Sumber.com - Situasi di Tanah Abang Jakarta tengah jadi sorotan. Tidak hanya bentuk tata kotanya yang semrawut, namun juga daerah tersebut marak diperbicarakan karena isu pungutan liar kepada pedagang kaki lima (PKL).  Wagub DKI Sandiaga Uno berjanji menindak tegas pungli di lokasi jualan pedagang kaki lima (PKL) di daerah tersebut.

"Kami sudah sampaikan tidak boleh lagi ada pungutan dan kalau ada baik itu tenda atau kebersihan kami akan tindak tegas," ujarnya di depan Stasiun Tanah Abang pada Selasa, 26 Desember 2017.

Sandi juga mengatakan sanksi tegas akan didapatkan oleh pihak yang ketahuan melakukan pungli. Sanksi sepertia apa, Sandi belum bisa berkomentar. 

Apakah pungli di Tanah Abang memang benar-benar ada? Penelurusan pun dilakukan oleh Tim Buka Mata Najwa Shihab yang melakukan kunjungan ke lokasi PKL Tanah Abang. Hasil penelusuran pun telah diunggah ke akun Youtube Najwa Shihab. 

Video diambil dari kamera tersembunyi dan wawancara dilakukan oleh Tim Buka Mata tanpa menyebutkan identitas. Hasil wawancara pun memunculkan sebuah fakta yang cukup mencengangkan. Nominal yang kemudian muncul dari dua tempat yang diduga sering terjadi pungli mencapai ratuan juta rupiah perbulan. 

Dengan asumsi 1 juta rupiah perlapak PKL dengan adanya 475 lapak, maka pendapatan pungli untuk bagian trotoar samping jalan bisa mencapai 475 juta sebulan. Sedangkan untuk bagian luar dengan asumi 2 juta rupiah perlapak jumlahnya bisa mencapai 950 juta rupiah.

Berikut adalah video Tim Buka Mata Najwa Shihab yang menunjukan fakta-fakta pungli di daerah Tanah Abang,




Sumber:
https://sumber.com/hukum-politik/ber...rbulannya.html


Secara nalar saja sebetulnya sudah sulit diterima akal, bagaimana mungkin 400 orang PKL diprioritaskan utk menguasai jalan, sementara ribuan atau bahkan ratusan ribu pengguna jalan harus mengalah kepada yang 400 itu.

Apapun itu namanya, " Keberpihakan" sekalipun tidak sepantasnya ditempuh dgn mengorbankan orang lain demi janji politik yg naif, apalagi politik balas budi kepada raja tanah abang.

Tapi nasi sudah jadi bubur, kita ikuti saja kemana maunya.


Semrawut kotanya,
Sengsara warganya,
Sejahtera preman-nya...