- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Megawati: Kalau Memang Harus Bertempur, Kita Bertempur dengan Baik


TS
Dejavu.Cucud
Megawati: Kalau Memang Harus Bertempur, Kita Bertempur dengan Baik
JAKARTA, KOMPAS.com - Ada alasan tersendiri Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menggelar pagelaran teater dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-71. Pagelaran teater bertajuk "Satyam Eva Jayate" tersebut digelar di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).
Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja tampak hadir. Selain itu, ada pula beberapa pimpinan partai antara lain Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.
Dalam sambutannya sebelum acara dimulai, Megawati menuturkan bahwa ada pesan yang ingin disampaikan dalam lakon tersebut.
"Untuk acara ini saya ambil judul Satyam Eva Jayate, artinya apa? Itu peristiwa di abad ke-13, kira-kira tahun 1296 ketika seorang raden wijaya," ucap Megawati.
Kemudian, Ketua Umum PDI-P itu menghentikan ceritanya.
"Sudah sampai situ saja. Nanti mudah-mudahan bisa dicari apa toh maksudnya. Nanti setelah mengetahui jalan ceritanya," tuturnya.
Megawati berharap seluruh tamu undangannya yang sebagian besar politisi itu dapat sejenak melupakan tahun politik. Ia memprediksi tahun politik akan berjalan keras.
"Semoga apa yang disampaikan pertunjukan ini dapat membuat kita sekedar melupakan tahun politik yang sepertinya akan menegangkan, sepertinya. Tapi saya berharap kita akan berjalan seperti biasanya," kata Megawati.
"Kalau kita harus tempur ya kita tempur dengan baik demi demokrasi. Demikian,"ucapnya.
Lakon "Satyam Eva Jayate" mengangkat tema tentang perjuangan menegakkan kebenaran di tengah kegilaan masyarakat yang korup.
Cerita ini mengangkat persaingan dua politisi besar di sebuah kerajaan yang diperankan oleh Sudjiwo Tedjo sebagai sang Raja dan Marwoto sebagai patih. Mereka bersaing memperebutkan puncak kekuasaan.
Bermacam cara dilakukan agar memenangkan persaingan. Fitnah dan intrik membuat masyarakat terbelah. Situasi itu membuat sang pemimpin kerajaan itu tersingkir. Bahkan dibuang ke hutan.
Dalam pembuangannya sang pemimpin justru tercerahkan dan menemukan kesadaran bahwa puncak kekuasaan sesungguhnya bukan kekuasaan politik tetapi kebijaksanaan dan semangat mensejahterakan rakyat.
Lakon "Satyam Eva Jayate" dikemas dengan bergaya satir oleh sutradara Agus Noor. Tidak jarang sindiran politik terlontar dari percakapan antar tokoh. Soal Pilkada DKI Jakarta 2017 misalnya.
"Memang ternyata ibu tiri tidak lebih kejam daripada ibu kota," ucap Susilo, salah satu tokoh, saat berdialog dengan Marwoto.
Saat ditemui di sela-sela acara, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa "Satyam Eva Jayate" adalah semboyan dari bahasa Sanskerta yang berarti "hanya kebenaran yang berjaya."
"Tema teater ini sesuai dengan keyakinan yang selama ini dipegang Ibu Megawati dalam menjalani kehidupan, termasuk saat memimpin negara, dan PDI Perjuangan saat ini, bahwa hanya kebenaran yang akhirnya akan berjaya," kata Hasto.
Menurut Hasto, perjalanan politik yang pernah dialami Megawati telah membuktikan bahwa politik yang berkeadaban dan tidak menghalalkan segala caralah yang akan menang. Keteguhan Megawati inilah yang ikut menempa PDI Perjuangan sebagai partai ideologis yang memperjuangkan ideologi Bung Karno.
"Tanpa keyakinan dan keteguhan politik Ibu Megawati, PDI Perjuangan tidak akan seperti sekarang ini," ucapnya.
sumber
Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja tampak hadir. Selain itu, ada pula beberapa pimpinan partai antara lain Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.
Dalam sambutannya sebelum acara dimulai, Megawati menuturkan bahwa ada pesan yang ingin disampaikan dalam lakon tersebut.
"Untuk acara ini saya ambil judul Satyam Eva Jayate, artinya apa? Itu peristiwa di abad ke-13, kira-kira tahun 1296 ketika seorang raden wijaya," ucap Megawati.
Kemudian, Ketua Umum PDI-P itu menghentikan ceritanya.
"Sudah sampai situ saja. Nanti mudah-mudahan bisa dicari apa toh maksudnya. Nanti setelah mengetahui jalan ceritanya," tuturnya.
Megawati berharap seluruh tamu undangannya yang sebagian besar politisi itu dapat sejenak melupakan tahun politik. Ia memprediksi tahun politik akan berjalan keras.
"Semoga apa yang disampaikan pertunjukan ini dapat membuat kita sekedar melupakan tahun politik yang sepertinya akan menegangkan, sepertinya. Tapi saya berharap kita akan berjalan seperti biasanya," kata Megawati.
"Kalau kita harus tempur ya kita tempur dengan baik demi demokrasi. Demikian,"ucapnya.
Lakon "Satyam Eva Jayate" mengangkat tema tentang perjuangan menegakkan kebenaran di tengah kegilaan masyarakat yang korup.
Cerita ini mengangkat persaingan dua politisi besar di sebuah kerajaan yang diperankan oleh Sudjiwo Tedjo sebagai sang Raja dan Marwoto sebagai patih. Mereka bersaing memperebutkan puncak kekuasaan.
Bermacam cara dilakukan agar memenangkan persaingan. Fitnah dan intrik membuat masyarakat terbelah. Situasi itu membuat sang pemimpin kerajaan itu tersingkir. Bahkan dibuang ke hutan.
Dalam pembuangannya sang pemimpin justru tercerahkan dan menemukan kesadaran bahwa puncak kekuasaan sesungguhnya bukan kekuasaan politik tetapi kebijaksanaan dan semangat mensejahterakan rakyat.
Lakon "Satyam Eva Jayate" dikemas dengan bergaya satir oleh sutradara Agus Noor. Tidak jarang sindiran politik terlontar dari percakapan antar tokoh. Soal Pilkada DKI Jakarta 2017 misalnya.
"Memang ternyata ibu tiri tidak lebih kejam daripada ibu kota," ucap Susilo, salah satu tokoh, saat berdialog dengan Marwoto.
Saat ditemui di sela-sela acara, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa "Satyam Eva Jayate" adalah semboyan dari bahasa Sanskerta yang berarti "hanya kebenaran yang berjaya."
"Tema teater ini sesuai dengan keyakinan yang selama ini dipegang Ibu Megawati dalam menjalani kehidupan, termasuk saat memimpin negara, dan PDI Perjuangan saat ini, bahwa hanya kebenaran yang akhirnya akan berjaya," kata Hasto.
Menurut Hasto, perjalanan politik yang pernah dialami Megawati telah membuktikan bahwa politik yang berkeadaban dan tidak menghalalkan segala caralah yang akan menang. Keteguhan Megawati inilah yang ikut menempa PDI Perjuangan sebagai partai ideologis yang memperjuangkan ideologi Bung Karno.
"Tanpa keyakinan dan keteguhan politik Ibu Megawati, PDI Perjuangan tidak akan seperti sekarang ini," ucapnya.
sumber
Diubah oleh Dejavu.Cucud 24-01-2018 05:28
0
1.4K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan