Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hidayato.comAvatar border
TS
hidayato.com
PEKALONGAN : POTRET KOTA MULTI ETNIS YANG DAMAI
Mblo....bagi info tentang kota pekalongan nih, secara TS Sendiri lahir di kota batik ini, walaupun gedenya pindah pindah berantakan, selain batik dan sego megono nya yang terkenal...pekalongan juga terkenal dengan keanekaragaman etnis nya....semoga bisa jadi inpoh yang bermanfaat

PEKALONGAN : POTRET KOTA MULTI ETNIS YANG DAMAI

PEKALONGAN : POTRET KOTA MULTI ETNIS YANG DAMAI

Pekalongan bisa dikatakan adalah multikulturalisma dan pluralisma yang terintegrasi. Baik melalui proses asimilasi maupun akulturasi. Dalam pandangan saya, Pekalongan adalah merupakan hasil proses membangsa (to nation proses). Dilihat dari berbagai sisi, Pekalongan merupakan peradaban berbasis multikulturisma.

PEKALONGAN : POTRET KOTA MULTI ETNIS YANG DAMAI
Pada Pekalongan kita temukan harmoni padu padan seluruh Arab, China, Jawa, dan berbagai etnis. Hal itu dimungkinkan oleh keterbukaan masyarakat Pekalongan dalam menempatkan diri di tengah pusaran peradaban. Hal itu tercermin dari ragam kesenian yang tumbuh dan berkembang, sampai ke produk budaya, adat istiadat, tata busana, tata boga (kuliner), dan tata hubungan antar manusia. Dari aspek religius, Islam merupakan ajaran agama dengan pengaruh terkuat, dan kemudian lainnya.
Di pusat kota atau metrosentrum, berkembang kuat padu padan atau harmoni budaya Arab yang dibawa kaum Baalwi seperti Alatas, Alaydrus, Assegaf, Shahab, Bin Yahya, Al Habsyi, Al Hadad, Al Kaff,Bin Jindan, dan lainnya dan juga syekh, yang berkimpoi mawin dengan masyarakat lokal (ahwal). Kaum Baalwi banyak tinggal di daerah Krapyak,Klego, Poncol, Sugih waras, dan beberapa daerah lainnya. Di kawasan kampung Arab inilah kemudian berkembang kesenian zapin, marawis, samproh, simthud duror, dan sejenisnya. Pengaruh kaum Baalwi sedemikian dominan, karena penetrasi –transformasi peradabannya yang bagus, khususnya dalam mengembangkan tradisi beragama.

Salah satu budaya Islam yang kuat mengakar adalah budaya pembacaan kitab maulid, ada beberapa kitab maulid yang populer di masyarakat seperti Diba’, Syaraful Anam, Barzanji dan Simthud Durar. Di bulan Rabiul Awal, ketika acara-acara peringatan Maulid Nabi Muhammad diselenggarakan di berbagai tempat, suara-suara merdu yang mengalunkan bait demi bait dan baris demi baris maulid Simthud Durar sering terdengar. Kitab Simthud Durar disusun oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi, seorang ulama asal Hadramaut Yaman.
Di Pekalongan juga berkembang interaksi dan transformasi yang kuat budaya dan peradaban barat, yang dapat kita lihat peninggalan arsitektural Belanda di beberapa bangunan dan gedung dan buketan yang kita kenal sebagai motif batik khas Pekalongan sebenarnya sangat terpengaruh Eropa, berasal dari kata bouquette seperti bunga krisan dan motif dongeng. Pengaruh Jepang juga bisa di lihat pada motif batik Jawa hokokai. Akan halnya dominasi peradaban China dari batik , kuliner dan budaya lainnya.
Selebihnya adalah produk akulturasi dan asimilasi lokal (domestik), yang tertampang pada sintren, babalu, kuntulan, dablongan, terbang jawan, terbang genjring dan lainnya. Akan halnya pengaruh lain dari budaya Arab, Eropa, dan juga India tertampak pada orkes melayu, yang akhirnya berkembang menjadi dangdut. Peradaban barat sedikit banyak juga bisa kita tengok pada orkes keroncong.

PEKALONGAN : POTRET KOTA MULTI ETNIS YANG DAMAI

Dari aspek busana kita menemukan keragaman multi etnik yang selain didominasi oleh tata warna, juga oleh pola dan ragam hias. Termasuk berbagai assesorisnya, sebagaimana tertampak dalam motif batik. Keanekaragaman pengaruh asimilasi dan alkulturisasi tampak jelas, motif jlamprang jelas terpengaruh timur tengah dan India, motif buketan bergaya Eropa, burung hong atau phoenix pengaruh China, Pagi sore dan Jawa Hokokai khas Jepang, dan lainnya. Dan yang jelas terggambar nampak pada motif tiga negeri, Demikian pula warna juga menggambarkan multi etnik.
Pada paduan seni tari dan olah raga kita temukan silat yang sedemikian kaya, penampilan akrobat dengan keberanian dan ketrampilan memainkan aksi dengan bambu yang dibentangkan maupun sepeda di atas kawat yang diiringi ‘kendang pencak ‘. Dengan busana putih-putih sebagaimana warna kuntul (burng bangau), hingga disebut kuntulan.
Terbang jawan dengan syair-syair menggunakan bahasa arab yang bersumber dari kitab “Al Barzanji” dan terkadang dengan bahasa khas Pekalongan.

Keberadaan Kampung Arab memberi warna lain dengan masjid Wakaf yang diperkirakan sudah berdiri sekitar tahun 1852 M, menara Masjid Wakaf itu ternyata sama persis dengan arsitek Masjid Jami kota Pekalongan, Masjid jalan Layur Semarang dan Masjid Agung Banten dan beberapa menara masjid lainnya. Cikal bakal kampung Arab dan Masjid Wakaf berasal dari Habib Husein Alatas dari Hadramaut. Sehingga tak bisa di elakkan lagi kekentalan nuansa Timur Tengah, dari arsitekur bangunan, budaya dan kulinernya.

Demikian pula dengan Klenteng Po An Thian yang sudah ada 200 tahun lalu penuh dengan pernak pernik budaya China, dengan budayanya seperti perayaan cap go meh dan barongsai.

Alhasil, Pekalongan adalah miniatur Indonesia dan ke-Indonesia-an. Potret pluralisme dan multikulturalisme, ke depan , tentu Pekalongan berkembang dengan berjuta ragam seni dan budaya global.


SALAM JOMBLO DAN DAMAI....
Diubah oleh hidayato.com 27-11-2014 03:45
0
5.7K
34
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan