Kaskus

News

myidkaskusAvatar border
TS
myidkaskus
Para Konglomerat Indonesia Antre Terjun di Bisnis Fintech - Ada KASKUS gan!
Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Spoiler for Infografis:


Bank BCA diperkirakan semakin agresif masuk ke ranah fintech. Pada Januari 2017 Bank BCA meluncurkan aplication programming interface (API) untuk menghubungkan sistem perbankan miliknya dengan dunia e-commerce. Selain itu, BCA diketahui mendirikan Central Capital Venture, firma penanaman modal startup, dengan modal $15 juta.

Selain Djarum Group, Lippo Group pun ikut mencoba terjun ke bisnis fintech. Konglomerasi yang digawangi oleh Mochtar Riady ini mengandalkan Ovo, layanan e-wallet yang berada di bawah bendera PT Visionet Internasional.

Selain memberikan layanan fintech melalui aplikasinya sendiri, Ovo diketahui bekerja sama dengan Grab menghadirkan layanan e-wallet dengan nama GrabPay. Langkah ini dilakukan Grab lantaran GrabPay tak kunjung memperoleh izin dari otoritas di Indonesia. Sementara Ovo, merujuk daftar yang dikeluarkan Bank Indonesia, merupakan satu dari 27 perusahaan pemilik izin e-wallet.

Selain bekerja sama dengan Grab, Ovo punya keunggulan lain. Ini terutama terkait dengan anak-anak usaha Lippo Group. Menggunakan layanan Ovo, pengguna dapat memperoleh harga khusus bila memanfaatkan fasilitas layanan seperti pembayaran di Maxx Coffee, Foodmart, Siloam Hospital, First Media, Cinemaxx, ataupun anak usaha Lippo lainnya.

Selain Ovo, sepak terjang Lippo Group di dunia fintech semakin serius dengan menggelontorkan modal awal pada Call Level, sebuah startup fintech asal Singapura. Call Level merupakan fintech dengan tujuan utama sebagai aplikasi pelacak pasar keuangan berbasis kecerdasan buatan. Selain melalui Call Level, Lippo punya Venturra Capital, sebuah firma penanam modal startup.

Venturra Capital terbilang agresif. Pada Desember 2015 lalu mereka memberikan pendanaan sebesar $13,8 juta pada BitX yang kemudian mengganti nama menjadi Luno. Luno merupakan layanan dompet Bitcon, digunakan sebagai media transaksi menggunakan uang kripto yang saat ini sedang naik daun.

Konglomerasi lain yang tengah memasuki dunia fintech ialah Salim Group. Grup bisnis yang dikendalikan Anthony Salim ini punya layanan fintech bernama i.Saku. i.Saku meluncur di bawah naungan PT Inti Dunia Sukses, perusahaan yang berada di bawah Indoritel, sub-usaha Salim Group yang mengurusi bisnis toko modern mereka seperti Indomaret.

Selain melalui i.Saku, Salim Group memasuki dunia fintech dengan bekerjasama dengan Liquid Inc, suatu perusahaan asal Jepang. Rencananya, kerja sama ini akan menghasilkan layanan pembayaran berbasis sidik jari atau fingerprint payment.

Grup besar lainnya yang mengincar manisnya fintech yaitu Emtek Group. Konglomerasi yang menaungi Indosiar dan SCTV milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja ini pada Mei 2017 sukses mengakuisisi Doku, layanan e-wallet termasuk yang paling awal hadir di Indonesia. Doku didirikan oleh PT Nusa Satu Inti Artha pada 2007 lalu. Di toko aplikasi Google, aplikasi Doku sudah diunduh dalam rentang antara 500 ribu hingga 1 juta kali.

Selain melalui Doku, kiprah Emtek di dunia fintech dilakukan melalui Espay. Espay merupakan layanan payment gateway yang didirikan oleh PT Pembayaran Lintas Usaha Sukses. Payment gateway ini umumnya dimanfaatkan berbagai layanan e-commerce mempermudah sistem pembayaran. Posisi Espay yang ada dalam genggaman Emtek jadi suatu yang tak mengherankan. Ini karena mereka memiliki Bukalapak, salah satu e-commerce terbesar di Indonesia.

Sinar Mas Group, grup raksasa milik Eka Tjipta Widjaja ini melalui Bank Sinarmas mampu melahirkan Simobi, aplikasi e-wallet. Sinar Mas juga bekerjasama dengan PT Mitrausaha Indonesia mengembangkan Modalku, sebuah aplikasi peer-to-peer lending. Sinar Mas bersama PT. Pasar Dana Pinjaman mendukung Danamas, sebagai aplikasi yang juga peer-to-peer lending atau platform pinjam meminjam uang secara online.

Masuknya sejumlah konglomerasi ke dunia fintech memang tak mengherankan. Sektor fintech di bidang sistem alat pembayaran saja diprediksi akan menghasilkan pendapatan hingga $2,3 triliun per tahun di dunia.

Namun, tentu saja grup-grup besar itu tak bisa dengan mudah menguasai dunia baru dalam bidang keuangan ini. Mereka harus bersaing dengan 188-196 pemain fintech di Indonesia hingga 2017 lalu. Ini persaingan yang tak mudah tapi sangat menjanjikan.

Ekspansi bisnis para konglomerasi bisnis ini tak menutup kemungkinan akan melahirkan aksi akuisisi-akuisisi baru di dunia fintech terhadap perusahaan rintisan, dan bakal tak terhindarkan adanya persaingan sengit di antara mereka untuk berebut pasar.

SUMUR (Tirto.ID)

Semoga perkembangan startup dan teknologi Indonesia semakin maju ya ganemoticon-Wowemoticon-Wow
emoticon-Toast emoticon-Toast dan emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star Jangan Lupa gan! emoticon-Wow
0
2.5K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan