- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Serbuan Lampion ke Markas DCF 2017 #KASKUStravelstory


TS
gigihrizqi
Serbuan Lampion ke Markas DCF 2017 #KASKUStravelstory


Halo agan/sista semuanya, bagaimana kabarnya hari ini?
Semoga kabarnya cerah ya seperti musim liburan akhir tahun ini hehe
Semoga kabarnya cerah ya seperti musim liburan akhir tahun ini hehe
Quote:

KASKUS Travel Story - Let Your Story Tell What You Have
Quote:

Whatever You Bring, Wherever You Go, Always Remember Your God inside Your Heart

Introduction

Thread ini ditujukan untuk menghibur para kaskuser untuk rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari dan semoga dapat menambah wawasan kehidupan sehari-hari di masyarakat serta TS berharap tulisan ini bermanfaat untuk agan/sista semuanya di Kaskus tercinta.
Secara tidak sengaja pengalaman ini terjadi ketika ane diajak oleh teman sekampus ane untuk jalan ke Dieng Culture Festival (DCF) 2017 yang telah dilaksanakan 4-6 Agustus 2017 kemarin.
Ane dan temen ane rencana berangkat di tanggal 4 nya setelah Sholat Jumat. Kami janjian untuk ketemu jam 4 sore.
Selanjutnya, pengalaman ane akan bagi dalam beberapa stagedan tentunya ada plot twist yang menghibur (mungkin).
Stage 1 : Perjalanan

Spoiler for Perjalanan:

Quote:
Teman saya, sebut saja Fan, ngasih info ke ane untuk gabung ke acara Festival Budaya Dieng atau biasa disebut dengan memakai Bahasa Inggris Dieng Culture Festival (DCF) 2017. Pada saat itu kebetulan ane sedang jenuh dan ada waktu longgar, jadi ane langsung iyain aja.
Ane : Oke bro, ane berangkat dari rumah abis Jum’at-an ya?
Fan : Iya bro ane tunggu di kos ya.
Ane : Iya bro, kalo nanti telat maklumin ya, biasanya macet hehe.
Fan : Siap.
Setelah Sholat Jum’at dan makan siang, ane pamitan sama Bapak tapi engga pamitan sama Ibu karena Ibu sedang bekerja. Akhirnya perjalanan pun dimulai dan sampai di Kota Semarang macetnya ampun karena berebut dengan pegawai kantor dan anak sekolahan yang baru pulang.
Waduh ini gimana kalo temenku ninggalin aku gegara telat banyak ini, parah ini macetnya, gumamku dalam hati. Entah gimana caranya aku harus bisa ketemu sama temenku dulu, bismillah pokoke.
Singkat cerita, ane udah nyampai di kos temenku dan kulihat hapeku isinya notif BBM dan WA dari temenku yang sedari tadi menungguku. Ane tanyain ke temen kosnya apakah dia ada di kos ataukah sudah pergi. Wah ternyata dia barusan pergi pake motor, lalu dengna gegas ane telpon balik temen ane.
Ane : Bro kamu dimana?
Fan : Pom Bensin Pat***n.
Ane : Tunggu disana, ane nyusul.
Fan : Oke bro.
Lebih dari jam setengah lima sore kita ketemuan di pom bensin dan melanjutkan perjalanan dengan motor masing-masing karena motornya si Fan akan dipake oleh adiknya. Dalam hati juga bertanya-tanya, ini si Fan keren banget cuma modal pake kaos, jaket tipis, sama sandal gunung padahal entar ekstrim jalanannya. Ah yang penting nekat bismillah.
Di perjalanan terdengar sayup-sayup suara adzan maghrib yang mengharuskan musafir DCF berhenti sejenak untuk beribadah. Ehm, ihir, baru melangkahkan kaki ke atas lantai masjid sudah membuat saraf-saraf menggeliat tak karuan karena dingin. Ah engga masalah, keep it cool like an ice meeting its partner.Air menunggu kami seolah dia tahu bahwa kami memang ingin memeluknya dengan sembari berniat untuk ibadah. Please wait… TS was just uploading his pray to Allah the Almighty.
Dengan tatapan berkaca-kaca, TS lalu ingat dengan perjalanan yang masih jauh dan juga lebih menantang. TS dan si Fan melanjutkannya dengan mempercepat tempo permainan motor karena situasi semakin gelap dan dingin tidak karuan. Tepat sekali saat di atas jalan sana setelah melewati jalan penghubung antara perbatasan desa dan hutan, terbentang sangat tebal dan luas kabut di saat yang tidak diinginkan oleh TS.
Ane : Oke bro, ane berangkat dari rumah abis Jum’at-an ya?
Fan : Iya bro ane tunggu di kos ya.
Ane : Iya bro, kalo nanti telat maklumin ya, biasanya macet hehe.
Fan : Siap.
Setelah Sholat Jum’at dan makan siang, ane pamitan sama Bapak tapi engga pamitan sama Ibu karena Ibu sedang bekerja. Akhirnya perjalanan pun dimulai dan sampai di Kota Semarang macetnya ampun karena berebut dengan pegawai kantor dan anak sekolahan yang baru pulang.
Waduh ini gimana kalo temenku ninggalin aku gegara telat banyak ini, parah ini macetnya, gumamku dalam hati. Entah gimana caranya aku harus bisa ketemu sama temenku dulu, bismillah pokoke.
Singkat cerita, ane udah nyampai di kos temenku dan kulihat hapeku isinya notif BBM dan WA dari temenku yang sedari tadi menungguku. Ane tanyain ke temen kosnya apakah dia ada di kos ataukah sudah pergi. Wah ternyata dia barusan pergi pake motor, lalu dengna gegas ane telpon balik temen ane.
Ane : Bro kamu dimana?
Fan : Pom Bensin Pat***n.
Ane : Tunggu disana, ane nyusul.
Fan : Oke bro.
Lebih dari jam setengah lima sore kita ketemuan di pom bensin dan melanjutkan perjalanan dengan motor masing-masing karena motornya si Fan akan dipake oleh adiknya. Dalam hati juga bertanya-tanya, ini si Fan keren banget cuma modal pake kaos, jaket tipis, sama sandal gunung padahal entar ekstrim jalanannya. Ah yang penting nekat bismillah.
Di perjalanan terdengar sayup-sayup suara adzan maghrib yang mengharuskan musafir DCF berhenti sejenak untuk beribadah. Ehm, ihir, baru melangkahkan kaki ke atas lantai masjid sudah membuat saraf-saraf menggeliat tak karuan karena dingin. Ah engga masalah, keep it cool like an ice meeting its partner.Air menunggu kami seolah dia tahu bahwa kami memang ingin memeluknya dengan sembari berniat untuk ibadah. Please wait… TS was just uploading his pray to Allah the Almighty.
Dengan tatapan berkaca-kaca, TS lalu ingat dengan perjalanan yang masih jauh dan juga lebih menantang. TS dan si Fan melanjutkannya dengan mempercepat tempo permainan motor karena situasi semakin gelap dan dingin tidak karuan. Tepat sekali saat di atas jalan sana setelah melewati jalan penghubung antara perbatasan desa dan hutan, terbentang sangat tebal dan luas kabut di saat yang tidak diinginkan oleh TS.

Quote:
Tiba-tiba lampu utama motor TS mati mendadak tanpa konfirmasi via PM. Terpaksa harus menjalaninya dengan gas tipis-tipis asal selamat.
Waduh Ya Allah, ini gimana kabut tebal seperti ini ditambah mati lampu. TS ingin rasanya meminta tolong temen TS yang ada di depan. Dengan lantang, “Fan Fan Fan motorku mati piye iki”? Dia bagaikan tertutup oleh salju kabut sehingga tak mendengar jeritan pilu orang yang panik kebingungan. TS hanya bisa membatin dalam hati, Ya Allah tolong saya Ya Allah. TS membaca surat-surat yang TS bisa lantunkan.
Detik demi detik jalanan semakin memuncak hingga TS kehilangan cahaya penglihatan karena si Fan meninggalkan TS tanpa cahaya. Dan dengan perasaan was-was, TS masih berdoa terus dan tiba-tiba utusan Allah datang. Entah siapakah itu, tiba-tiba ada pengendara dari arah berlawanan datang dan sedikit memberi secercah cahaya dalam kegelapan yang sangat menjanjikan setiap hamba Allah untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta. Setelah motor tersebut lewat, tiba-tiba saja lampu motor hidup kembali. Dan hampir saja TS kehilangan kendali karena di depan ada tikungan. Dan juga alhamdulilah ada mobil yang melintas dari arah berlawanan yang dengan terang benderang menerangi jalanan meskipun tertutup kabut embun yang sangat dingin hingga tangan pun serasa mati rasa.
TS dengan sigap mempercepat gas motor untuk konsultasi lampu sama si Fan. Selang beberapa menit, ane bilang ke dia sambil motoran.
Ane : Bro, motorku lampunya mati. Ada bengkel nggak nanti di jalan?
Fan : Walah bro, ya wis nanti kita mampir di bengkel dulu.
Ane : Iya bro, ketar-ketir ini.
Fan : Ini udah Isya’, kita sholat dulu ya bro.
Ane : Iya bro. biar tidak ada tanggungan di jalan.
Lantunan halus menghanyutkan niat untuk berhenti sejenak dalam kepekatan ketakutan. TS dan si Fan akhirnya berhenti ke masjid dulu untuk beribadah. Setelah sholat, kita mampir ke bengkel terdekat untuk memperbaiki motor TS. Dalam perjalananpun, lampu terkadang mati dan terkadang nyala sendiri. Ah Fan, ane percaya dirimu di depan menerangi kegelapan jalan raya.
Senengnya bukan main ketika ane melihat sebuah bengkel sepeda motor yang masih buka, saat itu waktu menunjukkan 8.16 WIB. “Fan, berhenti di bengkel situ” kata ane. “Beres, bro” jawab si Fan. Akhirnya, motor strong ane pun diservis bagian matanya karena sudah terlalu lelah menemaniku menerangi kegelapan malam di jalanan.
Perjalanan masih jauh, kami pun melanjutkan perjalanan. Baru sampe di perbatasan antara Wonosobo dengan Temanggung, wuh suhu udara berhasil membuat kami berdua menggigil lantaran tak ada kehangatan sekalipun di lautan kabut embun. Kaca helm pun dihiasi tetesan uap air menjalar ke segala penjuru. Dan kamipun mampir di salah satu angkringan yang masih menyediakan minuman hangat. Ini minuman airnya baru saja dituangkan setelah rebusan matang tetapi tidak ada rasa panasnya sama sekali.
Lanjut dah perjalanannya harus sampe ke Banjarnegara ini. Bismillah nekatin aja.
Waduh Ya Allah, ini gimana kabut tebal seperti ini ditambah mati lampu. TS ingin rasanya meminta tolong temen TS yang ada di depan. Dengan lantang, “Fan Fan Fan motorku mati piye iki”? Dia bagaikan tertutup oleh salju kabut sehingga tak mendengar jeritan pilu orang yang panik kebingungan. TS hanya bisa membatin dalam hati, Ya Allah tolong saya Ya Allah. TS membaca surat-surat yang TS bisa lantunkan.
Detik demi detik jalanan semakin memuncak hingga TS kehilangan cahaya penglihatan karena si Fan meninggalkan TS tanpa cahaya. Dan dengan perasaan was-was, TS masih berdoa terus dan tiba-tiba utusan Allah datang. Entah siapakah itu, tiba-tiba ada pengendara dari arah berlawanan datang dan sedikit memberi secercah cahaya dalam kegelapan yang sangat menjanjikan setiap hamba Allah untuk selalu ingat kepada Sang Pencipta. Setelah motor tersebut lewat, tiba-tiba saja lampu motor hidup kembali. Dan hampir saja TS kehilangan kendali karena di depan ada tikungan. Dan juga alhamdulilah ada mobil yang melintas dari arah berlawanan yang dengan terang benderang menerangi jalanan meskipun tertutup kabut embun yang sangat dingin hingga tangan pun serasa mati rasa.
TS dengan sigap mempercepat gas motor untuk konsultasi lampu sama si Fan. Selang beberapa menit, ane bilang ke dia sambil motoran.
Ane : Bro, motorku lampunya mati. Ada bengkel nggak nanti di jalan?
Fan : Walah bro, ya wis nanti kita mampir di bengkel dulu.
Ane : Iya bro, ketar-ketir ini.

Fan : Ini udah Isya’, kita sholat dulu ya bro.
Ane : Iya bro. biar tidak ada tanggungan di jalan.
Lantunan halus menghanyutkan niat untuk berhenti sejenak dalam kepekatan ketakutan. TS dan si Fan akhirnya berhenti ke masjid dulu untuk beribadah. Setelah sholat, kita mampir ke bengkel terdekat untuk memperbaiki motor TS. Dalam perjalananpun, lampu terkadang mati dan terkadang nyala sendiri. Ah Fan, ane percaya dirimu di depan menerangi kegelapan jalan raya.
Senengnya bukan main ketika ane melihat sebuah bengkel sepeda motor yang masih buka, saat itu waktu menunjukkan 8.16 WIB. “Fan, berhenti di bengkel situ” kata ane. “Beres, bro” jawab si Fan. Akhirnya, motor strong ane pun diservis bagian matanya karena sudah terlalu lelah menemaniku menerangi kegelapan malam di jalanan.
Perjalanan masih jauh, kami pun melanjutkan perjalanan. Baru sampe di perbatasan antara Wonosobo dengan Temanggung, wuh suhu udara berhasil membuat kami berdua menggigil lantaran tak ada kehangatan sekalipun di lautan kabut embun. Kaca helm pun dihiasi tetesan uap air menjalar ke segala penjuru. Dan kamipun mampir di salah satu angkringan yang masih menyediakan minuman hangat. Ini minuman airnya baru saja dituangkan setelah rebusan matang tetapi tidak ada rasa panasnya sama sekali.
Lanjut dah perjalanannya harus sampe ke Banjarnegara ini. Bismillah nekatin aja.
Stage 2 : Nunut Ngiyup

Spoiler for Nunut Ngiyup:

Quote:
Fase selanjutnya adalah Nunut Ngiyup yang artinya menumpang untuk berteduh/beristirahat. Dalam kisah ini, TS tiba di Banjarnegara dan diajak oleh si Fan mampir ke rumahnya. Kami sampai di sana jam 22.10 WIB. Yah, hawa dingin masih merasuki dan menjalar seluruh tubuh ini namun kami disambut dengan hangat oleh Keluarga Fan. TS dan Fan langsung diberi teh hangat untuk menetralkan suhu tubuh. TS dan si Fan bercengkerama sembari minum the tadi dan tak lupa saling mengobrol sedikit kepada Ayahnya dan Ibunya yang sudah terlihat agak mengantuk.
Dan hal yang tak terduga, adiknya si Fan yang baru lulus SMA kemarin langsung berangkat membeli jajanan pada jam tersebut hanya untuk menyuguhkan makanan kepada TS. Masya Allah, TS jadi terharu banget sama keluarga si Fan. Begitu dekatnya keluarga mereka, begitu dekatnya komunikasi antara Ayah, Ibu, dan Anak. That is something that money cannot buy. It is something inside human’s heart that fills your thirsty feeling of love.
Selang tak berapa lama kemudian si Fan mengajak TS.
Fan : Gih, kita tidur di mbahku ya. Disini kamarnya udah penuh. Aku juga biasanya tidur di mbah.
Ane : Oh ya Fan, aku ngikut Tuan Rumah saja. Disini aku cuma numpang kok, hehe.
Fan : Oke. Barang yang kamu butuhkan, tolong dibawa ya.
Ane : Siap bro.
Ternyata dekat jarak antara Rumahnya si Fan dengan Rumah Mbahnya. Disana, ane ijin sama si Fan dan ngobrol basa-basi sedikit. Lalu TS dan si Fan pun berduaan di kamar untuk menepis lelah. Namun, si Fan tampaknya lebih ingin mengatakan sesuatu ke TS. Dan akhirnya terbawa mimpi menuju alam yang tak terjamak oleh logika manusia.
Dan hal yang tak terduga, adiknya si Fan yang baru lulus SMA kemarin langsung berangkat membeli jajanan pada jam tersebut hanya untuk menyuguhkan makanan kepada TS. Masya Allah, TS jadi terharu banget sama keluarga si Fan. Begitu dekatnya keluarga mereka, begitu dekatnya komunikasi antara Ayah, Ibu, dan Anak. That is something that money cannot buy. It is something inside human’s heart that fills your thirsty feeling of love.
Selang tak berapa lama kemudian si Fan mengajak TS.
Fan : Gih, kita tidur di mbahku ya. Disini kamarnya udah penuh. Aku juga biasanya tidur di mbah.
Ane : Oh ya Fan, aku ngikut Tuan Rumah saja. Disini aku cuma numpang kok, hehe.
Fan : Oke. Barang yang kamu butuhkan, tolong dibawa ya.
Ane : Siap bro.
Ternyata dekat jarak antara Rumahnya si Fan dengan Rumah Mbahnya. Disana, ane ijin sama si Fan dan ngobrol basa-basi sedikit. Lalu TS dan si Fan pun berduaan di kamar untuk menepis lelah. Namun, si Fan tampaknya lebih ingin mengatakan sesuatu ke TS. Dan akhirnya terbawa mimpi menuju alam yang tak terjamak oleh logika manusia.

Quote:
Keesokan pagi harinya, ane terbangun karena terdengar jelas adzan shubuh yang memang berdekatan dengan rumah simbah. Bergegaslah TS melakukan ibadah. Samar-samar ane melihat simbah juga baru selesai beribadah. Setelahnya, si Fan juga adiknya pun menyusul bergantian.
Sinar mentari pun menyambut awan dengan segenap cahayanya untuk menghangatkan luka yang membeku di sekujur malam yang hening di salah satu dewa di Banjarnegara.
Ane dan si Fan melanjutkan ngobrol ngalor-ngidul sambil bercanda dan menceritakan pengalaman kita masing-masing. Nah si Fan ini cerita mau jual Macbooknya dan kemarin udah deal sama temennya. So then, ane dan si Fan tancep gas ke rumah temennya abis sarapan seadanya
. Sesampainya disana, ane terbelalak liat Macbook, oh ini toh Macbook kok tebel ya, di google kayaknya slimdeh, gumam ane dalam hati. Langsung aja Macbooknya dicekidot sama temennya. Si Fan bantuin temennya dan ngasih tau caranya ini itu. Walah, ane kayak orang kudet nih pengoperasian Macbook macem gini lumayan bikin ane terngiang-ngiang kalo mau install apps harus beli. Untungnya disini Indonesia masih bisa bercocok tanam pake windows.
Ealah, malah kesana-kemari. Lanjut ke cerita deh. Setelah transaksi jual-beli, ane dan si Fan mengumpulkan bala kurawa untuk get going to DCF 2017 asap. Si Fan nyiapin kamera SLR, si adiknya nyiapin kompor portable camping sama mie instan, sepupu si Fan masukin barang-barang macem tenda dan aksesorisnya, sedangkan ane dapet jatah nyiapin konsumsi yang kebetulan tadi Ibu si Fan abis masak gorengan macem kentang dan ubi-ubian. Si Fan mengkomando semua divisi untuk segera melapor tugasnya masing-masing. Roger that, Sir! We’re ready to go. Dan tatak dung des, kami kedatangan lagi temen yang bawa pasangan. Ceileh, niatnya ngecamping untuk orang batangan semua, yah gapapalah buat pemanis aja. Langsung deh tancep gas. Namun yah karena ada pasangan weekend itu belum pada sarapan, akhirnya TS and friends nurunin jangkar di alun-alun Banjarnegara.
Sinar mentari pun menyambut awan dengan segenap cahayanya untuk menghangatkan luka yang membeku di sekujur malam yang hening di salah satu dewa di Banjarnegara.
Ane dan si Fan melanjutkan ngobrol ngalor-ngidul sambil bercanda dan menceritakan pengalaman kita masing-masing. Nah si Fan ini cerita mau jual Macbooknya dan kemarin udah deal sama temennya. So then, ane dan si Fan tancep gas ke rumah temennya abis sarapan seadanya

Ealah, malah kesana-kemari. Lanjut ke cerita deh. Setelah transaksi jual-beli, ane dan si Fan mengumpulkan bala kurawa untuk get going to DCF 2017 asap. Si Fan nyiapin kamera SLR, si adiknya nyiapin kompor portable camping sama mie instan, sepupu si Fan masukin barang-barang macem tenda dan aksesorisnya, sedangkan ane dapet jatah nyiapin konsumsi yang kebetulan tadi Ibu si Fan abis masak gorengan macem kentang dan ubi-ubian. Si Fan mengkomando semua divisi untuk segera melapor tugasnya masing-masing. Roger that, Sir! We’re ready to go. Dan tatak dung des, kami kedatangan lagi temen yang bawa pasangan. Ceileh, niatnya ngecamping untuk orang batangan semua, yah gapapalah buat pemanis aja. Langsung deh tancep gas. Namun yah karena ada pasangan weekend itu belum pada sarapan, akhirnya TS and friends nurunin jangkar di alun-alun Banjarnegara.
Stage 3 : Festival Budaya

Spoiler for Festival Budaya:

Quote:
Perjalanan dilanjutkan lagi melalui jalan alternatif Karangkobar yang dijamin memacu adrenalin karena medan yang cukup menanjak dan jalanan yang cukup rusak tetapi hal tersebut terbayarkan oleh semilirnya angin sepoi-sepoi dengan kesejukannya dan kelembutannya yang tak akan pernah didapatkan oleh masyarakat kota atau masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. Kami melewatinya dengan sesekali bergantian posisi untuk berfoto, namun TS tidak sempat melukiskannya ke dalam memori hape karena TS sedang nyetir, wkwkwk.
Singkat cerita kami hampir sampai di tempat tujuan yaitu Kawasan Candi Arjuna. Kami harus mengantri dalam keramaian manusia yang saling berdesakan satu sama lain dengan kendaraan yang dibawa. Muda-mudi dan para pemuka ahli kehidupan rumah tangga juga ikut serta berlibur untuk menyaksikan acara Festival Budaya Dieng di Tahun 2017 ini karena acara ini memang untuk rakyat dan tidak ditarif sepeser pun biaya administrasi untuk masuk ke kawasan Candi kecuali biaya parkir dan penginapan.
Sekitar jam 1 siang kami telah sampai di kawasan Candi dan kami mengitari penjuru yang cocok untuk menegakkan rumah kecil bernama tenda asrama. Kami semua newbiedalam melakukan itu dan saat itulah utusan Allah menolong kami mendirikan tenda. “Terima kasih banyak lho, mas. Mas disini mulai kapan mas?” tanya si Fan. Masnya menjawab “Sudah dari kemarin sore mas. Tadi malem malah ujan, dingin pokoknya, hahaha.”
Singkat cerita kami hampir sampai di tempat tujuan yaitu Kawasan Candi Arjuna. Kami harus mengantri dalam keramaian manusia yang saling berdesakan satu sama lain dengan kendaraan yang dibawa. Muda-mudi dan para pemuka ahli kehidupan rumah tangga juga ikut serta berlibur untuk menyaksikan acara Festival Budaya Dieng di Tahun 2017 ini karena acara ini memang untuk rakyat dan tidak ditarif sepeser pun biaya administrasi untuk masuk ke kawasan Candi kecuali biaya parkir dan penginapan.
Sekitar jam 1 siang kami telah sampai di kawasan Candi dan kami mengitari penjuru yang cocok untuk menegakkan rumah kecil bernama tenda asrama. Kami semua newbiedalam melakukan itu dan saat itulah utusan Allah menolong kami mendirikan tenda. “Terima kasih banyak lho, mas. Mas disini mulai kapan mas?” tanya si Fan. Masnya menjawab “Sudah dari kemarin sore mas. Tadi malem malah ujan, dingin pokoknya, hahaha.”

Quote:
Oke dah lanjut, siang dan sore mulai berebut posisi shiftkerjanya masing-masing membuat kami agak kelaparan sedari tadi belum terisi kecuali kekonyolan para batangan selfie. Dan pasangan tadi pastinya berduaan hingga lupa kami seolah kesenangan hanya milik mereka berdua, wkwkwk. Mereka mengelilingi berbagai macam festival budaya mulai tarian, nyanyian tembang, sampai kethoprak jawa. Ane yang cuma sendirian hanya bisa mondar-mandir keliling pemukiman yang sekiranya bisa dapet foto ajaib yang Instagramable.
Malam hari pun tiba, inilah waktu yang sangat ditunggu oleh para pecinta cahaya diantara kegelapan malam yang membekukan rasa pada impuls saraf. Terkena kikisan air saja pasti bisa membuat penikmat dingin harus izin bolak-balik ke toilet karena hawa dingin dan terlalu banyak minum air. Hal itu bisa disiasati dengan cara menerobos kesepian menuju keramaian antusiasme rakyat melihat festival budaya yang memanggungkan sejumlah musisi jazz yang terbang di atas awan. Dan hanya orang eksklusif yang bisa masuk ke area VIP tersebut. Bagaikan thowaf di Ka’bah, masyarakat tidak mengenal cowo ataupun cewe, tak mengenal namanya anak kecil ataupun orang tua, mereka tetap saling mendorong berebut pijakan kaki yang longgar.
Malam hari pun tiba, inilah waktu yang sangat ditunggu oleh para pecinta cahaya diantara kegelapan malam yang membekukan rasa pada impuls saraf. Terkena kikisan air saja pasti bisa membuat penikmat dingin harus izin bolak-balik ke toilet karena hawa dingin dan terlalu banyak minum air. Hal itu bisa disiasati dengan cara menerobos kesepian menuju keramaian antusiasme rakyat melihat festival budaya yang memanggungkan sejumlah musisi jazz yang terbang di atas awan. Dan hanya orang eksklusif yang bisa masuk ke area VIP tersebut. Bagaikan thowaf di Ka’bah, masyarakat tidak mengenal cowo ataupun cewe, tak mengenal namanya anak kecil ataupun orang tua, mereka tetap saling mendorong berebut pijakan kaki yang longgar.
Final Stage : Lampion dan Bukit

Spoiler for Lampion dan Bukit:

Quote:
Telah tiba saatnya malam menghembuskan suhu di bawah 20°c dan kian menambah perasaan kami untuk menunggu waktu yang ditunggu-tunggu. Pembawa acara dan para penyanyi yang berada di atas panggung VIP tersebut seolah tak punya kepekaan sama sekali pada suhu. Bagaimana mungkin mereka yang menggunakan pakaian cukup minimalis dapat bertahan dengan suhu yang membuat penonton yang membawa jaket dan baju yang masih dirangkap dengan kaos ini menggigil? Ah, mereka mungkin sebelum pentas di atas panggung telah mempersiapkannya dengan melatih ilmu kebal dingin di Dieng. Satu persatu hingga bertambah menjadi puluhan makin meramaikan acara ini. Iya, mereka adalah penjual lampion keliling di sekitar DCF 2017ini. Mereka menawarkan harga yang relatif murah mulai dari Rp. 15.000/buah sampai dengan Rp. 12.000/buah dengan syarat harus membeli minimal 5. Benar-benar hanya ada di Indonesia apapun bisa jadi pekerjaan asalkan mau berusaha dan menguatkan diri dalam kondisi seperti apapun. Ada seorang penjual lampion yang menawarkan TS.
SL : Mas, lampionnya mas murah. Bisa buat romantis sama pasangannya lho, Mas.
TS : Mas, ane ga punya pasangan. Ane cuma sandal yang berpasangan.
SL : Murah kok Mas, bisa dinego kok kayak di BL.
TS : Beneran Mas? Berapaan Mas satunya?
SL : 20K/buah Mas.
TS : Eh buset dah mahal, katanya bisa dinego?
SL : Bisa Mas, mau ambil berapa buah Mas?
TS : 3 buah 40k ya?
SL : Belum dapet Mas, coba lagi Mas?
TS : Ealah mentok 45 Mas, kalo gak mau gapapa Mas.
SL : Ya udah deh Mas, deal ya.
Ngerogo kocek lagi, isi dompet tinggal uang 2 lembar warna biru sama 3 warna ijo serta kertas parkir warna kuning 10k yang sama berharganya dengan nyawa motor ane.
Menit mulai menapaki kecemburuannya untuk mendekati tengah malam. Sinar bulan yang begitu menyilaukan bagaikan dewi musik melantunkan kelirihan sajak dari tiap nada-nada yang dia ciptakan melalui keindahan pancaran cahayanya, lalu sayup sayup terdengar suara gemuruh para penonton ketika pembawa acara hendak meresmikan penerbangan ribuan lampion secara bersamaan pada waktu yang telah ditentukan yaitu jam 00.00 WIB. Pembawa acara pun menggelegarkan suaranya untuk berkomando kepada pasukan kembang api. Kembang api pun diledakkan secara apik. Malam ini adalah malam yang dipenuhi hiasan kilauan cahaya. Para pengunjung yang sedari tadi menyelimuti dirinya di dalam tenda kemudian keluar dan memperlihatkan percikan korek api. Itu pasti api untuk kemenangan lampion. Tak perlu waktu yang diselingi iklan, cukup dimulai dari 5, 4, 3, 2, 1 … semua pengunjung membebaskan ribuan lampion untuk melayangkan sayapnya ke atas awan sembari menjangkau bulan dan bintang di kegelapan malam. So sweet and romantic that night afterall.
SL : Mas, lampionnya mas murah. Bisa buat romantis sama pasangannya lho, Mas.
TS : Mas, ane ga punya pasangan. Ane cuma sandal yang berpasangan.
SL : Murah kok Mas, bisa dinego kok kayak di BL.
TS : Beneran Mas? Berapaan Mas satunya?
SL : 20K/buah Mas.
TS : Eh buset dah mahal, katanya bisa dinego?
SL : Bisa Mas, mau ambil berapa buah Mas?
TS : 3 buah 40k ya?
SL : Belum dapet Mas, coba lagi Mas?
TS : Ealah mentok 45 Mas, kalo gak mau gapapa Mas.
SL : Ya udah deh Mas, deal ya.
Ngerogo kocek lagi, isi dompet tinggal uang 2 lembar warna biru sama 3 warna ijo serta kertas parkir warna kuning 10k yang sama berharganya dengan nyawa motor ane.
Menit mulai menapaki kecemburuannya untuk mendekati tengah malam. Sinar bulan yang begitu menyilaukan bagaikan dewi musik melantunkan kelirihan sajak dari tiap nada-nada yang dia ciptakan melalui keindahan pancaran cahayanya, lalu sayup sayup terdengar suara gemuruh para penonton ketika pembawa acara hendak meresmikan penerbangan ribuan lampion secara bersamaan pada waktu yang telah ditentukan yaitu jam 00.00 WIB. Pembawa acara pun menggelegarkan suaranya untuk berkomando kepada pasukan kembang api. Kembang api pun diledakkan secara apik. Malam ini adalah malam yang dipenuhi hiasan kilauan cahaya. Para pengunjung yang sedari tadi menyelimuti dirinya di dalam tenda kemudian keluar dan memperlihatkan percikan korek api. Itu pasti api untuk kemenangan lampion. Tak perlu waktu yang diselingi iklan, cukup dimulai dari 5, 4, 3, 2, 1 … semua pengunjung membebaskan ribuan lampion untuk melayangkan sayapnya ke atas awan sembari menjangkau bulan dan bintang di kegelapan malam. So sweet and romantic that night afterall.

Quote:
Setelah acara pengibaran lampion, banyak beberapa pengunjung mulai melarikan diri ke Home Staydan beberapa para pecinta alam liar memasuki tendanya dengan keadaan yang serba seadanya. Dini hari jam 02.00 WIB ane merasakan dingin tak karuan di dalam tenda karena TS merasakan nyess di kulit luar tenda dan alas tenda terasa mengembun sehingga kaki dan tangan merasakan tekanan gigilan. Hal tersebut berlangsung sampai jam 04.00 pagi. Si Fan mengambil keputusan untuk segera membereskan tenda termasuk sampah makanan. Dia mengincar momen foto sunrise di bukit di seberang yang dikenal dengan Bukit Skoter. Kami semua membereskannya dengan badan menggigil semua dengan menghirup aroma embun yang terus mengucur. Bismillah nekat. Lalu kita pergi ke parkiran motor, kita semua tahu situasi itu dan pasti semua motor membeku bersatu dengan embun pagi dan tanah yang agak empuk untuk dipijak. Mampirlah kami semua untuk berdoa sembari membersihkan diri. Akhirnya pukul 05.30 WIB si Fan dan kru mengambil langkah seribu menuju Puncak Bukit Skoter. Dia memang jagonya fotografi dan memilih momen untuk diabadikan. TS pun hanya bisa membayangkan hal indah ini untuk bertahan selama satu menit yang akan tetapi terasa lama seolah larut dalam rasa rindu yang terdalam untuk menemui sang kekasihNya. TS pun teringat pada sebuah lagu jaman dulu.
Quote:
Ingatkah Engkau Kepada Embun Pagi Bersahaja,
Yang Menemanimu Sebelum Cahaya…
Ingatkah Engkau Kepada Angin Yang Berhembus Mesra,
Yang ‘kan Membelaimu Cinta…
Yang Menemanimu Sebelum Cahaya…
Ingatkah Engkau Kepada Angin Yang Berhembus Mesra,
Yang ‘kan Membelaimu Cinta…


TS mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada tutur kata yang kurang berkenan di hati agan dan sista di sini
Dan bila berkenan mohon bantuan rating-nya
Terima kasih dan sampai jumpa kembali


Sumber :
Berdasarkan pengalaman yang TS alami
Beberapa koleksi foto pribadi TS
Google images
Youtube
Diubah oleh gigihrizqi 27-12-2017 09:45
0
13.5K
Kutip
254
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan