Aceh Kota Kopi



Di mulai pada hari sabtu tepatnya tanggal 16 desember saya berangkat dari Cengkareng tepatnya di Soekarno Hatta Airport berangkat menuju Medan untuk tansit menuju Kabupaten kecil nanti indah Simeulue namanya. Setelah beberapa saat datanglah di Bandara Medan. Ini bukan perjalanan ku yang pertama kali namun kesekian kalinya untuk singgah di kota-kota di Indonesia, transit bandara Medan yang katanya orang orang itu kota seribu lubang. Ngga tau fenomena ini bener apa salah.

Setelah beberapa saat datanglah pesawat Wings Air pesawat kecil yang menerbangkanku ke kabupaten Simeulue. Aku bergegas menaikinya tidak sabar lagi untuk sampai sana.

Sesampainya di Simeulue datanglah pamanku tuk menjemputku tepatnya di bandara Lasikin Simeulue. Kupandangi kotanya yang amat jarang rumah-rumahnya juga sana sini masih di penuhi kebun kelapa yang batangnya menjulang tinggi, ini nampak beda dengan pohon kelapa yang ada di Jawa.

Di Kabupaten Simeulue ternyata banyak yang hobi ngopi. Beberapa warung kopi yang kulihat disini pasti tidak sedikit orang yang ngopi baik pagi, siang, sore maupun pada malam hari. Ku perhatikan orang-orangnya bukan sumua suka sama kopi. Tidak tahun untuk pekerjaannya apa yang penting ngopi dalam pikirannya, itu yang aku perhatikan.

Kopi seperti hal yang susah untuk di tinggalkan menurut warga Simeulue.
Namun untuk warganya sendiri tidaklah apatis terhadap pemerintahannya sendiri. Mereka sangat perhatian sampai hal yang kecilpun dari gerak-gerik pemerintahannya mereka tahu itu. Ku pikir apa karena banyak ngopi, kumpul bareng hingga punya pengetahuan yang luas akan semuanya.

Sampai akupun jadi suka ngopi, lebih-lebih kopi aceh yang nikmatnya tiada tara dengan kopi yang lain. Kopi bubuk Aceh yang pembuatannya di rendam terus menerus sehingga menghasilkan rasa nikmat ketika di sruput.

Akupun tahu manfaat ngopi yang sebenarnya 😀😀

Analisa suka suka.