Secara sederhana, zona abu-abu adalah area yang tidak jelas sehingga kerap menimbulkan kondisi gamang.

Hal seperti ini sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan kadang tanpa disadari kita juga menjadi salah satu pelakunya.

Dalam zona abu-abu ini, tidak kentara kemana alur keberpihakannya. Bisa jadi, orang yang secara sengaja berada di zona ini, menunggu momentum yang tepat untuk memutuskan akan berada pada pihak yang mana. Tergantung dari kepentingan beberapa pihak.

Tentu saja, keadaan tersebut akan menyulitkan untuk mencari status dan tujuan dari pelakunya.



Kehidupan yang kompleks ini tidak terlepas dari apa yang saya sebut sebagai zona abu-abu.

Faktor utama terciptanya area ini bisa disebabkan oleh regulasi yang tidak mengatur dengan jelas.

Atau regulasi-nya ada, namun diksi kalimat pembentuk regulasi itu sengaja dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan multitafsir dari berbagai pihak.

Parahnya, keadaan serba samar ini turut menyasar kedalam dunia hukum. Sehingga, hal demikian akan membuat semacam kondisi rancu dan serba tidak jelas.

Pasti kita pernah mendengar istilah pasal karet bukan? Pasal yang bisa dengan mudah diterapkan karena kalimatnya memang multitafsir.

Padahal dalam dunia hukum, perlu dihindari multitafsir dari sebuah peraturan agar kepastian hukum terhindar dari kepentingan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Lalu, apa dampak dari zona abu-abu alias samar-samar ini?

Pertama, seperti ulasan diatas, jika menyangkut sebuah peraturan, maka akan terjadi kerancuan, ketidakjelasan makna dan tujuan dari aturan tersebut.

Mungkin saja, peraturan tersebut dibuat untuk mengakomodasi kepentingan terselubung dari pihak-pihak yang memiliki tujuan tertentu.

Kedua, jika menyangkut sikap seseorang, maka orang tersebut tidak memiliki pendirian dan cenderung mengikuti keadaan dan kondisi yang hanya menguntungkan posisinya.

Tanpa disadari, orang yang berada pada zona ini berlaku seperti kutu loncat atau seperti mimikri.

Ia hanya mengikuti alur yang mengalir didepannya dan menunggu waktu yang tepat untuk memijakkan pilihannya.

Dan sudah barang tentu, orang seperti ini perlu mendapatkan perhatian ekstra lebih. Karena dia bisa jadi kawan sekaligus musuh.

So, bukan maksud saya untuk berpikir suudzon atau berburuk sangka kepada teman atau rekan siapapun orangnya.

Namun, tak ada salahnya untuk selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Sebab, hanya orang yang senantiasa mawas diri yang mampu mengurai tiap permasalahan, apapun itu masalahnya dan menghadapinya dengan bijak.



Atau, bisa pula mereka yang memutuskan berada di zona abu-abu memilih area ini agar bersikap netral? Tidak memihak dan berafiliasi dengan siapapun?

Katakan yang hitam itu hitam, dan yang putih itu putih. Setuju?


Catatan minggu terakhir di 2017...
©Skydavee

Sumber gambar: google