- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Limapuluh Ribu Tahun Berdiri? Agan Kuat?


TS
paijoo.paijem
Limapuluh Ribu Tahun Berdiri? Agan Kuat?
Sanggupkah kita menghadapinya?????
=====
sayangnya masih ada dan mungkin banyak di antara saudara2 muslim kita, semoga Alloh memberi hidayah kepadanya dan kita semua... gak sanggup untuk berdiri hanya sekedar 10 menit 5 x dalam sehari
==========
Mahsyar, Sebuah Penantian Yang Panjang
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada RasulallahShalallahu’alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan AllahShubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Diantara perkara besar yang akan terjadi pada hari kiamat ialah berkumpulnya seluruh makhluk di padang Mahsyar untuk menunggu diputuskan perkara yang dulu pernah terjadi diantara mereka, dengan waktu begitu lama dan dalam kondisi yang mencekam. Allah ta’ala mensifati hari tersebut dengan hari berkumpulnya manusia, seperti yang ada dalam firman -Nya:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلناسُ لِرَب ٱلۡعلَمِينَ ٦﴾ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. (QS al-Muthafifin: 6).
Al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan kondisi berdirinya mereka pada waktu itu: “Mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan, pada tempat yang sulit, cemas, serta sempit bagi pendosa, seluruhnya meliputi mereka dengan perintah Allah, dan semuanya tidak mampu menolaknya, baik yang kuat maupun yang lemah”. [1]
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam tafsir firman Allah:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلناسُ لِرَب ٱلۡعلَمِينَ ٦﴾ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. (QS al-Muthafifin: 6).
Beliau mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَقُومُ أَحَدُهُمْ فِى رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ» [أخرجه البخاري و مسلم]
“Salah seorang diantara mereka berdiri dengan keringatnya yang sampai separoh telinganya“. HR Bukhari no: 6531. Muslim no: 2862.
Dalam hadits lain, masih riwayat Bukhari dan Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَعْرَقُ الناسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ» [أخرجه البخاري و مسلم]
“Kelak pada hari kiamat manusia akan berkeringat sampai kiranya kalau dikumpulkan dimuka bumi, keringatnya sampai tujuh puluh hasta. Dan menenggelamkan mereka sampai ke telinganya“. HR Bukhari no: 6532. Muslim no: 2863.
Adapun keringat masing-masing orang itu sesuai dengan tingkat amal mereka ketika didunia. Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan: “Aku pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «تُدْنَى الشمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ ». قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ فَوَاللهِ مَا أَدْرِى مَا يَعْنِى بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الذِى تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ. قَالَ « فَيَكُونُ الناسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ». قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Matahari akan didekatkan kelak pada hari kiamat kepada makhluk sampai ada diantara mereka yang seukuran satu mil”. Berkata Sulaim bin Amir -salah seorang rawi hadits ini-: “Demi Allah, aku tidak tahu satu mil yang dimaksud, apakah ukuran yang ada didunia, atau mil sejauh mata memandang”.
Dalam lanjutan hadits, Nabi bersabda: “Dan manusia pada saat itu sesuai dengan kadar amalannya dalam berkeringat. Diantara mereka ada yang sampai (menutupi) mata kaki, ada yang keringatnya sampai kebetis, dan ada diantara mereka yang keringatnya sampai menutupi leher, dan ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri”. Kata salah seorang rawinya: ‘Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah mulut’. HR Muslim no: 2863.
Ibnu Abi Jamrah menjelaskan: ‘Diantara mereka yang paling banyak keringatnya ialah orang-orang kafir lalu setelahnya para pelaku dosa besar dan yang berada dibawahnya. Adapun orang muslim maka mereka jumlahnya sedikit dibanding dengan orang kafir”. [2]
Didalam syarah hadits diatas al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan: ‘Bagi siapa yang memperhatikan keadaan yang disebutkan dalam hadits tadi maka dirinya mengetahui betapa besar kondisi yang akan terjadi pada hari kiamat. Sebab api neraka akan menyelimuti negeri mauqif. Matahari akan didekat kan diatas kepala-kepala mereka sejauh satu mil. Lantas bagaimana panasnya kondisi tempat tersebut. ditambah dengan hadits yang menjelaskan masing-masing orang akan berkeringat sampai ada yang keringatnya sampai tujuh puluh hasta, bersamaan dengan itu dirinya tidak menjumpai tempatnya melainkan hanya sebatas tempat berdirinya. Terus bagaimana dengan keadaan mereka bersama keringatnya yang berbeda-beda kondisinya. Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang menerangi akal, dan menunjukkan betapa agungnya kondisi pada saat itu, yang mengandung keimanan pada hari akhir, sedangkan akal tidak boleh ikut andil dalam menghukumi, baik dengan menabrakkan pada perumpamaan, akal-akalan dan kejadian yang biasa dia lihat.
Namun, hal itu hanya butuh satu kata ‘menerima’ karena masuk dalam lingkup keimanan dengan perkara ghaib, dan bagi siapa yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini maka hal itu menunjukkan tentang kerugian serta diharamkan ilmu baginya. Karena salah satu faidah dari hadits seperti ini ialah supaya orang yang mendengarnya untuk berhati-hati lalu mengambil sebab yang bisa menyelamatkan dirinya dari kondisi tersebut. Bersegera untuk bertaubat dari dosa, dan kembali kepada Dzat Yang Maha Pemurah didalam pertolongan -Nya sebagai sebab yang bisa menyelamatkan, merendah kepada -Nya agar selamat dari negeri kesulitan dan dimasukkan kedalam negeri kemulian dengan sebab karunia dan anugerah -Nya”. [3]
Dan berdiri dalam kondisi seperti ini yang sangat mencekam serta susah bagi manusia, hal ini masih ditambah dengan kondisi waktu yang sangat lama yaitu selama lima puluh ribu tahun.
Al-Hafidh Ibnu Katsir mengatakan: “Didalam sebuah hadits dijelaskan bahwa mereka kelak akan berdiri selama tujuh puluh tahun dalam keadaan tidak berbicara sedikitpun. Ada yang mengatakan mereka berdiri selama tiga ratus tahun. Ada lagi yang mengatakan mereka berdiri selama empat ribu tahun, setelah itu baru diputuskan perkara mereka seukuran sepuluh ribu tahun. Allah ta’ala menjelaskan akan hal itu melalui firman -Nya:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلروحُ وَٱلۡمَلٓئِكَةُ صَفاۖ لا يَتَكَلمُونَ إِلا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرحۡمنُ وَقَالَ صَوَابٗا ٣٨ ذلِكَ ٱلۡيَوۡمُ ٱلۡحَقۖ فَمَن شَآءَ ٱتخَذَ إِلَىٰ رَبهِۦ مَابًا ٣٩﴾ [النبأ: 38-39]
“Pada hari, ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”. (QS an-Naba’: 38-39).
Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Mu’jamul Kabir sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يجمع الله الأولين والآخرين لميقات يوم معلوم قياما أربعين سنة شاخصة أبصارهم إلى السماء ينتظرون فصل القضاء» [أخرجه الطبراني]
“Allah akan mengumpulkan dari makhluk pertama hingga terakhir pada hari yang telah ditentukan, mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya pandangannya tegak melihat ke langit menunggu Allah untuk memutuskan perkara..”. HR ath-Thabarani 9/357 no: 9763. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih Targhib wa Tarhib 3/418 no: 3591.
Dalam hadits lain juga dijelaskan durasi zaman yang pada waktu itu, disebutkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضةٍ لاَ يُؤَدى مِنْهَا حَقهَا إِلا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِما إِلَى الْجَنةِ وَإِما إِلَى النارِ» [أخرجه مسلم]
“Tidaklah seorang yang punya emas dan perak lalu tidak menunaikan hak keduanya, melainkan kelak pada hari kiamat akan diberikan padanya lempengan logam dari api neraka, lantas dicelupkan kedalam neraka Jahanam, selanjutnya digosokkan pada tulang rusuk, kening serta punggungnya, dan tiap kali menjadi dingin maka dicelupkan lagi, pada hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, (itu terjadi) hingga diputuskan perkara hamba, maka dirinya sudah melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka“. HR Muslim no: 987.
Ibnu Abi Hatim membawakan sebuah hadits yang sanadnya sampai pada Ibnu Abbas, tentang makna firman Allah ta’ala:
﴿فِي يَوۡمٖ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٖ ٤﴾ [المعارج : 4]
“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. (QS al-Ma’aarij: 4).
Beliau mengatakan: ‘Yaitu pada hari kiamat”. Sanadnya shahih sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafidh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 14/127.
Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari sempit serta susahnya pada hari tersebut. sebagaimana yang tertera dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari haditsnya Rabi’ah al-Jarasy radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
«سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ يَقُولُ إِذَا قَامَ مِنْ الليْلِ وَبِمَ كَانَ يَسْتَفْتِحُ قَالَتْ كَانَ يُكَبرُ عَشْرًا وَيُسَبحُ عَشْرًا وَيُهَللُ عَشْرًا وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا وَيَقُولُ اللهُم اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي عَشْرًا وَيَقُولُ اللهُم إِني أَعُوذُ بِكَ مِنْ الضيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ عَشْرًا» [أخرجه أحمد]
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Do’a Apakah yang biasa Rasulallah panjatkan pada saat sholat malam? Dan dengan bacaan seperti apa biasa beliau membuka do’anya? Maka Aisyah menjawab: “Adalah beliau biasa mengucapkan takbir (Allahu akbar) sepuluh kali, tasbih (Subhanallah) sepuluh kali, tahlil (La ilaha ilallah) sepuluh kali, istighfar sepuluh kali. Kemudian beliau berdo’a: “Ya Allah ampunilah diriku, berilah aku petunjuk dan rizki”. Sebanyak sepuluh kali, lalu ditutup dengan do’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada –Mu dari sempitnya pada hari pembalasan”. Sebanyak sepuluh kali”. HR Ahmad 42/37-38 no: 25102.
https://albayyinahgriya.wordpress.co...adang-mahsyar/
=====
sayangnya masih ada dan mungkin banyak di antara saudara2 muslim kita, semoga Alloh memberi hidayah kepadanya dan kita semua... gak sanggup untuk berdiri hanya sekedar 10 menit 5 x dalam sehari
==========
Mahsyar, Sebuah Penantian Yang Panjang
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada RasulallahShalallahu’alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan AllahShubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Diantara perkara besar yang akan terjadi pada hari kiamat ialah berkumpulnya seluruh makhluk di padang Mahsyar untuk menunggu diputuskan perkara yang dulu pernah terjadi diantara mereka, dengan waktu begitu lama dan dalam kondisi yang mencekam. Allah ta’ala mensifati hari tersebut dengan hari berkumpulnya manusia, seperti yang ada dalam firman -Nya:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلناسُ لِرَب ٱلۡعلَمِينَ ٦﴾ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. (QS al-Muthafifin: 6).
Al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan kondisi berdirinya mereka pada waktu itu: “Mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak berkhitan, pada tempat yang sulit, cemas, serta sempit bagi pendosa, seluruhnya meliputi mereka dengan perintah Allah, dan semuanya tidak mampu menolaknya, baik yang kuat maupun yang lemah”. [1]
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam tafsir firman Allah:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلناسُ لِرَب ٱلۡعلَمِينَ ٦﴾ [المطففين]
“(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”. (QS al-Muthafifin: 6).
Beliau mengatakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَقُومُ أَحَدُهُمْ فِى رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ» [أخرجه البخاري و مسلم]
“Salah seorang diantara mereka berdiri dengan keringatnya yang sampai separoh telinganya“. HR Bukhari no: 6531. Muslim no: 2862.
Dalam hadits lain, masih riwayat Bukhari dan Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يَعْرَقُ الناسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُلْجِمُهُمْ حَتى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ» [أخرجه البخاري و مسلم]
“Kelak pada hari kiamat manusia akan berkeringat sampai kiranya kalau dikumpulkan dimuka bumi, keringatnya sampai tujuh puluh hasta. Dan menenggelamkan mereka sampai ke telinganya“. HR Bukhari no: 6532. Muslim no: 2863.
Adapun keringat masing-masing orang itu sesuai dengan tingkat amal mereka ketika didunia. Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Miqdad bin al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan: “Aku pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «تُدْنَى الشمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ ». قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ فَوَاللهِ مَا أَدْرِى مَا يَعْنِى بِالْمِيلِ أَمَسَافَةَ الأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الذِى تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ. قَالَ « فَيَكُونُ الناسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِى الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا ». قَالَ وَأَشَارَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ » [أخرجه البخاري و مسلم]
“Matahari akan didekatkan kelak pada hari kiamat kepada makhluk sampai ada diantara mereka yang seukuran satu mil”. Berkata Sulaim bin Amir -salah seorang rawi hadits ini-: “Demi Allah, aku tidak tahu satu mil yang dimaksud, apakah ukuran yang ada didunia, atau mil sejauh mata memandang”.
Dalam lanjutan hadits, Nabi bersabda: “Dan manusia pada saat itu sesuai dengan kadar amalannya dalam berkeringat. Diantara mereka ada yang sampai (menutupi) mata kaki, ada yang keringatnya sampai kebetis, dan ada diantara mereka yang keringatnya sampai menutupi leher, dan ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri”. Kata salah seorang rawinya: ‘Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah mulut’. HR Muslim no: 2863.
Ibnu Abi Jamrah menjelaskan: ‘Diantara mereka yang paling banyak keringatnya ialah orang-orang kafir lalu setelahnya para pelaku dosa besar dan yang berada dibawahnya. Adapun orang muslim maka mereka jumlahnya sedikit dibanding dengan orang kafir”. [2]
Didalam syarah hadits diatas al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan: ‘Bagi siapa yang memperhatikan keadaan yang disebutkan dalam hadits tadi maka dirinya mengetahui betapa besar kondisi yang akan terjadi pada hari kiamat. Sebab api neraka akan menyelimuti negeri mauqif. Matahari akan didekat kan diatas kepala-kepala mereka sejauh satu mil. Lantas bagaimana panasnya kondisi tempat tersebut. ditambah dengan hadits yang menjelaskan masing-masing orang akan berkeringat sampai ada yang keringatnya sampai tujuh puluh hasta, bersamaan dengan itu dirinya tidak menjumpai tempatnya melainkan hanya sebatas tempat berdirinya. Terus bagaimana dengan keadaan mereka bersama keringatnya yang berbeda-beda kondisinya. Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang menerangi akal, dan menunjukkan betapa agungnya kondisi pada saat itu, yang mengandung keimanan pada hari akhir, sedangkan akal tidak boleh ikut andil dalam menghukumi, baik dengan menabrakkan pada perumpamaan, akal-akalan dan kejadian yang biasa dia lihat.
Namun, hal itu hanya butuh satu kata ‘menerima’ karena masuk dalam lingkup keimanan dengan perkara ghaib, dan bagi siapa yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini maka hal itu menunjukkan tentang kerugian serta diharamkan ilmu baginya. Karena salah satu faidah dari hadits seperti ini ialah supaya orang yang mendengarnya untuk berhati-hati lalu mengambil sebab yang bisa menyelamatkan dirinya dari kondisi tersebut. Bersegera untuk bertaubat dari dosa, dan kembali kepada Dzat Yang Maha Pemurah didalam pertolongan -Nya sebagai sebab yang bisa menyelamatkan, merendah kepada -Nya agar selamat dari negeri kesulitan dan dimasukkan kedalam negeri kemulian dengan sebab karunia dan anugerah -Nya”. [3]
Dan berdiri dalam kondisi seperti ini yang sangat mencekam serta susah bagi manusia, hal ini masih ditambah dengan kondisi waktu yang sangat lama yaitu selama lima puluh ribu tahun.
Al-Hafidh Ibnu Katsir mengatakan: “Didalam sebuah hadits dijelaskan bahwa mereka kelak akan berdiri selama tujuh puluh tahun dalam keadaan tidak berbicara sedikitpun. Ada yang mengatakan mereka berdiri selama tiga ratus tahun. Ada lagi yang mengatakan mereka berdiri selama empat ribu tahun, setelah itu baru diputuskan perkara mereka seukuran sepuluh ribu tahun. Allah ta’ala menjelaskan akan hal itu melalui firman -Nya:
﴿يَوۡمَ يَقُومُ ٱلروحُ وَٱلۡمَلٓئِكَةُ صَفاۖ لا يَتَكَلمُونَ إِلا مَنۡ أَذِنَ لَهُ ٱلرحۡمنُ وَقَالَ صَوَابٗا ٣٨ ذلِكَ ٱلۡيَوۡمُ ٱلۡحَقۖ فَمَن شَآءَ ٱتخَذَ إِلَىٰ رَبهِۦ مَابًا ٣٩﴾ [النبأ: 38-39]
“Pada hari, ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”. (QS an-Naba’: 38-39).
Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Mu’jamul Kabir sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «يجمع الله الأولين والآخرين لميقات يوم معلوم قياما أربعين سنة شاخصة أبصارهم إلى السماء ينتظرون فصل القضاء» [أخرجه الطبراني]
“Allah akan mengumpulkan dari makhluk pertama hingga terakhir pada hari yang telah ditentukan, mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya pandangannya tegak melihat ke langit menunggu Allah untuk memutuskan perkara..”. HR ath-Thabarani 9/357 no: 9763. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih Targhib wa Tarhib 3/418 no: 3591.
Dalam hadits lain juga dijelaskan durasi zaman yang pada waktu itu, disebutkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضةٍ لاَ يُؤَدى مِنْهَا حَقهَا إِلا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِما إِلَى الْجَنةِ وَإِما إِلَى النارِ» [أخرجه مسلم]
“Tidaklah seorang yang punya emas dan perak lalu tidak menunaikan hak keduanya, melainkan kelak pada hari kiamat akan diberikan padanya lempengan logam dari api neraka, lantas dicelupkan kedalam neraka Jahanam, selanjutnya digosokkan pada tulang rusuk, kening serta punggungnya, dan tiap kali menjadi dingin maka dicelupkan lagi, pada hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, (itu terjadi) hingga diputuskan perkara hamba, maka dirinya sudah melihat jalannya, apakah ke surga atau ke neraka“. HR Muslim no: 987.
Ibnu Abi Hatim membawakan sebuah hadits yang sanadnya sampai pada Ibnu Abbas, tentang makna firman Allah ta’ala:
﴿فِي يَوۡمٖ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٖ ٤﴾ [المعارج : 4]
“Dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. (QS al-Ma’aarij: 4).
Beliau mengatakan: ‘Yaitu pada hari kiamat”. Sanadnya shahih sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafidh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 14/127.
Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari sempit serta susahnya pada hari tersebut. sebagaimana yang tertera dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari haditsnya Rabi’ah al-Jarasy radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
«سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ يَقُولُ إِذَا قَامَ مِنْ الليْلِ وَبِمَ كَانَ يَسْتَفْتِحُ قَالَتْ كَانَ يُكَبرُ عَشْرًا وَيُسَبحُ عَشْرًا وَيُهَللُ عَشْرًا وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا وَيَقُولُ اللهُم اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي عَشْرًا وَيَقُولُ اللهُم إِني أَعُوذُ بِكَ مِنْ الضيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ عَشْرًا» [أخرجه أحمد]
“Aku pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Do’a Apakah yang biasa Rasulallah panjatkan pada saat sholat malam? Dan dengan bacaan seperti apa biasa beliau membuka do’anya? Maka Aisyah menjawab: “Adalah beliau biasa mengucapkan takbir (Allahu akbar) sepuluh kali, tasbih (Subhanallah) sepuluh kali, tahlil (La ilaha ilallah) sepuluh kali, istighfar sepuluh kali. Kemudian beliau berdo’a: “Ya Allah ampunilah diriku, berilah aku petunjuk dan rizki”. Sebanyak sepuluh kali, lalu ditutup dengan do’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada –Mu dari sempitnya pada hari pembalasan”. Sebanyak sepuluh kali”. HR Ahmad 42/37-38 no: 25102.
https://albayyinahgriya.wordpress.co...adang-mahsyar/
0
710
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan