- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
100 Hari Kerja, sekadar Ingin Tampil Beda


TS
albetbengal
100 Hari Kerja, sekadar Ingin Tampil Beda
HARI ini (Rabu, 24/1), tepat 100 hari kerja duet Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno memimpin DKI Jakarta sejak dilantik pada 16 Oktober 2017. Sejumlah kebijakan telah dilahirkan, tak sedikit di antaranya yang menimbulkan kontroversi.
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Nirwono Yoga, bahkan memberi rapor merah bagi sepak terjang Anies-Sandi. Alih-alih jadi lebih maju, ia menilai Ibu Kota justru tengah mengalami kemunduran dalam aspek penataan kota.
Nirwono memberi catat-an pada sejumlah kebijakan Anies-Sandi yang terindikasi melanggar aturan. Ia memberi contoh soal penataan kawasan Tanah Abang yang mengakomodasi pedagang kaki lima (PKL) di jalan raya, tanpa lebih dulu ada konsep penataan yang menyeluruh.
Penataan itu dinilainya telah bertentangan dengan Peraturan Daerah No 8/2007 tentang Ketertiban Umum. "Karena melanggar aturan, dampak kebijakan itu salah satunya ialah protes dari para sopir angkutan kota (angkot)," ujar Nirwono, kemarin.
Kebijakan lainnya yang dinilai kontroversial ialah penataan 16 kampung yang berdiri di atas lahan milik negara. Di antaranya termasuk penataan kembali Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, dan Kampung Kunir, Pinangsia, Jakarta Barat.
Nirwono memepertanyakan legalitas lahan penataan itu dan keselarasannya dengan aturan tata ruang. "Ini yang disayangkan, banyak kebijakan yang justru melanggar aturan yang sudah ada," kata Nirwono.
Kemunduran juga terjadi pada penataan transportasi di Ibu Kota. Sepeda motor kini kembali melaju bebas di Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat.
Sejak awal menjabat Gubernur, Anies menginginkan konsep keadilan versi dirinya hadir di jalan raya, termasuk dalam hal membolehkan kembali sepeda motor melaju tanpa batasan waktu tertentu di jalan protokol itu.
Padahal, kata Nirwono, tujuan akhir penataan model itu agar masyarakat mau beralih menggunakan moda transportasi umum. Ia justru menilai penataan sepeda motor mestinya diperluas.
Demikian pula dengan keputusan Anies untuk mengubah desain penataan trotoar di area Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, demi mengakomodasi jalur untuk sepeda motor.
Nirwono menangkap kesan Anies-Sandi hanya ingin tampil beda dibanding gubernur pendahulunya. "Ini yang tidak membuat simpati bagi yang masih berseberangan. Kalau program sudah bagus, kan tinggal jalan saja sebenarnya. Kalau dirombak lagi, ya mulai dari nol lagi. Kita kehilangan waktu," tambah dia.
Banyak PR
Saat ditanya soal evaluasi 100 hari kinerjanya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tak mau banyak bicara. Ia hanya menuturkan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.
Ke depannya, ia akan fokus pada isu lapangan pekerjaan, pendidikan, serta membuat biaya hidup di Jakarta lebih terjangkau bagi semua kalangan.
"Banyak banget PR. Menurut saya pribadi, bukan saatnya kita untuk menepuk-nepuk dada. Kita kerja masih banyak sekali. Problem di Jakarta semakin hari semakin kompleks. Kita tidak mengukur hanya 100 hari, tapi kita ingin ke depan kerjanya lebih semangat lagi. Fokusnya di lapangan kerja, fokusnya di pendidikan, dan bagaimana di Jakarta itu hidup lebih terjangkau harganya," ucapnya. Ia pun tidak berkomentar lebih jauh dan langsung meninggalkan ruangan. (J-1)
http://www.mediaindonesia.com/news/read/142144/100-hari-kerja-sekadar-ingin-tampil-beda/2018-01-24
Hehehe

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Nirwono Yoga, bahkan memberi rapor merah bagi sepak terjang Anies-Sandi. Alih-alih jadi lebih maju, ia menilai Ibu Kota justru tengah mengalami kemunduran dalam aspek penataan kota.
Nirwono memberi catat-an pada sejumlah kebijakan Anies-Sandi yang terindikasi melanggar aturan. Ia memberi contoh soal penataan kawasan Tanah Abang yang mengakomodasi pedagang kaki lima (PKL) di jalan raya, tanpa lebih dulu ada konsep penataan yang menyeluruh.
Penataan itu dinilainya telah bertentangan dengan Peraturan Daerah No 8/2007 tentang Ketertiban Umum. "Karena melanggar aturan, dampak kebijakan itu salah satunya ialah protes dari para sopir angkutan kota (angkot)," ujar Nirwono, kemarin.
Kebijakan lainnya yang dinilai kontroversial ialah penataan 16 kampung yang berdiri di atas lahan milik negara. Di antaranya termasuk penataan kembali Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, dan Kampung Kunir, Pinangsia, Jakarta Barat.
Nirwono memepertanyakan legalitas lahan penataan itu dan keselarasannya dengan aturan tata ruang. "Ini yang disayangkan, banyak kebijakan yang justru melanggar aturan yang sudah ada," kata Nirwono.
Kemunduran juga terjadi pada penataan transportasi di Ibu Kota. Sepeda motor kini kembali melaju bebas di Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat.
Sejak awal menjabat Gubernur, Anies menginginkan konsep keadilan versi dirinya hadir di jalan raya, termasuk dalam hal membolehkan kembali sepeda motor melaju tanpa batasan waktu tertentu di jalan protokol itu.
Padahal, kata Nirwono, tujuan akhir penataan model itu agar masyarakat mau beralih menggunakan moda transportasi umum. Ia justru menilai penataan sepeda motor mestinya diperluas.
Demikian pula dengan keputusan Anies untuk mengubah desain penataan trotoar di area Jalan Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, demi mengakomodasi jalur untuk sepeda motor.
Nirwono menangkap kesan Anies-Sandi hanya ingin tampil beda dibanding gubernur pendahulunya. "Ini yang tidak membuat simpati bagi yang masih berseberangan. Kalau program sudah bagus, kan tinggal jalan saja sebenarnya. Kalau dirombak lagi, ya mulai dari nol lagi. Kita kehilangan waktu," tambah dia.
Banyak PR
Saat ditanya soal evaluasi 100 hari kinerjanya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tak mau banyak bicara. Ia hanya menuturkan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan.
Ke depannya, ia akan fokus pada isu lapangan pekerjaan, pendidikan, serta membuat biaya hidup di Jakarta lebih terjangkau bagi semua kalangan.
"Banyak banget PR. Menurut saya pribadi, bukan saatnya kita untuk menepuk-nepuk dada. Kita kerja masih banyak sekali. Problem di Jakarta semakin hari semakin kompleks. Kita tidak mengukur hanya 100 hari, tapi kita ingin ke depan kerjanya lebih semangat lagi. Fokusnya di lapangan kerja, fokusnya di pendidikan, dan bagaimana di Jakarta itu hidup lebih terjangkau harganya," ucapnya. Ia pun tidak berkomentar lebih jauh dan langsung meninggalkan ruangan. (J-1)
http://www.mediaindonesia.com/news/read/142144/100-hari-kerja-sekadar-ingin-tampil-beda/2018-01-24
Hehehe

0
1.4K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan