, dan untuk keperluan industri," katanya kepada detikFinance, Senin (20/7/2015).

Ia menjelaskan untuk beras menir atau beras pecah (broken rice) bukan beras yang dikonsumsi masyarakat. "Beras yang umum dikonsumsi itu beras premium," tambahnya.

Sementara beras untuk penderita diabetes, Indonesia belum mampu diproduksi dalam negeri maka masih perlu impor.

Kementan hingga saat ini belum mengeluarkan rekomendasi untuk impor beras premium. Suwandi menjelaskan, izin impor untuk beras khusus dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian. Beras menir sumber impornya berasal dari Kamboja dan Vietnam.

Suwandi menjelaskan, impor beras oleh importir swasta hanya bisa dilakukan untuk jenis beras premium.

Terkait kenaikan jumlah impor beras sebanyak 49.000 ton, Suwandi menjelaskan angka tersebut tergolong kecil.

"Angka itu hanya setara dengan 2 hari kemampuan pengadaan Bulog yang setiap harinya mampu menyerap 25.000 ton beras. Tapi memang kita tidak bisa produksi sendiri," katanya.

Sebelumnya, BPS mencatat ada impor beras sebanyak 49.539 ton dengan nilai mencapai US$ 22,313 juta. Angka ini melonjak dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Misalnya volume impor beras bulan Mei 2015 sebesar 20.903.235 Kg atau 20.903 ton, nilainya US$ 9,623 juta atau ada kenaikan 130% secara volume.

Sedangkan impor beras pada Februari 2015 hanya 7.912 ton atau senilai US$ 3,1 juta. Pada Januari 2015, impor beras mencapai 16.600 ton atau US$ 8,3 juta.‎

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2972045/impor-beras-melonjak-130-kementan-itu-beras-menir-dan-khusus-diabetes

0
1.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan