Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest
Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest
Anggota Ekspedisi Everest Hungaria, Szilard Suhajda, tampak dalam perjalanan menuju Everest base camp dekat Namche Bazaar di Nepal, 1 April 2017.
Pemerintah Nepal, Sabtu (30/12/2017), mengeluarkan peraturan baru terkait pendakian gunung-gunung yang berada di wilayah negara tersebut, termasuk gunung tertinggi di dunia, Everest.

Dalam peraturan keamanan baru tersebut, Nepal melarang pendakian seorang diri, serta pendaki yang buta dan pendaki yang dua bagian tubuhnya diamputasi (double amputee) untuk mencoba mencapai puncak tertinggi di dunia itu tanpa sertifikasi kesehatan yang valid.

Menteri Pariwisata Nepal, Maheshwor Neupane, menyatakan bahwa peraturan baru yang diundangkan pada Kamis (28/12/2017) tersebut menegaskan bahwa semua pendaki, tanpa memandang pengalaman mereka, harus ditemani oleh pemandu (Sherpa).

"Regulasi pendakian telah diamendemen untuk meningkatkan keamanan para pendaki dan memberikan kekuasaan lebih kepada Departemen Pariwisata untuk bekerja lebih independen," kata Neupane, dikutip The Kathmandu Post.

Selain itu, ujar sang menteri, kebijakan baru tersebut juga akan memberi keuntungan bagi warga Nepal yang bekerja sebagai pemandu pendakian.

Biaya izin pendakian untuk warga non-Nepal ditetapkan sebesar US $11.000 (Rp148,3 juta) dan Rs75.000 (Rp10 juta) untuk warga Nepal.

Peraturan baru itu akan berlaku efektif segera, kemungkinan pada musim semi tahun depan, saat musim pendakian biasanya dimulai.

Nepal, negeri di atas Pegunungan Himalaya, memiliki delapan dari 10 puncak tertinggi di dunia, termasuk Everest, yang terus menantang para ahli mendaki gunung dari seluruh dunia.

Akan tetapi, belakangan ini jumlah pendaki solo yang tewas semakin meningkat. Tahun ini saja ada enam pendaki yang kehilangan nyawa, termasuk Ueli Steck (41), pendaki ternama asal Swiss yang dijuluki "The Swiss Machine", pendaki asal Slovakia, Vladimir Strba (49), dan Min Bahadur Sherchan (85) yang mencoba menjadi pendaki tertua yang mencapai puncak Everest.

Menurut data pemerintah Nepal, sebanyak 4.879 pendaki telah berhasil mencapai puncak Everest sejak Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menjadi yang pertama pada Mei 1953. Namun lebih dari 300 orang telah kehilangan nyawa mereka saat mencoba mencapai puncaknya.

Menurut statistik Himalaya Database 2015 yang dikutip BBC, ada tiga penyebab utama tewasnya para pendaki tersebut di Everest, yaitu tertimbun longsoran salju (29 persen), terjatuh dari tebing (23 persen), dan sakit pegunungan (20 persen).

Semakin terjangkaunya biaya perjalanan ke Nepal membuat jumlah orang yang datang untuk mendaki Everest menjadi semakin banyak, sekitar 600 pendaki setiap tahunnya.

Jumlah pendatang yang semakin banyak, selain bisa merusak lingkungan pegunungan, juga berisiko menambah jumlah korban tewas. Oleh karena itu lah peraturan yang lebih ketat ditetapkan pemerintah setempat.

"Pegunungan di Nepal itu unik dan akan selalu lebih baik bagi para pendaki untuk pergi bersama pemandu," kata Presiden Asosiasi Pendakian Gunung Nepal, Santa Bir Lama, kepada The New York Times. "Ini baik untuk keamanan mereka sendiri."

Hingga saat ini sudah delapan pendaki asal Indonesia yang berhasil mencapai puncak Everest.

Sementara itu, larangan mendaki untuk orang dengan disabilitas, mendapat tentangan dari banyak pihak karena dianggap sebagai bentuk diskriminasi. Lagi pula, pendaki dengan disabilitas biasanya menyewa banyak Sherpa saat menjalani misi mereka.

"Nepal seharusnya bangga kepada saya, bukan melarang saya," kata Hari Budha Magar (38), seorang tentara Gurka yang kehilangan dua kakinya akibat sebuah ledakan bom di Afghanistan dan saat ini tengah berlatih untuk mencoba mencapai puncak Everest.

"Saya akan tetap mendaki Everest apapun yang diputuskan kabinet itu. Tidak ada yang tak mungkin," tegasnya.

Pemerintah Nepal, dikutip BBC, mengklarifikasi dengan menyatakan pendaki difabel yang dilarang adalah mereka yang tak memiliki dispensasi kesehatan.

Beberapa pendaki telah membuktikan bahwa kekurangan pada fisik mereka tak menghambat kemampuan untuk bisa mencapai puncak setinggi 8.848 meter tersebut.

Warga Amerika Serikat, Erik Weihenmayer, adalah orang buta pertama yang menaklukkan Everest pada 25 Mei 2001. Mark Joseph Inglis dari Selandia Baru pada 15 Mei 2006 menjadi orang tanpa dua kaki yang bisa melakukannya.

Kemudian ada warga Kanada kelahiran Nepal, Sudarshan Gautama, yang menjadi pendaki tanpa dua lengan pertama yang mencapai puncak Everest pada 20 Mei 2013.

Berdasarkan catatan Himalayan Database, 29 orang dengan disabilitas pernah mencoba mendaki Everest. Sebanyak 15 orang berhasil mencapai puncak, sementara dua orang--Phur Yemba Sherpa pada 2014 dan Thomas Weber pada 2006--wafat di pegunungan tersebut.
Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...olo-di-everest

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest Jokowi targetkan BBM satu harga di seluruh Indonesia akhir 2019

- Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest Rekayasa lalu lintas di 8 daerah pada malam tahun baru

- Pemerintah Nepal larang pendakian solo di Everest Gereja kembali jadi target serangan di Mesir

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan