BUNGA pinjaman dari Bank DKI kepada pelaku usaha di program OK OCE sebesar 13% dinilai terlalu tinggi.
Ketua Perkumpulan Gerakan OK OCE Faransyah Jaya menuturkan, pihaknya masih berupaya menemukan titik kesepakatan untuk bunga yang terjangkau bagi para pengusaha mikro baru.
"Apa yang diuntungkan dari pelatihan OK OCE? Bunganya saja 13%. Jadi mana sanggup pelaku usaha meminjam modal dari Bank DKI dan Jamkrida dengan bunga segitu. Kalah dengan bank swasta," kata anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nurafni Sajim dari Fraksi Demokrat-PAN di Jakarta, Selasa (9/1).
Menurut dia, bank lain justru bisa memberikan modal dengan bunga yang lebih kecil, dengan rentang 7% hingga 9%. Padahal, bank tersebut merupakan bank-bank swasta. Ia menuturkan besaran bunga itu diketahuinya saat memantau pelatihan OK OCE di kawasan Jakarta Barat. Afni mengkhawatirkan besaran bunga itu memberatkan pelaku usaha baru dengan skala kecil menengah.
"Lalu bagaimana nanti kalau ada yang mau buka usaha nasi uduk dikenakan bunga 13%? Ya jelas enggak sanggup," tambah Afni.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas KUMKMP DKI Jakarta Irwandi menyampaikan Pemprov DKI Jakarta tidak hanya akan bekerja sama dengan BUMD DKI Jakarta terkait permodalan. Rencananya, Pemprov juga akan menggandeng Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi dan UKM sebagai lembaga yang menyediakan pinjaman modal dengan bunga lebih rendah.
"Kalau memang ada permodalan yang bunganya bisa lebih murah, kenapa enggak? Jadi, enggak perlu harus istilahnya sama Bank DKI. Kami akan kerja sama dengan LPDB Kementerian Koperasi, itu lebih di bawah dari bank dan prosedurnya lebih gampang," ujar Irwandi seusai rapat.
Bank DKI belum mengkonfirmasi besaran bunga tersebut. Namun, Faransyah Jaya menuturkan pihaknya belum memiliki kesepakatan dengan Bank DKI, terkait skema permodalan khusus pengusaha dari program OK OCE. Angka 13% tersebut merupakan besaran bunga yang biasa diberikan Bank DKI.
"Skema khusus OK-OCE dari Bank DKI belum ada, yang disampaikan masih bunga yang biasa mereka berikan. Memang saya sih mau ketemu pihak Bank DKI minggu depan. Jadi kita mau omongin mau ada skema khusus, cicilan apa gimana," ujar Faransyah saat dihubungi.
Ia mengakui besaran bunga 13% tidak kompetitif untuk pengusaha kecil menengah. Pihaknya masih mengupayakan mencari opsi lain atau menyepakati skema cicilan yang lebih ringan bagi para pengusaha UMKM.
Faransyah menargetkan besaran bunga yang didapat bisa berkisar 5%-6% dan masih memprioritaskan permodalan bisa difasilitasi oleh Bank DKI, di samping juga menggaet pihak-pihak lain.
Selama ini, pihaknya telah berkomunikasi dengan Bank DKI ihwal skema pinjaman program OK OCE. Hanya saja belum ditemui kesepakatan. Faransyah enggan menuturkan penyebab belum sepakatnya kedua belah pihak.
"Mudah-mudahan akhir bulan ini sudah ada kesepakatan," tambahnya.
Dalam gerakan OK OCE, Pemprov DKI juga merekrut tenaga pendamping sebanyak 178 orang yang tersebar di seluruh kecamatan. Pendamping bertugas mengurusi hal-hal administratif, seperti menjaring para pelaku usaha, menghimpun data-data mereka, serta mengundang mereka untuk mengikuti pelatihan.
Pendamping berbeda dengan narasumber. Mereka digaji setara upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta, yakni sebesar Rp3,6 juta. Namun, di luar itu, pendamping juga mendapatkan biaya operasional yang bisa mencapai Rp5,5 juta per bulan di luar gaji pokok.
"Dia kan akan ada biaya transportasi, alat tulis kantor, fotokopi, konsumsi," ungkap Irwandi.
Dana operasional akan diturunkan sesuai pengajuan kebutuhan para pendamping. Ajuan itu kemudian akan disetujui terlebih dulu oleh suku dinas. Pertanggung jawabannya disampaikan melalui laporan tertulis. (OL-4)
http://www.mediaindonesia.com/news/read/139967/dikritik-bunga-permodalan-ok-oce-sebesar-13/2018-01-09


hehehehe