Dewan Keamanan PBB bersidang mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk Palestina, di kantor pusat PBB di New York, Amerika Serikat, Senin (18/12/2017).
Kemelut Yerusalem merembet ke hampir semua negara di dunia. Setelah pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel ditolak 128 negara di sidang darurat Majelis Umum PBB di New York, Kamis (21/12/2017) lalu, Amerika Serikat (AS) melontarkan ancaman.

Utusan AS untuk PBB Nikki Haley usai kekalahan voting itu menyatakan akan mencatat nama-nama negara yang menentang keputusan mereka. Negara penentang akan menerima imbas terkait bantuan yang selama ini diberikan AS.

Presiden AS Donald Trump menyatakan, akan menghemat banyak anggaran. Dia menyebut, tak mau diakali usai negara-negara penerima bantuan AS menolak klaim mereka. "Kami tak mau dimanfaatkan lagi," ujarnya seperti dikutip The Guardian.

Jika bantuan AS dihentikan, Mesir yang ikut menolak pengakuan AS, akan menjadi negara paling rentan. Tahun lalu mereka menerima US $1,2 miliar atau sekitar Rp16,2 triliun.

Indonesia juga menolak klaim AS. Maka, bantuan AS buat Indonesia juga mungkin disetop. Bagaimana imbasnya?

Pada pertemuan Februari lalu antara Duta Besar Amerika Serikat dan Menteri Perencanaan pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) disebut, hibah Amerika untuk Indonesia mencapai US $1,1 miliar atau sekitar Rp14,9 triliun.

Dua hibah ini akan habis tahun depan dan rencananya akan diperbaharui.

Tapi menurut Bappenas, bantuan dari Amerika Serikat sejak 2014 sampai 2017 'hanya' mencapai sekitar US $432 juta atau setara Rp5,8 triliun.

"Yang terbesar untuk bidang kesehatan dan pendidikan yaitu sebesar US $242 juta," ujar Uthami Sary, penanggungjawab kerjasama bilateral AS, Pasifik dan Timur Tengah Bappenas, kepada BBC Indonesia, Kamis (21/12/2017).

Dalam dokumen USAID, lembaga pengelola bantuan AS, pada rentang 2014-2018 bantuan dari Paman Sam itu untuk empat bidang.

Yakni tata kelola pemerintahan, pelayanan dasar bagi kelompok miskin, prioritas pembangunan global, dan kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peneliti dari Pusat pengkajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI), Ibrahim Hamdani mengatakan, ancaman Presiden Trump itu 'sangat mungkin' direalisasikan.

Maka, Indonesia harus mencari alternatif bantuan dari negara lain. Menurut Ibrahim, kemungkinan mencari alternatif ini tidak terlalu menjadi masalh besar bagi Indonesia.

"Saya kira Indonesia tidak terlalu bergantung kepada AS, karena pada era kepemimpinan Jokowi, Indonesia juga berhubungan baik dengan RRT dan Rusia yang terus mengalami peningkatan," kata Ibrahim Hamdani.

Pilihan lain adalah Turki atau Jepang.

Oktober lalu, Pemerintah Jepang akan memberikan dana hibah untuk pengembangan kelautan dan perikanan di enam pulau terluar di Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, program pengembangan tersebut telah dimasukkan dalam green book Bappenas dan ditargetkan bakal terealisasi tahun depan.

Menurut Susi, bantuan itu merupakan dana hibah terbesar dalam sejarah Jepang. Jumlah 1 miliar yen atau sekitar Rp120 miliar, untuk 1 titik lokasi pembangunan.

"Ini baru pertama kali Jepang begitu antusias," kata Susi kepada wartawan di Jakarta, Senin (30/10/2017).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...buat-indonesia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Dilema pendonor ginjal bermotif utang dari Malang

- Mayoritas pemilih tetap dukung kemerdekaan Catalunya

- Tentangan dan pelanggaran dalam penutupan jalan Tanah Abang