

TS
infosaudara
Kompromi Politis Pilkada di Jateng Yang Panas
Sengitnya Kompromi Politis Pilkada Jateng

Pertarungan politik memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah diramalkan akan berlangsung seru. Bukan apa-apa, dua pasangan yang akhirnya maju berasal dari dua kekuatan politik terbesar.
Ganjar Pranowo, sang gubernur petahana, adalah representasi kekuatan partai politik (parpol) terbesar saat ini, PDIP. Ganjar akan berhadapan dengan Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikenal publik sebagai perpanjangan tangan Golkar melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pertarungan kian menarik dengan fakta bahwa keduanya memilih wakil dari kalangan Nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama): Taj Yasin mendampingi Ganjar, Ida Fauziyah berpasang dengan bakal calon gubernur Sudirman Said. Taj Yasin adalah putra tokoh NU, K.H. Maimoen Zubair, sedangkan Ida tercatat sebagai Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, selain pernah juga menduduki jabatan Ketua Umum Fattayat NU.
Hitung-hitungan politik, pasangan Ganjar-Yasin maju diusung koalisi PDIP, PPP, Nasdem, dan Demokrat. Rival kuat mereka diusung oleh koalisi PKB, Gerindra, PKS, dan PAN.
Fakta menarik lain yang terungkap adalah pasangan Ganjar-Yasin diusung oleh Partai Demokrat. Kepastian pemasangan keduanya disampaikan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2018).
Publik Tanah Air kadung mengenal dan mengetahui bahwa antara Partai Demokrat dan PDIP selalu berseberangan, dan Jateng diketahui merupakan basis terkuat PDIP di Pulau Jawa. Pertanyaan yang mengemuka adalah, kenapa PDIP berkenan berbagi kesempatan berkuasa dengan partai yang dikenal luas sebagai rival sengit mereka?
Pihak PDIP berdalih bahwa mereka tertarik karena faktor ketokohan Gus Yasin, panggilan akrab Yasin, anak dari salah satu sesepuh NU yang sangat dihormati di kalangan santri di seluruh Pulau Jawa. Potensi tambang suara seperti itu jelas tak akan dilewatkan oleh parpol sebesar PDIP.
Di sisi lain, naiknya pasangan Sudirman-Ida memunculkan pertanyaan tambahan: kenapa PDIP terkesan begitu paranoid? Publik Indonesia kadung mengetahui rekam jejak Sudirman Said ketika menduduki posisi sebagai Menteri ESDM. Kenapa pula Sudirman Said begitu percaya diri memilih Ida, yang ketokohannya di NU terbilang kurang begitu kuat?
Berbagai opini dan pendapat pun mengemuka. Yang paling kuat dan masuk akal, tingginya kepercayaan diri Sudirman-Ida karena dukungan solid dari istana. Ini berarti melibatkan seluruh komponen non-PDIP, yang bisa diartikan sebagai presiden, wakil presiden, serta para menteri yang berafiliasi dengan parpol selain partai yang mendukung Ganjar.
Bola salju kian menggelinding dan membesar. Publik Indonesia melihat bahwa kini kekuatan parpol pendukung pemerintah telah terbelah. Para fungsionaris Partai Golkar, baik yang masih ada keterkaitan langsung maupun tidak, tampak saling bergandengan tangan merapatkan barisan. Dengan cantik mereka berdiri di belakang parpol yang dikenal publik sebagai oposan pemerintah.
Permainan cantik lain datang di pemilihan Bupati dan Wali Kota. Sadar bahwa ikatan cair politik adalah keniscayaan, pihak-pihak yang bentrok di pilkada tingkat provinsi pun kembali bergandengan tangan di pilkada tingkat kabupaten/kota.
Tengok saja pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kudus, PDIP bersama Partai Demokrat, Golkar, dan PAN akan mengusung pasangan Masan-Noor Yasin. Untuk pilkada di Kabupaten Karanganyar, PDIP bersama PKB, Demokrat, Golkar, PAN, Hanura, dan PPP mengusung Juliyatmono-Rober Christanto. Pasangan Zaenal Arifin-Edi Cahyana diusung PDIP, PKB, PPP, PAN, dan Demokrat pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Magelang.
Pasangan Bambang Sukarno-Matoha diusung PDIP dan PKB pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Temanggung. Pasangan Achmad Husein-Sadewo Tri Lastiono diusung PDIP, Partai, Partai Nasdem pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyumas.
Pasangan Haron Bagas Prakosa-Drajat Adi Prayitno diusung PDIP, Demokrat, dan Nasdem pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tegal. Pada pilkada di Kota Tegal, PDIP akan mengusung pasangan Herujito-K.R.T. Sugono Adinagara.
Yang menarik, terlihat bahwa Partai Banteng tampak enggan untuk berkoalisi dengan dua partai oposisi, yakni Gerindra dan PKS. Apa yang sedang terjadi? Rumor yang menyebar adalah, di kedua parpol tersebut begitu kuat tercium aroma kekuatan politik Orde Baru, walaupun terjadi di belakang layar. Apakah benar begitu? Belum ada yang berani memastikan.
Benarkah kian serunya pergulatan politik di Jateng hanya karena pertempuran dua kekuatan lama, hanya gengsi masa lalu yang belum pudar? Tidak ada yang tahu. Namun, fakta berbicara lain, Musyawarah Rencana Pembangunan 2018 Provinsi Jateng menghasilkan 18.076 usulan dengan nilai anggaran kurang lebih Rp17,53 triliun.
Belasan ribu usulan pembangunan tersebut datang dari 35 kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Jateng. Usulan pembangunan itu datang dari sektor pembangunan nonfisik maupun fisik seperti infrastruktur jalan, fasilitas umum, hingga pengentasan kemiskinan di setiap wilayah.
Dengan kata lain, Jateng akan dibanjiri begitu banyak proyek yang tentunya bakal menjadi lahan basah bagi siapa pun yang berkuasa.
sumber

Pertarungan politik memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah diramalkan akan berlangsung seru. Bukan apa-apa, dua pasangan yang akhirnya maju berasal dari dua kekuatan politik terbesar.
Ganjar Pranowo, sang gubernur petahana, adalah representasi kekuatan partai politik (parpol) terbesar saat ini, PDIP. Ganjar akan berhadapan dengan Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikenal publik sebagai perpanjangan tangan Golkar melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pertarungan kian menarik dengan fakta bahwa keduanya memilih wakil dari kalangan Nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama): Taj Yasin mendampingi Ganjar, Ida Fauziyah berpasang dengan bakal calon gubernur Sudirman Said. Taj Yasin adalah putra tokoh NU, K.H. Maimoen Zubair, sedangkan Ida tercatat sebagai Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, selain pernah juga menduduki jabatan Ketua Umum Fattayat NU.
Hitung-hitungan politik, pasangan Ganjar-Yasin maju diusung koalisi PDIP, PPP, Nasdem, dan Demokrat. Rival kuat mereka diusung oleh koalisi PKB, Gerindra, PKS, dan PAN.
Fakta menarik lain yang terungkap adalah pasangan Ganjar-Yasin diusung oleh Partai Demokrat. Kepastian pemasangan keduanya disampaikan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (7/1/2018).
Publik Tanah Air kadung mengenal dan mengetahui bahwa antara Partai Demokrat dan PDIP selalu berseberangan, dan Jateng diketahui merupakan basis terkuat PDIP di Pulau Jawa. Pertanyaan yang mengemuka adalah, kenapa PDIP berkenan berbagi kesempatan berkuasa dengan partai yang dikenal luas sebagai rival sengit mereka?
Pihak PDIP berdalih bahwa mereka tertarik karena faktor ketokohan Gus Yasin, panggilan akrab Yasin, anak dari salah satu sesepuh NU yang sangat dihormati di kalangan santri di seluruh Pulau Jawa. Potensi tambang suara seperti itu jelas tak akan dilewatkan oleh parpol sebesar PDIP.
Di sisi lain, naiknya pasangan Sudirman-Ida memunculkan pertanyaan tambahan: kenapa PDIP terkesan begitu paranoid? Publik Indonesia kadung mengetahui rekam jejak Sudirman Said ketika menduduki posisi sebagai Menteri ESDM. Kenapa pula Sudirman Said begitu percaya diri memilih Ida, yang ketokohannya di NU terbilang kurang begitu kuat?
Berbagai opini dan pendapat pun mengemuka. Yang paling kuat dan masuk akal, tingginya kepercayaan diri Sudirman-Ida karena dukungan solid dari istana. Ini berarti melibatkan seluruh komponen non-PDIP, yang bisa diartikan sebagai presiden, wakil presiden, serta para menteri yang berafiliasi dengan parpol selain partai yang mendukung Ganjar.
Bola salju kian menggelinding dan membesar. Publik Indonesia melihat bahwa kini kekuatan parpol pendukung pemerintah telah terbelah. Para fungsionaris Partai Golkar, baik yang masih ada keterkaitan langsung maupun tidak, tampak saling bergandengan tangan merapatkan barisan. Dengan cantik mereka berdiri di belakang parpol yang dikenal publik sebagai oposan pemerintah.
Permainan cantik lain datang di pemilihan Bupati dan Wali Kota. Sadar bahwa ikatan cair politik adalah keniscayaan, pihak-pihak yang bentrok di pilkada tingkat provinsi pun kembali bergandengan tangan di pilkada tingkat kabupaten/kota.
Tengok saja pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kudus, PDIP bersama Partai Demokrat, Golkar, dan PAN akan mengusung pasangan Masan-Noor Yasin. Untuk pilkada di Kabupaten Karanganyar, PDIP bersama PKB, Demokrat, Golkar, PAN, Hanura, dan PPP mengusung Juliyatmono-Rober Christanto. Pasangan Zaenal Arifin-Edi Cahyana diusung PDIP, PKB, PPP, PAN, dan Demokrat pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Magelang.
Pasangan Bambang Sukarno-Matoha diusung PDIP dan PKB pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Temanggung. Pasangan Achmad Husein-Sadewo Tri Lastiono diusung PDIP, Partai, Partai Nasdem pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyumas.
Pasangan Haron Bagas Prakosa-Drajat Adi Prayitno diusung PDIP, Demokrat, dan Nasdem pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tegal. Pada pilkada di Kota Tegal, PDIP akan mengusung pasangan Herujito-K.R.T. Sugono Adinagara.
Yang menarik, terlihat bahwa Partai Banteng tampak enggan untuk berkoalisi dengan dua partai oposisi, yakni Gerindra dan PKS. Apa yang sedang terjadi? Rumor yang menyebar adalah, di kedua parpol tersebut begitu kuat tercium aroma kekuatan politik Orde Baru, walaupun terjadi di belakang layar. Apakah benar begitu? Belum ada yang berani memastikan.
Benarkah kian serunya pergulatan politik di Jateng hanya karena pertempuran dua kekuatan lama, hanya gengsi masa lalu yang belum pudar? Tidak ada yang tahu. Namun, fakta berbicara lain, Musyawarah Rencana Pembangunan 2018 Provinsi Jateng menghasilkan 18.076 usulan dengan nilai anggaran kurang lebih Rp17,53 triliun.
Belasan ribu usulan pembangunan tersebut datang dari 35 kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Jateng. Usulan pembangunan itu datang dari sektor pembangunan nonfisik maupun fisik seperti infrastruktur jalan, fasilitas umum, hingga pengentasan kemiskinan di setiap wilayah.
Dengan kata lain, Jateng akan dibanjiri begitu banyak proyek yang tentunya bakal menjadi lahan basah bagi siapa pun yang berkuasa.
sumber




tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
15.7K
7
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan