Erupsi Gunung Agung yang terjadi belum lama ini ternyata tidak hanya membawa dampak lingkungan dan juga kesehatan. Pelaku usaha yang bergerak di sektor perbankan mengaku juga ikut terkena dampak dari letusan gunung yang berada di wilayah Bali tersebut.

PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI) misalnya. Perseroan mengklaim terdapat pembayaran kredit senilai Rp554 miliar yang tertunda akibat erupsi.

Jumlah tersebut didapatkan dari ratusan debitur yang banyak bergerak di sektor mikro dan ritel seperti pengusaha hotel dan jasa wisata lainnya.

Meski begitu, Direktur Utama BRI Suprajarto menuturkan dampak dari erupsi Gunung Agung tidak akan meningkatkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) BRI.

Hingga akhir September 2017, posisi NPL perusahaan masih terjaga di level 2,33 persen (gross).

“Budaya orang Bali itu walau sekarangnunggak, tapi nunggak itu sesuatu yang tabu. Jadi, kami optimistis kalau Bali akan cepatrecovery,” bilang dia di Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Dia mengatakan, BRI juga sudah memiliki rencana agar rasio kredit bermasalah tidak mengalami peningkatan.

“Bahkan diprediksi penyumbang NPL masih akan berasal dari kredit menengah, seperti dari sektor perdagangan dan konstruksi, bukan dari sektor mikro dan ritel yang terkena dampak erupsi,” pungkas dia.