[img]jonru-ginting[/img]

Law-Justice.co - Jon Riah Ukur Ginting alias Jonru Ginting terdakwa kasus ujaran kebencian, menuding dakwaan jaksa ngawur alias obscuur libel.

Keberatan Jonru diungkap pengacaranya, Djudju Purwantoro, dalam pesan singkatnya pada law-justice.co, Senin (15/1/2018), di Jakarta.

"Banyak kesalahan formil yang dilanggar oleh jaksa dalam menyusun dakwaan. Di antaranya, penerapan pasal yang saling bertentangan satu sama lain," kata Djudju.

Ia melanjutkan, kontradiksi itu terlihat dari dakwaan kesatu dan dakwaan kedua yang menggunakan ketentuan khusus. Sedangkan dakwaan kesatu dan kedua merupakan lex specialis dari dakwaan ketiga.

Jaksa mengganjar Jonru dengan ketentuan peraturan khusus yaitu Pasal 28 Ayat (2) jo dan pasal 45A Ayat (2) UU ITE. Dakwaan kedua menerapkan Pasal 4 huruf b angka 1 jo pasal 16 UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Tetapi pada dakwaan ketiga jaksa menerapkan pasal 156 KUHP.

Agenda sidang yang sudah berlangsung untuk kedua kali ini, membacakan nota keberatan pihak terdakwa.

"Jaksa memanipulasi peristiwa dalam uraian dakwaannya, di sana tertulis suatu percakapan antara Akbar Faisal dengan Jonru pada acara ILC tentang asal usul orang tua Jokowi yang kemudian dijadikan suatu tindak pidana oleh jaksa. Tetapi jaksa tidak menyantumkan locus dellicti pada uraian dakwaan. Kejadian berlangsung di acara ILC (Indonesia Lawyer Club) yang dilaksanakan di Hotel Borobudur Jakarta Pusat. Anehnya jaksa tidak memasukan lokasi acara ILC tersebut,” jelas Djudju.

Jonru dilaporkan Muannas Al Aidid lantaran diduga menyebarkan ujaran kebencian di media sosial. Muannas membeberkan bukti yang ia miliki yakni screenshot unggahanJonru di media sosialnya dari Maret hingga Agustus 2017. Menurut Muannas, unggahan itu lebih dari cukup untuk memperkarakan Jonru secara hukum.
(Adrian Syahalam\Reko Alum)