Sejak menjadi Walikota Surakarta, kemudian Gubernur DKI Jakarta dan terakhir terpilih menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia, gaya hidup dan kehidupan Presiden Joko Widodo sama sekali tidak berubah.

Meski telah menjadi pemimpin negara, Ia tetap pribadi yang "menginjak bumi dan tidak melangit". Hal itu sangat berbeda dengan kultur pejabat yang selama ini hidup dengan bermewah-mewahan.

Kesederhanaan yang ditampilkannya Presiden Jokowi itu ternyata menginspirasi warga mancanegara, seperti yang pernah diberitakan media di China beberapa waktu lalu. Mereka pada umumnya sangat kagum dengan kesederhanaan pemimpin Indonesia tersebut.

Warga China heran bagaimana seorang Presiden dari sebuah negara yang berpenduduk 250 juta mengadakan acara pernikahan putrinya dengan sangat sederhana. Tak hanya itu, mereka juga kagum dengan pakaian kerja Jokowi yang hanya mengenakan baju putih digulung dan celana hitam, tetapi menghasilkan kemajuan yang cukup pesat bagi bangsa dan negaranya.

Mereka juga terinspirasi gaya Presiden Jokowi yang sangat dekat dengan rakyatnya, bahkan mau bersalaman dengan warga biasa. Namun di saat yang tak berselang lama, Presiden RI itu 'berani' berbicara dengan gaya yang 'santai' kepada pemimpin negara adidaya, Donald Trump.

Semua itu membuat warga China sangat terinspirasi dengan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi.

Namun ironisnya, kesederhanaan Presiden Jokowi yang mengundang decak kagum masyarakat internasional itu, seperti tak ada 'baunya' di dalam negeri sendiri. Justru sebaliknya, banyak warga negara Indonesia yang menilai negatif perilaku sederhana Presiden Jokowi. Mereka menyebutkan bahwa gaya sederhana Jokowi itu hanyalah pencitraan.

Namun bila kita pikir, jika semua itu pencitraan apakah mampu akan bertahan berpuluh-puluh tahun dengan pola yang sama? Kesederhanaan yang ditampilkan Presiden Jokowi itu sudah ditampilkan dari dulu, yakni sejak menjadi pemimpin kota madya.

Tak masuk akal bila pencitraan ditampilkan selama berpuluh-puluh tahun. Sebenarnya itu mengafirmasi bahwa kesederhanaan tersebut tak lebih dari sebuah sifat bawaannya atau karakter pribadinya Presiden Jokowi.

Kesederhanaan sebagai sebuah karakter pribadi merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin. Dengan sifat tersebut, ia bisa memberikan teladan secara nyata pada warganya.

Bahwa antara pemimpin dan yang dipimpin itu pada dasarnya tidak berjarak. Ia manunggal dan satu kesatuan yang utuh.

Mereka yang bisa hidup sederhana meskipun memiliki kekuasaan yang besar pada dasarnya merupakan seseorang yang 'kaya'. Ia adalah kaya akan aspek spiritualnya.

Para pemimpin yang hebat di dunia itu selalu memiliki sifat yang sederhana. Di hadapan rakyat, Ia dinilai tidak atas agamanya, melainkan karena sifat/karakter pribadinya yang sederhana.

Seperti, Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi semua pemimpin di jazirah Arab bukan karena Islamnya saja, tapi juga karena sikap hidupnya yang sederhana dan rendah hati.

Nelson Mandela dan Luther King bisa menghancurkan gerakan Apartheid dan perbudakan yang dikawal senjata dan serdadu, bukan karena agamanya tapi karena kesederhanaannya.

Mahatma Gandhi bisa mengalahkan Inggris yang dikawal senjata modern dan serdadu terlatih, kemudian bisa memerdekakan India bukan karena agamanya tapi kesederhanaan.

Mari kita teladani sifat para pemimpin yang sederhana di atas. Kita juga harus bersyukur karena Indonesia kini telah dianugerahkan oleh Tuhan seorang pemimpin yang sederhana.

Meski gayanya sederhana, hasil kerjanya ternyata tak bisa disebut sederhana begitu saja.