cina.medanAvatar border
TS
cina.medan
Mencium Aroma Harum Kebaikan Dia yang Disebut 'Penista Agama'
3 Januari 2018 10 hours ago

Mencium Aroma Harum Kebaikan Dia yang Disebut 'Penista Agama'
ABDIAS ACACIO NEWS
Published on Jan 2, 2018

Aroma harum itu tercium lagi. Luar biasanya, aroma ini masih muncul dari dia yang oleh negara disebut sebagai 'penista agama'. Dialah Basuki Tjahaja Purnama yang sekarang tengah berada di penjara untuk menjalani masa hukuman. Pria yang populer dengan sapaan Ahok ini sekalipun dipenjara tetapi jiwanya ternyata selalu merdeka untuk menebarkan aroma harum dari sebuah tindakan. Itulah kebaikan, semangat membantu orang lain tanpa pandang bulu ketiak agama.

Ini menarik, karena selalu ada cara bagi Ahok untuk memuliakan nilai-nilai agama. Ada edukasi cerdas tengah diperagakan seorang Basuki. Dengan kejernihan dan kekuatan berpikirnya dia tahu cara membedakan tindakan mana yang memuliakan agama dan tindakan mana yang menista agama. Seluruh insan beragama di Indonesia layak belajar banyak.

Memuliakan nilai agama itu tidak dengan cara terlalu sibuk mengacungkan pentung lengkap dengan teriakan berserakan di sepanjang jalan. Bukan pula dengan cara aksi berjilid-jilid yang bisa bikin orang manca negara sembelit dengan perut melilit.

Kebaikan kecil, tanpa pandang bulu, ketika itu dilakukan dengan tulus, dengan sendirinya nilai-nilai agama itu pun menjadi sedemikian dimuliakan. Nilai agama pun dibela dengan cara yang indah.

Ketika nilai kebaikan suatu agama disemai dengan ketulusan, agama itu pun pasti menemukan martabatnya. Nilai kebaikan suatu agama, ketika diamalkan dengan tulus, jelas tidak memermalukan agama yang dianutnya. Berbeda halnya ketika mengaku mengamalkan nilai agama di jalan penuh kekerasan berbekal pentung di tangan, agama tersebut sejatinya tidak sedang mendapatkan kemuliaannya.

Berita tentang Ahok yang peduli pada seorang siswi salah satu SMA Negeri di Lamongan yang belum menerima ijazahnya menjadi salah satu contoh betapa kebaikan yang tulus itu memiliki daya untuk memuliakan nilai agama yang universal sifatnya. Sederhana saja cara Ahok. Tidak lain dengan perhatian dan kepedulian kepada orang-orang kecil. Termasuk surat yang ditulis siswi SMA Negeri Lamongan kepadanya, lantaran ijazahnya sempat ditahan pihak sekolah.

Entah dengan alasan apa FM (18), warga Jalan Kusuma Bangsa, Kecamatan Kota Lamongan, Lamongan, Jawa Timur (Jatim), anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Mudjiono (58) dan Asminah (56) ini menulis orang kepada orang yang sedang dipenjara. Mengapa dia tidak menulis surat kepada orang yang tinggal di tanah suci sangat lama, yang mungkin punya kedekatan lebih dengan Allah? Mengapa dia harus menulis surat kepada Ahok?

Orang yang bukan siapa-siapa lagi. Orang yang dipenjarakan atas tuduhan sebagai penista agama. Apa yang masih bisa diharapkan dari si penista agama? Mengapa tidak berharap kepada orang-orang yang dianggap suci dan menegaskan diri sebagai pembela agama yang baik dan benar?

Aha, mengapa pula tidak menulis surat kepada Bik Narti saja ya? Seorang yang balutan keahliannya begitu dihormati Pak Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno. Dapat dibayangkan, dengan aksesbilitasnya, Bik Narti pasti akan bicara soal keberadilan untuk FM dengan wakil gubernur.

Menariknya lagi, ketika isi surat ditanggapi Ahok, tidak perlu menunggu berlama-lama, pihak sekolah segera menyerahkan ijazah yang dimaksud. Tunggakan uang gedung sebesar 1,2 juta rupiah seperti dituturkan kakak FM, Rochima (36), tidak lagi menjadi penghalang.

Seperti diceritakan laman Kompas.com (2/1/2017), dengan berbekal surat kiriman dari Ahok melalui staf pribadinya, Natanael Ompusunggu, Rochima lantas memberanikan diri mendampingi FM mengambil ijazah ke SMA Negeri 3 Lamongan.

"Memang ambil ijazah itu gratis, tapi kenapa kok setelah saya bawa surat dari Pak Ahok itu baru bilangnya begitu. Kemudian ijazah diberikan secara gratis, tanpa dipungut biaya apa pun," tutur Rochima.

"Bahkan sebelum kami pulang, Pak Wiyono (Kepala SMAN 3 Lamongan) sempat bilang, weslah gak usah ngene-ngenean aku percoyo (sudahlah nggak pakai surat dari Ahok, saya percaya). Ijazahnya kemudian diberikan gratis dan meminta bila dikasih uang oleh Ahok disarankan untuk modal FM buka usaha atau melanjutkan kuliah," sambungnya.

Tidak berlebihan kiranya bila pihak keluarga pun menyatakan rasa terima kasih kepada Ahok. Berkat setetes kepedulian dari Ahok yang dirasakannya. Sebuah kepedulian dan kebaikan yang punya daya untuk membebaskan ijazah FM secara gratis.

Sekalipun, menurut Rochima, hingga kini keluarganya belum pernah menerima bantuan berupa dana dari pihak Ahok. Hanya ia tetap berterima kasih kepada Ahok atas perhatian yang telah diberikan kepada FM.

Ia yang bukan siapa-siapa, dicap penista agama bahkan, ternyata masih punya kesaktian luar biasa. Kesaktian itu bernama kebaikan yang tulus. Kebaikan yang menjadi milik Ahok Basuki Tjahaja Purnama. Kebaikan yang menebarkan aroma harum yang tercium hingga kemana-mana. Semoga Gubernur DKI sekarang terinspirasi dari kisah Ahok pendahulunya. Tangannya yang telanjang itu tidak hanya berlumuran sampah Kali Tegal Amba yang menjijikkan namun juga penuh kebaikan.

Embernya bre...

Se7 banget ane bre...

Agan bijimana bre...?
0
2.9K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan