- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Petualangan di Kota Hantu DreadOut (Horror)


TS
Robinjack2098
Petualangan di Kota Hantu DreadOut (Horror)
Salam kenal, gan. Ane mencoba untuk mengetengahkan sebuah cerita horror yang berdasarkan pada kisah di dalam game horror indie buatan anak bangsa yang sudah masuk Steam, yaitu DreadOut. Di mana cerita ini mengambil setting tempat di dalam game tersebut dengan beberapa penambahan area yang tidak ada di dalam game alias karangan ane sendiri. Termasuk hantu-hantunya.
Cukup berbasa-basinya. Silahkan dibaca ya, gan. Semoga terhibur..
Cekidot Gan
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas [Tamat]
Cukup berbasa-basinya. Silahkan dibaca ya, gan. Semoga terhibur..


Cekidot Gan
Spoiler for Bagian Satu:
Sore itu di suatu jalanan yang membelah hutan rimbun. Tampak sebuah mobil berjenis city car melaju melewati jalanan tersebut. Di dalamnya sang muda-mudi terdengar saling bercakap-cakap dengan nada sedikit saling ngotot.
"Yang, apa kita tidak salah jalan? Perasaan sebelumnya kita tidak melewati jalan ini, deh." tanya Mellani sambil melirik ke arah Andra yang sibuk menyetir.
"Tenang, sayang. Lewat jalan manapun, ujung-ujungnya kita pasti akan bertemu jalan yang benar" tukas Andra santai sambil terus menyetir.
"Ya udah, deh. Semoga aja kamu benar." tukas Mellani agak merajuk.
"Jangan ngambek gitu, sayang. Bisa ilang cantiknya kalau ngambek begitu. Hehehe." tukas Andra seraya tertawa.
Mellani tidak berkata-kata lagi. Ia hanya melihat-lihat kanan dan kiri jalan yang tampak dipenuhi pepohonan dan semak-semak yang hijau. Ia merasa seperti ada firasat buruk saat mobil yang ditumpanginya melewati jalanan kecil tersebut. Kondisi jalan beraspal tersebut sebagian besar telah rusak, sehingga mobil yang dikendarai Andra tersebut terombang-ambing.
Saat itu jam menunjukkan pukul 14.22, namun sinar matahari tampaknya tidak dapat menembus rimbunnya pepohonan di sekitar jalan kecil yang Andra dan Mellani lewati.
"Yank, kok diem aja, sih? Maaf, bukannya aku menganggap remeh, tapi aku hanya yakin jika jalan yang kita lewati ini pasti akan berujung jalan menuju pulang. Paling lambat nanti malam kita sampai di Jakarta." ujar Andra memecah keheningan.
"Yakin? Bagaimana kalau kita malah nyasar? Nyasar ke kampung orang mendingan. Bagaimana kalau nyasarnya di tengah hutan jauh dari mana-mana?" tukas Mellani tampak tegang.
"Jangan berpikiran seperti itu, yank. Yakinlah kalau kita akan tiba tepat waktu ke rumah." kata Andra berusaha meyakinkan kekasihnya tersebut.
"Bagaimana kalau aku tidak yakin, yank? Hei, berhentikan mobilnya! Awas tumpukan batu-batu besar di depan!" tukas Mellani tiba-tiba berteriak saat melihat di depan mobil yang mereka tumpangi terdapat banyak tumpukan batu-batu besar menghalangi jalan yang akan mereka lalui.
"Astaga, kita tidak bisa lewat, yank. Tidak ada celah sama sekali. Bagaimana ini?" kata Andra seraya menghentikan laju mobilnya.
"Tuh kan. Kalau aja tadi mau memutar balik di jalan sebelumnya yang lebih lebar. Nggak bakal begini jadinya!" kata Mellani tampak uring-uringan.
"Nggak bisa memutar balik di sini. Jalannya terlalu sempit. Di kiri jurang, di kanan tebing. Serba salah, harus bagaimana ini?" ucap Andra tampak terlihat frustrasi.
"Tau ah, pusing. Aku mau pipis dulu." tukas Mellani seraya keluar dari mobil dan berjalan menuju semak-semak di pinggir jalan.
Sedangkan Andra tampak berpikir keras bagaimana cara agar ia dapat memutar balik mobilnya. Melanjutkan perjalanan melewati jalan tersebut tidak mungkin karena jalan terhalang tumpukan batu-batu besar. Memutar balik pun sulit karena kondisi jalan yang sangat sempit. Tampaknya jalan satu-satunya adalah memundurkan mobilnya hingga tiba di area jalan yang cukup untuk memutar balik. Andra pun mencoba memundurkan mobilnya, namun sial penglihatannya berkurang ketika sinar matahari tampaknya terhalang rimbunnya pepohonan di sekitar jalan tersebut. Ia pun keluar dari mobil untuk memanggil Mellani yang ia rasa sudah cukup lama perginya.
"Yank, kamu di mana? Kok lama banget? Sudah apa belum pipisnya?" seru Andra sambil mencoba mendekati semak di mana sebelumnya Mellani diyakininya buang air kecil di situ. Namun aneh, Andra tidak menemukan kekasihnya tersebut di sana. Andra pun panik, sehingga ia berteriak-teriak memanggil Mellani.
"Yank, kamu di mana? Tolong jawab. Ayo yank, kita harus memundurkan mobil. Kita akan putar balik!" teriak Andra sambil terus mencari-cari kekasihnya tersebut hingga tanpa disadarinya ia jauh meninggalkan mobilnya.
Sedangkan Mellani tampak keluar dari balik semak-semak setelah selesai buang air kecil. Ia pun menuju mobil yang sekarang posisinya lebih mundur dari posisi sebelumnya. Mellani tampak kebingungan saat mengetahui kekasihnya, Andra sudah tidak berada di dalam mobil. Ia juga tidak melihat Andra di sekitar lokasi tersebut. Mellani juga sebelumnya tidak mendengar jika Andra berteriak memanggilnya. Entah apa yang terjadi sehingga Mellani tidak dapat mendengar Andra berteriak-teriak memanggilnya.
Dalam rimbunnya pepohonan yang memayungi jalan yang terblokade tersebut tampak siluet wajah mengerikan dengan rambutnya yang panjang berwarna putih muncul di antara batang pepohonan memperhatikan Mellani yang tampak sibuk memanggil-manggil Andra. Mellani tidak menyadari kehadiran sosok mengerikan tersebut.
Mellani terus memanggil-manggil Andra hingga suaranya menjadi serak.
"Yank, kamu di mana. Please jangan tinggalin aku. Tidak lucu tau. Jangan main petak umpet. Di sini bukan tempatnya. Di sini begitu menakutkan, yank!" teriak Mellani namun tidak ada jawaban.
Ia hanya mendengar gema suaranya yang terpantul di dinding tebing. Mellani kemudian mengambil tasnya yang berada di dalam mobil. Ia merasakan teduhnya di area tersebut semakin menjadi gelap karena petang telah menjelang. Mellani bingung harus berbuat apa. Ia hanya mondar-mandir di sekitar mobil. Ia mencoba menunggu di dalam mobil, namun perasaan bosan yang ia dapat.
Mellani pun beranjak meninggalkan mobil melewati celah di antara tumpukkan batu-batu besar tersebut. Ia terus berjalan menyusuri jalan aspal yang telah rusak tersebut. Hingga kemudian ia menemukan jalan buntu di mana jalan beraspal tersebut terputus. Mellani melihat kondisi badan jalan yang terkikis longsor sepanjang kira-kira sepuluh meter. Mellani tentu tidak dapat melewati jalan yang kondisinya telah hancur tersebut. Namun ia menemukan sebuah jalan setapak yang mengarah ke lembah. Jalan setapak tersebut tampak berundak-undak seperti tangga alami. Mellani pun menuruni jalan setapak yang berundak tersebut.
Petualangan Mellani pun dimulai. Dengan setelan pakaian dress berwarna hitam dengan beberapa bagian berwarna putih, rok pendek selutut bergelombang berwarna biru langit, dan sebuah tas wanita berwarna putih yang diselempangkan di bahunya, Mellani memulai petualangan mencari kekasihnya, Andra yang menghilang entah ke mana. Ia juga mengenakan alas kaki berupa sepasang sepatu kain berwarna hitam. Di lehernya tampak sebuah kalung perak yang melingkar dengan liontin berbentuk segi lima seperti Pentagon dengan bagian tengah menempel sebutir berlian tiruan berwarna merah. Rambutnya tergerai sebahu berhiaskan sebuah bando berwarna magenta di bagian depan.
Mellani tampak berhati-hati menuruni jalan setapak yang berundak tersebut. Jalan yang ia lewati memang agak licin. Ia sempat terpleset dua kali hingga rok yang dikenakannya menjadi kotor terkena lumpur.
Beberapa saat kemudian Mellani tiba di ujung jalan setapak yang berundak tersebut. Saat itu hari mulai gelap, dan Mellani pun harus menyalakan lampu senter smartphone-nya untuk tetap dapat melihat jalan. Namun untuk menyalakan lampu senter tersebut, Mellani harus menggunakan mode tampilan kamera di smartphone-nya.
Tak lama kemudian Mellani menemukan sebuah perkampungan yang terlihat begitu sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Semua rumah yang ada terlihat kumuh dan berantakan. Tidak ada cahaya apapun terlihat di sana. Rata-rata rumah yang dijumpai Mellani adalah rumah panggung dengan dinding bambu dan beratap asbes. Namun di sana juga terdapat beberapa rumah bertembok dengan atap genting dan berlantai tegel.
Mellani terlihat begitu galau saat menyadari hari telah menjadi gelap. Ia tampak ketakutan dan begitu panik. Ia pun terduduk di emperan sebuah rumah berdinding tembok sambil menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin kembali ke mobil tapi merasa takut sekali. Ia pun terduduk lesu sambil menangis tersedu-sedu karena bingung. Ia pun kini merasakan bagaimana rasanya tersesat di suatu tempat antah-berantah. Ia juga merasakan kalau area tersebut begitu menakutkan.
Secara perlahan Mellani menguatkan diri dan berusaha mengusir rasa takut yang menghantuinya.
Jika melihat tokoh di game dreadout, maka Mellani mirip-mirip dengan Shelly di mana keduanya tergolong gadis yang manja juga selalu merasa tidak nyaman ketika dihadapkan dengan keadaan suatu tempat yang sepi dan terlihat berantakan. Kini si gadis manja Mellani harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa selamanya menjadi sosok yang manja dan kekanak-kanakan. Ia harus menjadi lebih tegar saat ia berada dalam situasi genting seperti saat ini.
Saat Mellani selesai meratapnya, sayup-sayup ia mendengar seperti ada suara tangisan di kejauhan. Mellani yang sedang berusaha mengatasi kepanikannya menjadi semakin panik. Ia tampak celingukan sambil meringis menahan ketakutannya. Namun ia mencoba untuk mengusir rasa paniknya. Ia pun memberanikan dirinya menghampiri sumber suara yang ternyata berasal dari depan salah satu rumah panggung berdinding bilik bambu. Ia hanya mendengar suara tangisan tersebut namun belum melihat wujud orang yang sedang menangis tersebut.
Dengan keberanian yang pasang surut, Mellani mendekati teras rumah tersebut. Tiba-tiba sesosok perempuan berpenampilan mengerikan menampakkan diri ke hadapan Mellani sembari memuntahkan sesosok bayi laki-laki yang juga terlihat menyeramkan. Sontak Mellani menjerit histeris dan secara refleks ia berlari kencang menjauhi area di mana ia dikagetkan oleh sosok penampakan menyeramkan tersebut. Mellani pun lari pontang-panting hingga terjatuh karena tersandung akar pohon yang merintanginya. Sejenak Mellani terduduk lemas sambil memijit-mijit kaki kanannya yang terasa sakit akibat tersandung akar pohon tersebut.
Bila melihat ke misi game Dreadout Act 2, maka hantu yang mengejutkan Mellani tersebut adalah Matianak yang mana hantu tersebut tergolong hantu pasif atau bukan hantu ganas yang selalu menyerang pemain. Namun hantu jenis ini bisa menyerang jika pemain berjarak terlalu dekat dengan hantu tersebut. Hantu ini bisa melakukan serangan kejutan (Jumpscare) meski hanya sekali selama permainan.
Sambil meringis menahan sakit di pergelangan kaki kanannya, Mellani masih mendengar suara tangisan dari hantu yang telah menakutinya tersebut. Entah bagaimana caranya agar ia dapat melihat wujud hantu yang menangis tersebut. Bagaimana pun ia harus dapat melihatnya agar kemudian ia dapat mengantisipasi serangan dadakan dari hantu tersebut.
Mellani kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan agak pincang menuju sebuah bangunan besar yang di salah satu bagian dindingnya terdapat sebuah plank bertuliskan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Mellani kemudian mendekati pintu bangunan tersebut yang ternyata tertutup dan terkunci. Sejenak Mellani melihat-lihat sekeliling apakah di sana terdapat semacam bangunan sekolah. Namun ia tidak menemukan bangunan yang ia cari tersebut. Sejenak ia terpaku dan merasa heran bagaimana di situ ada Unit Kesehatan Sekolah sedangkan sekolahnya sendiri tidak ada.
Mellani selanjutnya mencoba mencari jalan masuk lain yang mengarah ke dalam bangunan UKS tersebut. Sambil mencari-cari jalan masuk bangunan UKS, Mellani melihat-lihat melalui jendela kaca, dan ia terkesiap dalam tempo cukup lama saat melihat sesosok gadis berpakaian seragam SMA tampak menggantung di langit-langit bangunan tersebut. Siapakah gerangan gadis yang telah tewas dalam kondisi menggantung tersebut? Tidak ada yang tahu apakah gadis tersebut meninggal karena gantung diri atau karena dibunuh.
Mellani terlihat syok dan ia pun terduduk di bawah jendela kaca sambil menangis. Ia merasa begitu takut dan tertekan setelah melihat mayat gadis SMA tergantung di langit-langit.
Beberapa saat kemudian Mellani bangkit dan beranjak meninggalkan bangunan UKS tersebut menuju bangunan lain yang berada di sebelah bangunan UKS tersebut. Di sana Mellani menemukan sebuah selebaran yang sudah lecek menempel di salah satu pintu bangunan. Selebaran berisi tulisan seperti berikut ini :
Himbauan kepada warga RT 01/RW 04 agar jangan meninggalkan anak bayi Anda di rumah tanpa pengamanan. Akhir-akhir ini kasus penculikan bayi marak terjadi. Besar kemungkinan pelakunya adalah dukun ilmu hitam yang hingga saat ini belum diketahui identitasnya. Berhati-hatilah!
Ketua RW 04
Sahrudin
Mellani kemudian memotret selebaran tersebut. Ia tidak mengambil selebaran tersebut karena itu terlalu kuat menempel di pintu. Selanjutnya Mellani mengelilingi bangunan tersebut untuk mencari pintu yang mungkin bisa dibuka. Tampaknya bangunan tersebut mutlak tidak dapat dimasuki karena semua pintunya dalam kondisi terkunci. Satu-satunya cara untuk memasuki bangunan tersebut adalah dengan mendobrak pintu atau memecahkan kaca jendela. Namun Mellani tidak melakukan itu karena ia masih begitu takut untuk bertindak.
Ia kemudian meninggalkan bangunan tersebut mengarah ke sebuah jalan setapak yang diapit tebing di sekelilingnya. Setelah keluar dari jalan setapak yang dikelilingi tebing tersebut, Mellani menemukan perkampungan lain yang rumah-rumahnya kurang lebih sama dengan rumah-rumah di perkampungan sebelumnya.
Mellani kembali mendengar suara tangisan hantu Matianak. Suara tangisan hantu tersebut jelas berasal dari teras salah satu rumah panggung yang berada di sana. Namun wujud hantu tersebut tetap tidak dapat dilihatnya. Karena saking takutnya terkena serangan kejutan hantu tersebut, Mellani kemudian menjauhi rumah yang terindikasi terdapat hantu tersebut. Ia terus berjalan hingga suara tangisan hantu tersebut meredup.
Mellani menemukan sebuah rel tua kereta api membelah perkampungan. Rel tersebut tampaknya sudah cukup lama terbengkalai karena banyaknya tumpukan sampah dan benda-benda rongsokan di beberapa bagian rel tua tersebut. Mellani pun menyusuri rel tua tersebut hingga ia menemukan banyak lapak dagangan di kanan dan kiri rel. Beberapa di antaranya memiliki tenda berupa terpal berwarna biru maupun orange.
Semakin jauh melangkah, Mellani menemukan sebuah bangkai kereta yang memiliki setidaknya enam gerbong dengan lokomotif yang tampaknya berada di ujung sana dari bangkai kereta tersebut. Mellani menemukan pintu gerbong kereta bagian belakang tersebut pintunya terbuka. Dengan begitu, ia dapat memasuki gerbong tersebut.
Betapa kaget dan mualnya saat Mellani menemukan banyak mayat manusia dalam kondisi terbakar di dalam gerbong tersebut. Seisi gerbong tersebut memang dalam kondisi gosong. Tampaknya kereta tersebut dulunya mengalami kecelakaan fatal hingga terbakar dan membunuh banyak penumpangnya. Mellani sambil menahan mual terus berjalan hendak menuju gerbong berikutnya.
Namun, ia tampaknya tidak dapat melanjutkan ke gerbong tersebut karena pintu tengah dalam kondisi tertutup dan terblokade. Mellani hanya bisa mengintip dari sela-sela papan yang memblokade pintu tengah gerbong tersebut. Hanya gelap yang ia lihat. Menggunakan senter smartphone-nya hanya membuat jarak penglihatannya semakin terbatas. Mellani pun keluar dari gerbong tersebut dan berjalan mengitari kereta. Ia melihat dua gerbong kereta tersebut posisinya berada di luar rel alias anjlok. Sedangkan dua gerbong lagi masih berada di atas rel bersama lokomotif. Keseluruhan kereta tersebut tampak gosong. Sepertinya memang benar jika kereta tersebut dahulu mengalami kecelakaan fatal.
Saat Mellani tiba di dekat lokomotif, tiba-tiba ia mendengar suara seperti geraman seorang laki-laki tua. Mendengar itu, Mellani menjadi panik dibuatnya. Bukan hanya itu, Mellani merasakan bulu kuduknya terasa merinding (pertanda kehadiran aura mistis). Ia pun mencoba menjauhi lokomotif tersebut dengan berlari ke arah lain yang berlawanan, namun ia menghentikan langkahnya saat melihat sesosok laki-laki berpakaian seragam masinis tampak berdiri menghalangi jalan yang akan dilewatinya. Mellani menjadi panik karenanya. Terlebih ketika melihat wajah si masinis tersebut tampak menyeramkan.
Tampaknya penampakan pria masinis tersebut adalah Hantu Masinis yang mana merupakan perwujudan dari arwah seorang masinis yang tewas dalam kecelakaan kereta api yang dikemudikannya. Dalam Dreadout Act 0, 1 maupun 2, hantu tersebut tidak ada. Dalam Dreadout Keepers Of The Dark pun hantu tersebut tidak ada.
Mellani tampak panik dan ketakutan setengah mati. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Saat ini yang ia pikirkan hanya melarikan diri menjauh dari hantu yang mengganggunya tersebut. Ia belum terpikir untuk melawan hantu karena ia memang bukan tipe gadis yang banyak tahu soal menghadapi hantu. Ia juga tidak menyangka jika harus berhadapan dengan hal-hal mistis yang tidak ia duga sebelumnya.
Mellani pun berlari menjauhi penampakan Hantu Masinis tersebut, namun dalam tempo cepat, hantu tersebut telah kembali menghalangi jalannya Mellani.
Mellani pun memutar langkah untuk menjauhi hantu masinis, namun kali ini ia terjatuh telentang saat posisinya berada begitu dekat dengan hantu tersebut. Mellani segera bangkit dan mencoba berlari sekuat tenaga, namun lagi-lagi ia terjatuh telentang saat si hantu masinis tiba-tiba muncul ke hadapannya.
Mellani mendengar hantu tersebut seperti bergumam dalam bahasa yang ia tidak mengerti. Selanjutnya ia hanya berlari dan berlari untuk menghindari serangan hantu masinis. Tentu saja Mellani kecapekan karenanya. Ia sudah tidak dapat berlari lagi. Ia tampak terengah-engah sambil berjalan membungkuk menahan capek. Tentu saja si hantu masinis dapat leluasa menyerang Mellani hingga terjatuh.
Mellani pun pingsan karena kecapekan dan juga karena efek serangan si hantu masinis. Mellani tergeletak tidak sadarkan diri di pinggir rel kereta yang telah usang.
"Yang, apa kita tidak salah jalan? Perasaan sebelumnya kita tidak melewati jalan ini, deh." tanya Mellani sambil melirik ke arah Andra yang sibuk menyetir.
"Tenang, sayang. Lewat jalan manapun, ujung-ujungnya kita pasti akan bertemu jalan yang benar" tukas Andra santai sambil terus menyetir.
"Ya udah, deh. Semoga aja kamu benar." tukas Mellani agak merajuk.
"Jangan ngambek gitu, sayang. Bisa ilang cantiknya kalau ngambek begitu. Hehehe." tukas Andra seraya tertawa.
Mellani tidak berkata-kata lagi. Ia hanya melihat-lihat kanan dan kiri jalan yang tampak dipenuhi pepohonan dan semak-semak yang hijau. Ia merasa seperti ada firasat buruk saat mobil yang ditumpanginya melewati jalanan kecil tersebut. Kondisi jalan beraspal tersebut sebagian besar telah rusak, sehingga mobil yang dikendarai Andra tersebut terombang-ambing.
Saat itu jam menunjukkan pukul 14.22, namun sinar matahari tampaknya tidak dapat menembus rimbunnya pepohonan di sekitar jalan kecil yang Andra dan Mellani lewati.
"Yank, kok diem aja, sih? Maaf, bukannya aku menganggap remeh, tapi aku hanya yakin jika jalan yang kita lewati ini pasti akan berujung jalan menuju pulang. Paling lambat nanti malam kita sampai di Jakarta." ujar Andra memecah keheningan.
"Yakin? Bagaimana kalau kita malah nyasar? Nyasar ke kampung orang mendingan. Bagaimana kalau nyasarnya di tengah hutan jauh dari mana-mana?" tukas Mellani tampak tegang.
"Jangan berpikiran seperti itu, yank. Yakinlah kalau kita akan tiba tepat waktu ke rumah." kata Andra berusaha meyakinkan kekasihnya tersebut.
"Bagaimana kalau aku tidak yakin, yank? Hei, berhentikan mobilnya! Awas tumpukan batu-batu besar di depan!" tukas Mellani tiba-tiba berteriak saat melihat di depan mobil yang mereka tumpangi terdapat banyak tumpukan batu-batu besar menghalangi jalan yang akan mereka lalui.
"Astaga, kita tidak bisa lewat, yank. Tidak ada celah sama sekali. Bagaimana ini?" kata Andra seraya menghentikan laju mobilnya.
"Tuh kan. Kalau aja tadi mau memutar balik di jalan sebelumnya yang lebih lebar. Nggak bakal begini jadinya!" kata Mellani tampak uring-uringan.
"Nggak bisa memutar balik di sini. Jalannya terlalu sempit. Di kiri jurang, di kanan tebing. Serba salah, harus bagaimana ini?" ucap Andra tampak terlihat frustrasi.
"Tau ah, pusing. Aku mau pipis dulu." tukas Mellani seraya keluar dari mobil dan berjalan menuju semak-semak di pinggir jalan.
Sedangkan Andra tampak berpikir keras bagaimana cara agar ia dapat memutar balik mobilnya. Melanjutkan perjalanan melewati jalan tersebut tidak mungkin karena jalan terhalang tumpukan batu-batu besar. Memutar balik pun sulit karena kondisi jalan yang sangat sempit. Tampaknya jalan satu-satunya adalah memundurkan mobilnya hingga tiba di area jalan yang cukup untuk memutar balik. Andra pun mencoba memundurkan mobilnya, namun sial penglihatannya berkurang ketika sinar matahari tampaknya terhalang rimbunnya pepohonan di sekitar jalan tersebut. Ia pun keluar dari mobil untuk memanggil Mellani yang ia rasa sudah cukup lama perginya.
"Yank, kamu di mana? Kok lama banget? Sudah apa belum pipisnya?" seru Andra sambil mencoba mendekati semak di mana sebelumnya Mellani diyakininya buang air kecil di situ. Namun aneh, Andra tidak menemukan kekasihnya tersebut di sana. Andra pun panik, sehingga ia berteriak-teriak memanggil Mellani.
"Yank, kamu di mana? Tolong jawab. Ayo yank, kita harus memundurkan mobil. Kita akan putar balik!" teriak Andra sambil terus mencari-cari kekasihnya tersebut hingga tanpa disadarinya ia jauh meninggalkan mobilnya.
Sedangkan Mellani tampak keluar dari balik semak-semak setelah selesai buang air kecil. Ia pun menuju mobil yang sekarang posisinya lebih mundur dari posisi sebelumnya. Mellani tampak kebingungan saat mengetahui kekasihnya, Andra sudah tidak berada di dalam mobil. Ia juga tidak melihat Andra di sekitar lokasi tersebut. Mellani juga sebelumnya tidak mendengar jika Andra berteriak memanggilnya. Entah apa yang terjadi sehingga Mellani tidak dapat mendengar Andra berteriak-teriak memanggilnya.
Dalam rimbunnya pepohonan yang memayungi jalan yang terblokade tersebut tampak siluet wajah mengerikan dengan rambutnya yang panjang berwarna putih muncul di antara batang pepohonan memperhatikan Mellani yang tampak sibuk memanggil-manggil Andra. Mellani tidak menyadari kehadiran sosok mengerikan tersebut.
Mellani terus memanggil-manggil Andra hingga suaranya menjadi serak.
"Yank, kamu di mana. Please jangan tinggalin aku. Tidak lucu tau. Jangan main petak umpet. Di sini bukan tempatnya. Di sini begitu menakutkan, yank!" teriak Mellani namun tidak ada jawaban.
Ia hanya mendengar gema suaranya yang terpantul di dinding tebing. Mellani kemudian mengambil tasnya yang berada di dalam mobil. Ia merasakan teduhnya di area tersebut semakin menjadi gelap karena petang telah menjelang. Mellani bingung harus berbuat apa. Ia hanya mondar-mandir di sekitar mobil. Ia mencoba menunggu di dalam mobil, namun perasaan bosan yang ia dapat.
Mellani pun beranjak meninggalkan mobil melewati celah di antara tumpukkan batu-batu besar tersebut. Ia terus berjalan menyusuri jalan aspal yang telah rusak tersebut. Hingga kemudian ia menemukan jalan buntu di mana jalan beraspal tersebut terputus. Mellani melihat kondisi badan jalan yang terkikis longsor sepanjang kira-kira sepuluh meter. Mellani tentu tidak dapat melewati jalan yang kondisinya telah hancur tersebut. Namun ia menemukan sebuah jalan setapak yang mengarah ke lembah. Jalan setapak tersebut tampak berundak-undak seperti tangga alami. Mellani pun menuruni jalan setapak yang berundak tersebut.
Petualangan Mellani pun dimulai. Dengan setelan pakaian dress berwarna hitam dengan beberapa bagian berwarna putih, rok pendek selutut bergelombang berwarna biru langit, dan sebuah tas wanita berwarna putih yang diselempangkan di bahunya, Mellani memulai petualangan mencari kekasihnya, Andra yang menghilang entah ke mana. Ia juga mengenakan alas kaki berupa sepasang sepatu kain berwarna hitam. Di lehernya tampak sebuah kalung perak yang melingkar dengan liontin berbentuk segi lima seperti Pentagon dengan bagian tengah menempel sebutir berlian tiruan berwarna merah. Rambutnya tergerai sebahu berhiaskan sebuah bando berwarna magenta di bagian depan.
Mellani tampak berhati-hati menuruni jalan setapak yang berundak tersebut. Jalan yang ia lewati memang agak licin. Ia sempat terpleset dua kali hingga rok yang dikenakannya menjadi kotor terkena lumpur.
Beberapa saat kemudian Mellani tiba di ujung jalan setapak yang berundak tersebut. Saat itu hari mulai gelap, dan Mellani pun harus menyalakan lampu senter smartphone-nya untuk tetap dapat melihat jalan. Namun untuk menyalakan lampu senter tersebut, Mellani harus menggunakan mode tampilan kamera di smartphone-nya.
Tak lama kemudian Mellani menemukan sebuah perkampungan yang terlihat begitu sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Semua rumah yang ada terlihat kumuh dan berantakan. Tidak ada cahaya apapun terlihat di sana. Rata-rata rumah yang dijumpai Mellani adalah rumah panggung dengan dinding bambu dan beratap asbes. Namun di sana juga terdapat beberapa rumah bertembok dengan atap genting dan berlantai tegel.
Mellani terlihat begitu galau saat menyadari hari telah menjadi gelap. Ia tampak ketakutan dan begitu panik. Ia pun terduduk di emperan sebuah rumah berdinding tembok sambil menangis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin kembali ke mobil tapi merasa takut sekali. Ia pun terduduk lesu sambil menangis tersedu-sedu karena bingung. Ia pun kini merasakan bagaimana rasanya tersesat di suatu tempat antah-berantah. Ia juga merasakan kalau area tersebut begitu menakutkan.
Secara perlahan Mellani menguatkan diri dan berusaha mengusir rasa takut yang menghantuinya.
Jika melihat tokoh di game dreadout, maka Mellani mirip-mirip dengan Shelly di mana keduanya tergolong gadis yang manja juga selalu merasa tidak nyaman ketika dihadapkan dengan keadaan suatu tempat yang sepi dan terlihat berantakan. Kini si gadis manja Mellani harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak bisa selamanya menjadi sosok yang manja dan kekanak-kanakan. Ia harus menjadi lebih tegar saat ia berada dalam situasi genting seperti saat ini.
Saat Mellani selesai meratapnya, sayup-sayup ia mendengar seperti ada suara tangisan di kejauhan. Mellani yang sedang berusaha mengatasi kepanikannya menjadi semakin panik. Ia tampak celingukan sambil meringis menahan ketakutannya. Namun ia mencoba untuk mengusir rasa paniknya. Ia pun memberanikan dirinya menghampiri sumber suara yang ternyata berasal dari depan salah satu rumah panggung berdinding bilik bambu. Ia hanya mendengar suara tangisan tersebut namun belum melihat wujud orang yang sedang menangis tersebut.
Dengan keberanian yang pasang surut, Mellani mendekati teras rumah tersebut. Tiba-tiba sesosok perempuan berpenampilan mengerikan menampakkan diri ke hadapan Mellani sembari memuntahkan sesosok bayi laki-laki yang juga terlihat menyeramkan. Sontak Mellani menjerit histeris dan secara refleks ia berlari kencang menjauhi area di mana ia dikagetkan oleh sosok penampakan menyeramkan tersebut. Mellani pun lari pontang-panting hingga terjatuh karena tersandung akar pohon yang merintanginya. Sejenak Mellani terduduk lemas sambil memijit-mijit kaki kanannya yang terasa sakit akibat tersandung akar pohon tersebut.
Bila melihat ke misi game Dreadout Act 2, maka hantu yang mengejutkan Mellani tersebut adalah Matianak yang mana hantu tersebut tergolong hantu pasif atau bukan hantu ganas yang selalu menyerang pemain. Namun hantu jenis ini bisa menyerang jika pemain berjarak terlalu dekat dengan hantu tersebut. Hantu ini bisa melakukan serangan kejutan (Jumpscare) meski hanya sekali selama permainan.
Sambil meringis menahan sakit di pergelangan kaki kanannya, Mellani masih mendengar suara tangisan dari hantu yang telah menakutinya tersebut. Entah bagaimana caranya agar ia dapat melihat wujud hantu yang menangis tersebut. Bagaimana pun ia harus dapat melihatnya agar kemudian ia dapat mengantisipasi serangan dadakan dari hantu tersebut.
Mellani kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan agak pincang menuju sebuah bangunan besar yang di salah satu bagian dindingnya terdapat sebuah plank bertuliskan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Mellani kemudian mendekati pintu bangunan tersebut yang ternyata tertutup dan terkunci. Sejenak Mellani melihat-lihat sekeliling apakah di sana terdapat semacam bangunan sekolah. Namun ia tidak menemukan bangunan yang ia cari tersebut. Sejenak ia terpaku dan merasa heran bagaimana di situ ada Unit Kesehatan Sekolah sedangkan sekolahnya sendiri tidak ada.
Mellani selanjutnya mencoba mencari jalan masuk lain yang mengarah ke dalam bangunan UKS tersebut. Sambil mencari-cari jalan masuk bangunan UKS, Mellani melihat-lihat melalui jendela kaca, dan ia terkesiap dalam tempo cukup lama saat melihat sesosok gadis berpakaian seragam SMA tampak menggantung di langit-langit bangunan tersebut. Siapakah gerangan gadis yang telah tewas dalam kondisi menggantung tersebut? Tidak ada yang tahu apakah gadis tersebut meninggal karena gantung diri atau karena dibunuh.
Mellani terlihat syok dan ia pun terduduk di bawah jendela kaca sambil menangis. Ia merasa begitu takut dan tertekan setelah melihat mayat gadis SMA tergantung di langit-langit.
Beberapa saat kemudian Mellani bangkit dan beranjak meninggalkan bangunan UKS tersebut menuju bangunan lain yang berada di sebelah bangunan UKS tersebut. Di sana Mellani menemukan sebuah selebaran yang sudah lecek menempel di salah satu pintu bangunan. Selebaran berisi tulisan seperti berikut ini :
Himbauan kepada warga RT 01/RW 04 agar jangan meninggalkan anak bayi Anda di rumah tanpa pengamanan. Akhir-akhir ini kasus penculikan bayi marak terjadi. Besar kemungkinan pelakunya adalah dukun ilmu hitam yang hingga saat ini belum diketahui identitasnya. Berhati-hatilah!
Ketua RW 04
Sahrudin
Mellani kemudian memotret selebaran tersebut. Ia tidak mengambil selebaran tersebut karena itu terlalu kuat menempel di pintu. Selanjutnya Mellani mengelilingi bangunan tersebut untuk mencari pintu yang mungkin bisa dibuka. Tampaknya bangunan tersebut mutlak tidak dapat dimasuki karena semua pintunya dalam kondisi terkunci. Satu-satunya cara untuk memasuki bangunan tersebut adalah dengan mendobrak pintu atau memecahkan kaca jendela. Namun Mellani tidak melakukan itu karena ia masih begitu takut untuk bertindak.
Ia kemudian meninggalkan bangunan tersebut mengarah ke sebuah jalan setapak yang diapit tebing di sekelilingnya. Setelah keluar dari jalan setapak yang dikelilingi tebing tersebut, Mellani menemukan perkampungan lain yang rumah-rumahnya kurang lebih sama dengan rumah-rumah di perkampungan sebelumnya.
Mellani kembali mendengar suara tangisan hantu Matianak. Suara tangisan hantu tersebut jelas berasal dari teras salah satu rumah panggung yang berada di sana. Namun wujud hantu tersebut tetap tidak dapat dilihatnya. Karena saking takutnya terkena serangan kejutan hantu tersebut, Mellani kemudian menjauhi rumah yang terindikasi terdapat hantu tersebut. Ia terus berjalan hingga suara tangisan hantu tersebut meredup.
Mellani menemukan sebuah rel tua kereta api membelah perkampungan. Rel tersebut tampaknya sudah cukup lama terbengkalai karena banyaknya tumpukan sampah dan benda-benda rongsokan di beberapa bagian rel tua tersebut. Mellani pun menyusuri rel tua tersebut hingga ia menemukan banyak lapak dagangan di kanan dan kiri rel. Beberapa di antaranya memiliki tenda berupa terpal berwarna biru maupun orange.
Semakin jauh melangkah, Mellani menemukan sebuah bangkai kereta yang memiliki setidaknya enam gerbong dengan lokomotif yang tampaknya berada di ujung sana dari bangkai kereta tersebut. Mellani menemukan pintu gerbong kereta bagian belakang tersebut pintunya terbuka. Dengan begitu, ia dapat memasuki gerbong tersebut.
Betapa kaget dan mualnya saat Mellani menemukan banyak mayat manusia dalam kondisi terbakar di dalam gerbong tersebut. Seisi gerbong tersebut memang dalam kondisi gosong. Tampaknya kereta tersebut dulunya mengalami kecelakaan fatal hingga terbakar dan membunuh banyak penumpangnya. Mellani sambil menahan mual terus berjalan hendak menuju gerbong berikutnya.
Namun, ia tampaknya tidak dapat melanjutkan ke gerbong tersebut karena pintu tengah dalam kondisi tertutup dan terblokade. Mellani hanya bisa mengintip dari sela-sela papan yang memblokade pintu tengah gerbong tersebut. Hanya gelap yang ia lihat. Menggunakan senter smartphone-nya hanya membuat jarak penglihatannya semakin terbatas. Mellani pun keluar dari gerbong tersebut dan berjalan mengitari kereta. Ia melihat dua gerbong kereta tersebut posisinya berada di luar rel alias anjlok. Sedangkan dua gerbong lagi masih berada di atas rel bersama lokomotif. Keseluruhan kereta tersebut tampak gosong. Sepertinya memang benar jika kereta tersebut dahulu mengalami kecelakaan fatal.
Saat Mellani tiba di dekat lokomotif, tiba-tiba ia mendengar suara seperti geraman seorang laki-laki tua. Mendengar itu, Mellani menjadi panik dibuatnya. Bukan hanya itu, Mellani merasakan bulu kuduknya terasa merinding (pertanda kehadiran aura mistis). Ia pun mencoba menjauhi lokomotif tersebut dengan berlari ke arah lain yang berlawanan, namun ia menghentikan langkahnya saat melihat sesosok laki-laki berpakaian seragam masinis tampak berdiri menghalangi jalan yang akan dilewatinya. Mellani menjadi panik karenanya. Terlebih ketika melihat wajah si masinis tersebut tampak menyeramkan.
Tampaknya penampakan pria masinis tersebut adalah Hantu Masinis yang mana merupakan perwujudan dari arwah seorang masinis yang tewas dalam kecelakaan kereta api yang dikemudikannya. Dalam Dreadout Act 0, 1 maupun 2, hantu tersebut tidak ada. Dalam Dreadout Keepers Of The Dark pun hantu tersebut tidak ada.
Mellani tampak panik dan ketakutan setengah mati. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Saat ini yang ia pikirkan hanya melarikan diri menjauh dari hantu yang mengganggunya tersebut. Ia belum terpikir untuk melawan hantu karena ia memang bukan tipe gadis yang banyak tahu soal menghadapi hantu. Ia juga tidak menyangka jika harus berhadapan dengan hal-hal mistis yang tidak ia duga sebelumnya.
Mellani pun berlari menjauhi penampakan Hantu Masinis tersebut, namun dalam tempo cepat, hantu tersebut telah kembali menghalangi jalannya Mellani.
Mellani pun memutar langkah untuk menjauhi hantu masinis, namun kali ini ia terjatuh telentang saat posisinya berada begitu dekat dengan hantu tersebut. Mellani segera bangkit dan mencoba berlari sekuat tenaga, namun lagi-lagi ia terjatuh telentang saat si hantu masinis tiba-tiba muncul ke hadapannya.
Mellani mendengar hantu tersebut seperti bergumam dalam bahasa yang ia tidak mengerti. Selanjutnya ia hanya berlari dan berlari untuk menghindari serangan hantu masinis. Tentu saja Mellani kecapekan karenanya. Ia sudah tidak dapat berlari lagi. Ia tampak terengah-engah sambil berjalan membungkuk menahan capek. Tentu saja si hantu masinis dapat leluasa menyerang Mellani hingga terjatuh.
Mellani pun pingsan karena kecapekan dan juga karena efek serangan si hantu masinis. Mellani tergeletak tidak sadarkan diri di pinggir rel kereta yang telah usang.
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Tujuh
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas [Tamat]
Jangan Lupa Rate dan Komennya gan

Diubah oleh Robinjack2098 11-10-2018 14:14


anasabila memberi reputasi
1
11.3K
Kutip
68
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan