ahkazoros.23Avatar border
TS
ahkazoros.23
Secangkir Ampas Kopi
Seperti biasa, kopi pagi telah menemani, kubuka pikiran baru bersama datangnya sang mentari.
Mencium aromanya, memanjakan lidah dengan rasanya, membuatku membuka mata dan kusadari pahitnya hati yg sedang merasa.
Entah rasa apapun itu.

Aku selalu merasa lemah dihadapanmu, namun kurasa lebih lemah lagi tanpa adanya dirimu.
Aku hanya manusia cupu yg hidup dalam pengapnya kotak bernama kamar, berselancar dibawah internet yang terkoneksi, tapi tak pernah membangun nyata koneksi.

Kembali tentang dirimu, oh mungkin lebih tepatnya tentang mereka.
Entah kenapa saya terlalu mudah nyaman dengan mereka, tak jarang sering tiba2 jatuh hati tanpa direncana.
Kadang holang dan berganti, tak jarang sering kembali lagi.
Aku hanya anak cupu yang sedang mencoba bekerja, menikmati kerasnya nafas ibukota. Dan kamu-kamu hadir sebagai pelengkapnya, menghadirkan rasa yang entah apa.
Mungkin ini rasa biasa saja, nyaman layaknya seorang teman. Namun selalu saja otak saya kurang tepat menyikapinya, ditambah imaji yang mengamininya.

Entah seperti apa, dalam suatu saat saya rasa saya mudah bergaul saja. Mengalir dalam aliran canda tawa.
Tapi kadang saya menjadi pendiam, pemalu, bahkan minder dengan siapapun didekatnya.

Aku pemuda, sudah tak sebentar hidup di ibukota. Dan semakin waktu berjalan, aku semakin menyadarinya. Aku hanyalah anak desa, yang masih belum bisa menyesuaikan diri dengan ibukota, pun aku seperti pemuda di tahun-tahun berdasawarsa lusa, tak bisa bergaya, tak terlalu peduli dengan penampilan.
Jangan salah, aku juga tak terlalu berwawasan.

Ya, aku memang anak cupu, yang hidup dibawah bayang bendera imaji rasa, menganggap suatu tampak berbeda, padahal itu hal yang lumrah saja. Ya tentu saja tentang dirimu, dan tentang semua orang yang buatku nyaman itu.
Aku seperti seorang yang tak hidup di zamannya, bak reinkarnasi manusia yang terbiasa hidup dalam goa. Sayangnya aku tak dapat berbuat apa-apa, dan dengan kesadaran penuh aku mengakuinya bahwa aku masih sepenuhnya berfikiran men-desa

Kusisakan ampas kopi di cangkirnya, kuputuskan tuk menutup lagi mata.
Tak peduli berapa waktu lagi lamanya, aku hanya ingin seperti ini saja.
0
888
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan