- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
#kaskustravelstory Perjalanan Pertama ke Rumah Imelda Marcos


TS
wadonsubur
#kaskustravelstory Perjalanan Pertama ke Rumah Imelda Marcos
Kadang liburan yang tidak terencana itu jadi sesuatu yang menyenangkan apalagi mecoba untuk solo travelling (nggak benar-benar sendiri juga sih
), apalagi di negara orang dan jadi pengalaman pertama yang berkesan. Jadi ini cerita travellingku.
Prolog
Perjalanan
Jalan-jalan ke Intramuros
Sedikit Cerita
Galeri Foto Lain




Prolog
Quote:
Sudah hampir setahun sejak pasporku terbit, tapi belum ada stempelnya sama sekali. Sudah sering kupakai sih tapi sebagai ganti identitas kalau naik pesawat atau kereta, maklum KTP yang hilang tahun lalu tak kunjung juga jadi karena alasan blangko yang habis. Sering diledekin karena paspor kosong ini,lalu setengah bercanda tante (fyi, aku tinggal numpang di tempat tante) menawarkan untuk ikut ke Filipina untuk menghadiri pameran senjata disana. Iseng kuiyakan dan gayung pun bersambut, tanteku mau kasih uang ongkos perjalanan pulang pergi. Yipppiieeee... Tiket pun kupesan, berhubung belum urus cuti, jadi keberangkatanku sehari setelah tanteku berangkat, it means ini jadi perjalanan pertama dan sendirian, hihihi.
Perjalanan
Quote:
Hari yang dinanti pun datang, berbekal petunjuk tante untuk melewati bagian imigrasi, pagi itu Jumat, 2 Juni 2017 akupun berangkat ke Filipina dari bandara internasional Soekarno Hatta. Sekedar informasi, di bagian imigrasi kita akan ditanyai kepentingan atau keperluan perjalanan ini, serta ditanya akan menginap dimana dan lamanya tinggal selama disana. Pesawat yang kutumpangi transit di Malaysia selama sekitar 3 jam, jadi nggak bisa jalan keluar bandara. Oh iya, karena ini liburan yang tidak terencana, aku nggak ada budget khusus atau persiapan untuk tukar duit, jadi selama di bandara, nggak beli apa-apa dan cuma mengandalkan sinyal Wi-Fi gratisan, hehehe.
Akhirnya setelah 9 jam (termasuk transit), aku pun mendarat di negara bekas jajahan Spanyol ini. Sebelum keluar bandara, setiap orang diwajibkan mengisi semacam formulir dan diserahkan ke petugas imigrasi, akhirnya pasporku ada stempelnya, cihuyyyy. Untungnya ada mobil jemputan dari hotel, jadi aku nggak pusing cari kendaraan umum. Di mobil, aku mengobrol dengan supirnya dengan bahasa Inggris seadanya. Aku membahas tentang Rivermaya grup band asli Filipina, Pia Wurzbach sang Miss Universe 2015, hingga bahasa Tagalog singkat seperti “Salamat” yang artinya terima kasih, mirip kan sama Bahasa Indonesia. Sampai di hotel, aku pun beristirahat dan hanya berkeliling di sekitaran hotel saja.
Oh iya, wajah orang Filipina mirip dengan orang Manado, mungkin karena letaknya yang tidak terlalu jauh.
Hari berikutnya aku hanya ikut membantu di sekitaran pameran karena memang ngikut sama yang kasih kucuran dana, hehehe. Lokasi pameran berada di seberang hotel, jadi cukup jalan kaki saja. Kebetulan lokasinya adalah sebuah mal di kawasan Mandaluyong. Yang jadi perhatian, budaya antri cukup bagus disana, lalu untuk naik eskalator ada dua lajur (satu untuk berhenti,satu untuk berjalan jika terburu-buru), penguasaan bahasa Inggris cukup lumayan walau cuma sekedar pramuniaga, jarang juga nemu orang sana yang kemana-mana bawa tongkat selfie dan uang rupiah nggak laku di money changer disana


Akhirnya setelah 9 jam (termasuk transit), aku pun mendarat di negara bekas jajahan Spanyol ini. Sebelum keluar bandara, setiap orang diwajibkan mengisi semacam formulir dan diserahkan ke petugas imigrasi, akhirnya pasporku ada stempelnya, cihuyyyy. Untungnya ada mobil jemputan dari hotel, jadi aku nggak pusing cari kendaraan umum. Di mobil, aku mengobrol dengan supirnya dengan bahasa Inggris seadanya. Aku membahas tentang Rivermaya grup band asli Filipina, Pia Wurzbach sang Miss Universe 2015, hingga bahasa Tagalog singkat seperti “Salamat” yang artinya terima kasih, mirip kan sama Bahasa Indonesia. Sampai di hotel, aku pun beristirahat dan hanya berkeliling di sekitaran hotel saja.
Oh iya, wajah orang Filipina mirip dengan orang Manado, mungkin karena letaknya yang tidak terlalu jauh.
Hari berikutnya aku hanya ikut membantu di sekitaran pameran karena memang ngikut sama yang kasih kucuran dana, hehehe. Lokasi pameran berada di seberang hotel, jadi cukup jalan kaki saja. Kebetulan lokasinya adalah sebuah mal di kawasan Mandaluyong. Yang jadi perhatian, budaya antri cukup bagus disana, lalu untuk naik eskalator ada dua lajur (satu untuk berhenti,satu untuk berjalan jika terburu-buru), penguasaan bahasa Inggris cukup lumayan walau cuma sekedar pramuniaga, jarang juga nemu orang sana yang kemana-mana bawa tongkat selfie dan uang rupiah nggak laku di money changer disana



Jalan-jalan ke Intramuros
Quote:
Okay, langsung yah. Sisa satu hari bebas di Manila, Filipina. Sebenarnya ada paket city tour, tapi lumayan mahal dan aku nggak mau minta duit lagi. Jadi berbekal hasil browsing dan uang dolar punya tante yang dihibahkan karena ditolak di money changer (katanya lecek), aku pun bersiap ke kawasan kota tua alias Intramuros yang artinya “berada dalam tembok”. Kawasan ini adalah pemukiman pertama yang dibangun bangsa Spanyol di Filipina pada abad ke-16. Kota ini dikelilingi tembok yang menyerupai benteng.
Setelah berkeliling dari satu money changer ke money changer lain, akhirnya aku berhasil mendapatkan uang peso. Berhubung nggak beli paket internet selama disana, semua informasi hasil browsing di kamar (yah, pake Wi-Fi hotel) kucatat di buku kecil.
Setelah naik turun MRT dan LRT, perjalanan dilanjutkan dengan Jeepney. Kendaraan ini khas Filipina menyerupai bis kecil dengan pintu masuk di belakang, tarifnya pun murah hanya 8 peso (nggak sampai Rp. 3.000,-). Setelah bertanya dengan warga sekitar yang ramah-ramah, akhirnya sampai juga di kawasan Intramuros. Rasanya, seperti di Eropa. Arsitektur bangunannya benar-benar menyerupai negara aslinya. Banyak bangunan bersejarah seperti kathedral tua, museum, kampus dan bekas bangunan dimana Imelda Marcos pernah tinggal. Kota tua ini masih hidup sampai sekarang, jauh dari kata sepi. Setelah perang dunia, kawasan ini dipugar habis-habisan di tahun 1980-an. Beruntungnya, sedang ada pernikahan di kathedral. Konon hanya orang berada yang mampu menikah di tempat ini, aku pun sempat masuk ke dalam untuk melihat keindahan kathedral dari dalam.



Perjalanan dilanjutkan ke Fort Santiago, tempat ini adalah benteng pertahanan. Disini juga ada museum tentang riwayat hidup Jose Rizal, pahlawan nasional dari Filipina. Museumnya nggak ngebosenin apalagi ditemenin sama guide-nya langsung. Puas berfoto, berselfie, jalan sampai pegel dalam cuaca panas menyengat akhirnya memilih untuk pulang. Eh, pas lagi enak jalan pulang ditawarin naik pedicap sejenis becak gitu untuk keliling kawasan Intramuros. Yang gowesin pedicap masih muda dan bertindak juga sebagai guide dan juru foto, tarif yang dibanderol 300 peso untuk 30 menit, tapi kenyataannya dia minta lebih karena nggak cukup berkeliling selama setengah jam
Memang sih, tempat ini harus dikelilingi dengan kendaraan.
Kawasan Intramuros ini sangat bersih dan terawat serta jarang ada pedagang kaki lima yang berjualan, hanya terlihat beberapa pedagang yang menawarkan souvenir dan jasa foto. Puas menjelajah dengan pedicap, akupun kembali ke hotel dengan menggunakan LRT dan MRT.

Setelah berkeliling dari satu money changer ke money changer lain, akhirnya aku berhasil mendapatkan uang peso. Berhubung nggak beli paket internet selama disana, semua informasi hasil browsing di kamar (yah, pake Wi-Fi hotel) kucatat di buku kecil.
Setelah naik turun MRT dan LRT, perjalanan dilanjutkan dengan Jeepney. Kendaraan ini khas Filipina menyerupai bis kecil dengan pintu masuk di belakang, tarifnya pun murah hanya 8 peso (nggak sampai Rp. 3.000,-). Setelah bertanya dengan warga sekitar yang ramah-ramah, akhirnya sampai juga di kawasan Intramuros. Rasanya, seperti di Eropa. Arsitektur bangunannya benar-benar menyerupai negara aslinya. Banyak bangunan bersejarah seperti kathedral tua, museum, kampus dan bekas bangunan dimana Imelda Marcos pernah tinggal. Kota tua ini masih hidup sampai sekarang, jauh dari kata sepi. Setelah perang dunia, kawasan ini dipugar habis-habisan di tahun 1980-an. Beruntungnya, sedang ada pernikahan di kathedral. Konon hanya orang berada yang mampu menikah di tempat ini, aku pun sempat masuk ke dalam untuk melihat keindahan kathedral dari dalam.



Perjalanan dilanjutkan ke Fort Santiago, tempat ini adalah benteng pertahanan. Disini juga ada museum tentang riwayat hidup Jose Rizal, pahlawan nasional dari Filipina. Museumnya nggak ngebosenin apalagi ditemenin sama guide-nya langsung. Puas berfoto, berselfie, jalan sampai pegel dalam cuaca panas menyengat akhirnya memilih untuk pulang. Eh, pas lagi enak jalan pulang ditawarin naik pedicap sejenis becak gitu untuk keliling kawasan Intramuros. Yang gowesin pedicap masih muda dan bertindak juga sebagai guide dan juru foto, tarif yang dibanderol 300 peso untuk 30 menit, tapi kenyataannya dia minta lebih karena nggak cukup berkeliling selama setengah jam

Kawasan Intramuros ini sangat bersih dan terawat serta jarang ada pedagang kaki lima yang berjualan, hanya terlihat beberapa pedagang yang menawarkan souvenir dan jasa foto. Puas menjelajah dengan pedicap, akupun kembali ke hotel dengan menggunakan LRT dan MRT.

Sedikit Cerita
Quote:
- Sebetulnya ketika transit, dapat berita kalau habis ada penembakan di kasino yang ada di Manila. Tapi katanya masih aman saja.
Lalu di Indonesia banyak dengar kabar kelompok ekstrimis beraksi disana, sempat takut, tapi ternyata beda pulau dan jauh dari Manila.
- Selama perjalanan ke Intramuros kenalan sama cowok disana, manis sih dan dia kaget waktu tanya aku single apa nggak. Karena aku jawab "I'm taken"
- Buat yang belum tahu Imelda Marcos, beliau adalah ibu negara yang terkenal di seluruh dunia karena gayanya yang glamor namun hasil dari korupsi.
- Jalan-jalan tanpa tergantung internet ternyata seru juga kok. Jadi bisa lebih banyak berinteraksi sama orang lain dan solo traveling itu menyenangkan loh.
Lalu di Indonesia banyak dengar kabar kelompok ekstrimis beraksi disana, sempat takut, tapi ternyata beda pulau dan jauh dari Manila.
- Selama perjalanan ke Intramuros kenalan sama cowok disana, manis sih dan dia kaget waktu tanya aku single apa nggak. Karena aku jawab "I'm taken"
- Buat yang belum tahu Imelda Marcos, beliau adalah ibu negara yang terkenal di seluruh dunia karena gayanya yang glamor namun hasil dari korupsi.
- Jalan-jalan tanpa tergantung internet ternyata seru juga kok. Jadi bisa lebih banyak berinteraksi sama orang lain dan solo traveling itu menyenangkan loh.
Galeri Foto Lain



Diubah oleh wadonsubur 28-12-2017 19:50
0
4.7K
Kutip
61
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan