Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anaknyasuheriAvatar border
TS
anaknyasuheri
Suara Etnis Batak Bakal Terpecah di Pilgubsu 2018
Dinamika politik di Sumatera Utara (Sumut) jelang pendaftaran para calon Gubernur Sumatera Utara pada 8 Januari 2018 mendatang diyakni bergerak cepat. Saling tarik-menarik dukungan dan juga kejutan munculnya sosok mantan Gubernur DKI Jarot Saiful Hidayat merupakan bukti nyata masih sangat kuatnya intervensi politik pusat terhadap politik lokal.

"Kalau kita lihat konstelasi politik yang terjadi di Sumut ini bukanlah hal yang baru khususnya saat mau dekat-dekat pendaftaran calon. Ini merupakan strategi politik untuk mendapat respon dari para calon dan juga analisis mereka terhadap perubahan-perubahan politik yang ada. Tapi yang menjadi persoalan ini akan melemaskan para kader politik lokal karena intervensi pusat masih sangat besar. Tidak hanya menentukan calonnya, tetapi elit-elit pusat bisa mencari orang diluar daerah tersebut sebagai calon," ujar Pengamat Politik dan Pemerintahan Sumatera Utara Dr Warjio, Jumat (05/01/2018).

Fenomena itu, lanjut Warjio, menjadi sinyal bahwa pusat tidak rela terhadap orang-orang di daerah dan menempatkan diri mereka sebagai kekuatan yang sangat besar sekali. Selain itu lanjut Warjio dinamika politik yang begitu cepat berubah juga dapat dipengaruhi oleh perkembangan politik di daerah. Warjio mencontohkan, meskipun PDIP sudah mencalonkan Jarot sebagai calon Gubernur Sumut namun mereka belum menentukan pendampingnya. Dinamika ini tentunya bukan saja karena persoalan ekonomi politik tetapi juga faktor lain khususnya dukungan dari kelompok-kelompok tertentu.

Lebih lanjut dikatakan Warjio, terjadinya pergeseran dukungan partai politik tidak lepas dari kekuatan keuangan para calon. Karena hingga saat ini Pilkada masih ditentukan seberapa besar kemampuan keuangan para calon. Calon yang memiliki keuangan yang baik tentu bisa mengatur kepentingan strategi politik dan partai pengusung. Apalagi Sumut secara ekonomi politik dinilai sangat besar dan bisa menarik para investor-investor politik untuk bermain dengan para calon dan bekerjasama dengan partai politik.

"Jumlahnya pasti cukup besar. Dan ini tentu ini akan menjadi persoalan. Buktinya orang yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei-survei yang ada seperti Tengku Erry malah nasibnya belum jelas. Mungkin juga karena basis politiknya lemah dan itu tentu merupakan kekurangan dia. Ditambah lagi dengan perubahan politik nasional. Misalnya partai Golkar sebelumnya mendukung dia, tapi informasi bakal bergeser karena ketua umum sebelumnya tersangkut persoalan hukum. Saya kira Ketua Golkar yang baru juga ingin menujukan cakarnya dimata publik dan dimata calon. Saya kira dia juga tidak akan melepaskan kesempatan itu. Dan lagi khusus Golkar saat ini juga dicengkram oleh rezim sekarang sehingga keputusan cukup sulit kepada calon tertentu untuk bisa berpegang kepada keputusan Ketum yang lama,"terang Warjio.

Dengan kondisi yang ada saat ini, sambung Warjio, calon Gubernur Sumut Edy Ramayadi dinilai berada posisi yang lebih menguntungkan karena diusung oleh Koalisi Merah Putih (KMP) yang masih solit yakni Gerindra dan PKS. Apalagi sejauh ini Gerindra dan PKS masih memiliki komitmen untuk mengusung putra daerah yang tentunya memiliki dampak yang baik buat calon. Dan isu putra daerah ini diyakini Warjio dapat menjual terhadap Edy Ramayadi. Lain halnya dengan PDI Perjuangan, masih besarnya intervensi pusat dan mencalonkan Jarot dapat berefek negatif terjadinya gesekan dalam internal partai. Meskipun kader lakol, mau tidak mau, senang tidak senang menerima intervensi pusat namun bukan tidak mungkin mereka merasa tidak nyaman dan cenderung terjadinya perpecahan.

"Saya yakin ditingkat elit PDI P juga terpecah. Satu sisi politik lokal ingin menunjukan kualitas lokal dan disisi lain adanya ini terintervensi pusat yang cukup besar. Karena dapat dilihat dari belum ditentukannya calon pendamping Jarot. Ini saya kira merupakan starategi PDIP untuk meredam gejolak ditingkat internal mereka. Kondisi ini tentu akan menggerogoti suara mereka. Apalagi kalau JR Saragih tampil dan didampingi Wakilnya dari etnis batak maka sudah dapat dipastikan akan menggerus suara dari etnis batak yang secara strategis juga akan menggerus suara PDIP terhadap Jarot," ujarnya.

Oleh karenanya, lanjut Warjio kondisi yang paling diuntungkan adalah Edy Rahmayadi baik dari sisi isu putra daerah maupun kekuatan partai pengusungnya. Disisi lain bakal mulusnya Edy Rahmayadi karena keinginan masyarakat yang cenderung mengharapkan adanya perubahan. "Selain itu, kasus 212 yang sempat menghebohkan tentu juga akan berimbas terhadap calon dari PDI Perjuangan. Saya kira di Sumut akan sangat kuat arus bawah terhadap persoalan itu. Karena saya yakin kekuatan lokal itu bukan hanya dari partai politik tetapi dari kelompok bawah yang dimiliki kelompok ormas-ormas. Ini akan merubah perubahan politik yang akan terjadi," pungkasnya.

http://beritasumut.com/sumutmemilih2018/Suara-Etnis-Batak-Bakal-Terpecah-di-Pilgubsu-2018
0
13.3K
84
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan